My rating: 3 of 5 stars
Waktu mencari arti kiasan cat among the pidgeons di internet, yang kudapat adalah ini:
to put/set cat among the pidgeons:
to do or say something that causes trouble and make a lot of people angry or worried.
Yah, sebenarnya sih yang terbayang di kepala benar-benar harfiah, seperti ini:
Olahraga, Cuy! |
Ceritanya sendiri tidak seharfiah itu, sih, dan tidak ada detektif yang berusaha mencari kucing garong mana yang telah membunuh tiga ekor burung dara dengan kejamnya.
Kisahnya sendiri dimulai dengan semester baru di sekolah asrama putri Meadowbank, yang merupakan salah satu sekolah paling berhasil di Inggris. Dengan setting Inggris tahun 1950-an, jelas yang terbayang adalah sekolah asrama versi Enid Blyton, semisal Malory Towers atau St. Clare, bukannya Sekolah Sihir Hogwarts.
Tapi yang jelas, selain di Sekolah Sihir Hogwarts, sepertinya di Inggris jarang terdapat kisah pembunuhan yang terjadi di sekolah, beda banget dengan manga Jepang, yang sepertinya sering terjadi di sekolah Kindaichi.
Nah, di novel ini, ada pembunuhan di sekolah. Dan tidak cukup satu, tapi sampai tiga orang yang jadi korban!
Apakah ini pembunuhan serial? Seram banget kalau iya, mending pindah sekolah saja!
Siapakah pelakunya? Satu atau sekelompok orang? Apa motivasinya?
Sebenarnya, di awal novel diceritakan pula apa yang kira-kira menjadi penyebab dari kekacauan di sekolah bergengsi ini. Dari kancah revolusi di Timur Tengah, Pangeran Ali Yusuf berusaha menyelundupkan harta karun berupa permata keluarga ke luar negeri lewat pilotnya, Bob Rawlinson. Belakangan mereka berdua tewas ketika pesawat yang mereka naiki disabotase. Koleksi permata sang pangeran tidak pernah ditemukan.
Lalu apa hubungannya dengan sekolah asrama yang jadi TKP?
Konon ada yang melihat Bob Rawlinson menyembunyikan sesuatu di antara barang bawaan adik perempuannya dan keponakan perempuannya yang sedang berkunjung ke negara si pangeran. Karena itu, pihak intelejen Inggris memusatkan pencarian permata di sekolah keponakan Rawlinson, Jennifer Sutcliffe. Apalagi, keponakan Pangeran Ali, Shaista juga bersekolah di sana.
Lalu di bawah hidung pihak intelejen, pembunuhan-pembunuhan mulai terjadi. Dimulai dari guru olahraga, Miss Springer (namanya cocok sekali dengan profesi, ya!), lalu Miss Vansittart, dan akhirnya Miss Blanche. Belum cukup kasus pembunuhan, Shaista juga diculik!
Sayang sekali, Poirot baru terlibat di akhir buku. Itu pun setelah seorang murid, Julia Upjohn, kabur dari asrama untuk meminta bantuannya karena pernah mendengar cerita tentang kehebatan Poirot. Terutama karena Julia... menemukan permatanya!
View all my reviews
No comments:
Post a Comment