Sunday, December 25, 2016

The Gunslinger by Stephen King


Judul : The Gunslinger (Sang Gunslinger)

Serial : The Dark Tower (#1)

Penulis : Stephen King

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 978-602-03-3561-2

Tebal : 304 halaman

Dibeli di : Gramedia.com

Harga beli : Rp. 25.500 (Harbolnas 70% off)

Dibaca tanggal : 25 Desember 2016

Komentar doang bukan review:
Aku sudah punya dan baca satu set lengkap edisi bahasa Inggris serial ini, dan sudah lama pula bertanya-tanya apakah bakalan ada versi terjemahan bahasa Indonesianya.

Eng, ing, eng... GPU menerbitkan jilid pertamanya! Jelas kubeli, apalagi pas harbolnas kemarin buku ini dikorting 70%! Sikaaat!

Aku penasaran bagaimana istilah "gunslinger" diterjemahkan. "Penembak jitu"? Ternyata tidak diterjemahkan sama sekali! Sang Gunslinger. Mungkin memang repot kalau diterjemahkan ya.

Lalu tibalah pada Bab 2 buku ini, di mana Sang Gunslinger teringat pada sebuah lagu anak-anak, yang bunyinya begini:

Hujan di Jawa jatuh ke rawa.
Ada tangis ada tawa
Sayang hujan di Jawa jatuh ke Jawa.


Langsung buru-buru ngecek versi aslinya, yang ternyata bunyinya begini:

The rain in Spain falls mainly on the plain.
There is joy and also pain
but the rain in Spain falls mainly on the plain


Alihbahasa sajak berima memang susah. Perlu kreativitas sendiri untuk menggubahnya, sehingga Spanyol pun bisa berubah jadi Jawa (terjemahan ini Indonesiawi sekali!) dan padang berubah jadi rawa.

Coba pikirkan alternatifnya kalau tetap pakai Spanyol yuk!
Hujan di Spanyol jatuh ke ---

...
(loading....)
(berusaha mencari-cari kata berima yang cocok)
...
Jengkol?
Tongkol?
Karambol?
Ompol?
...

Ah, jadi teringat belum sempat baca serial Pasukan Mau Tahu edisi bahasa Inggris yang belum lama ini kubeli. Penasaran seperti apa "bantun-bantun" Ern Goon (dan versi kocaknya dari Fatty!) dalam versi aslinya!

Anyway, mudah-mudahan GPU tidak menerbitkan jilid pertama saja, hanya karena versi filmnya --di mana Sang Gunslinger diperankan oleh Idris Elba--bakal rilis dalam waktu dekat. Kalaupun lanjut, kita lihat saja bagaimana buku-buku berikutnya, terutama yang tebal-tebal, bakal diterbitkan. Apakah satu judul bakal dibagi dua jilid macam Under the Dome? Atau nekat terbit dalam satu jilid yang super-duper tebal?

Omong-omong tentang sosok Gunslinger, gara-gara Stephen King konon terinspirasi sosok The Man With No Name di film The Good, The Bad, and the Ugly, yang terbayang selama membaca serial ini ya versi koboi Clint Eastwood muda. Jadinya agak susah membayangkannya sebagai Idris Elba. Kita lihat saja seperti apa filmnya nanti. Toh Denzel Washington cocok saja menggantikan Yul Brynner sebagai pemimpin The Magnificent Seven.

Kembali ke buku Sang Gunslinger ini.

Membaca ulang serial ini dari jilid pertama, pas membalik halaman bertuliskan 19 di awal buku... Sebagai pembaca yang telah menamatkan serial ini dan sudah tahu endingnya yang bikin pengen najong, aku jadi mengerti mengapa Stephen King menuliskan kalimat yang satu itu...


BEWARE!!!
SPOILER!!!
RIGHT FROM THE START!!!


Stephen King, I've come to bargain!


View all my reviews

Monday, October 3, 2016

The Polysyllabic Spree

Judul : The Polysyllabic Spree

Penulis : Nick Hornby

Penerbit : Believer Books

Edisi : Paperback, 

Tebal : 143 halaman

Dibeli di : Indonesia International Book Fair 2016

Dibeli tanggal : 2 Oktober 2016

Harga beli : Rp. 150.000,-

Dibaca tanggal : 2 Oktober 2016

Sinopsis :
The Polysyllabic Spree is the first title in the Believer Book series, which collects essays by and interviews with some of our favorite authors—George Saunders, Zadie Smith, Michel Houellebecq, Janet Malcolm, Jim Shepard, and Haruki Murakami, to name a few. In his monthly column "Stuff I've Been Reading", Nick Hornby lists the books he's purchased and the books he's read that month - they almost never overlap - and briefly discusses the books he's actually read. The Polysyllabic Spree includes selected passages from the novels, biographies, collections of poetry, and comics discussed in the column.

Review :
Selain nama penulisnya (yang sebagian besar karyanya sudah kubaca dan kusukai), yang membuatku langsung mencomot buku ini di lapak buku bekas di IIBF tahun ini adalah tagline-nya:

A hilarious and true account of one man's struggle with the monthly tide of the books he's bought and the books he's been meaning to read.

Jadi, ini review buku tentang kumpulan review buku yang ditulis Nick Hornby pada kolomnya di majalah bulanan Believer.

Pada awal setiap esainya, Hornby membagi daftar bacaannya dalam dua kolom: buku yang dibeli dan buku yang dibaca (dan sekalian direview secara singkat) pada bulan tersebut. Dan tentu saja, tidak semua buku yang dibelinya lantas dibaca pada bulan yang sama (hah, story of my life!).

Hornby menetapkan beberapa aturan dasar bagi pembaca di bab pertama buku ini. Aturan pertama:

I don't want anyone writing in to point out that I spend too much money on books, many  of which I will never read. I know that already. I certainly intend to read all of them, more or less. My intentions are good. Anyway, it's my money. And I'll bet you do it too.

Huahaha, nonjok banget! Don't we all?

Review Hornby dari buku-buku yang sempat dibacanya tiap bulan bukanlah review yang klinis, boleh dibilang cukup pribadi bahkan curcol. Kita jadi tahu kalau Hornby jadi suka memperhatikan orang-orang tak dikenal yang sedang membaca buku waktu liburan (siapa tahu ada yang sedang membaca novel yang dikarangnya). Dan kita juga jadi tahu kalau Hornby ternyata saudara ipar dari Robert Harris (pengarang Conspirata, Imperium, Pompeii), dan bagaimana ia harus meluangkan waktu khusus untuk membaca (baca: meninggalkan bacaan lain) apabila sang ipar memberikan buku terbarunya. Dan sama dengan kita, sebuah buku yang dibaca Hornby bisa membuatnya membaca buku lain yang berkaitan, bahkan buku-buku dari pengarang sang sama dalam waktu yang berdekatan! Dan, mungkin sama dengan kita, Hornby berkontemplasi tentang fenomena bagaimana kita bisa lupa tentang isi buku-buku yang pernah kita baca.

Dari kolom daftar buku, kita juga bisa melihat bahwa daftar buku yang dibeli Hornby setiap bulan seringkali lebih panjang daripada buku yang dibacanya. Jadi, supaya imbang, kadang Hornby berbuat curang (yang diakuinya dengan bangga) dengan membaca banyak buku-buku yang tipis supaya daftar buku yang dibaca lebih panjang ketimbang yang dibeli! Walah, itu mah trik yang kupakai kalau lagi keteteran di reading challenge! Dem, kok malah bangga ya?

Gara-gara baca buku ini, aku jadi ingin membaca beberapa buku yang dibahasnya, termasuk So Many Books karya Gabriel Zaid, yang mengangkat pertanyaan universal para pembaca buku: Why bloody bother? Why bother reading the bastards, and why bother writing them? Menurut Zaid, perlu waktu lima belas tahun hanya untuk membaca judul dan nama penulis dari semua buku yang pernah diterbitkan (plus delapan tahun lagi kalau mau ditambah nama penerbitnya). Hornby sampai mengutip paragraf kedua buku Zaid yang dianggapnya sangat spesial: "The truly cultured are capable of owning thousands of unread books without losing their composure of their desire for more."

That's me! And you, probably! That's us! 
All the books we own, both read and unread, are the fullest expression of self we have at our disposal. With each passing year, and with each whimsical purchase, our libraries become more and more able to articulate who we are, whether we read the books or not.

Well, buku ini kubeli dan kubaca pada hari yang sama. That's a rare thing these days.

Sunday, October 2, 2016

Salvation of a Saint

Judul : Salvation of a Saint (Detective Galileo, #5)

Penulis : Keigo Higashino

Penerbit : Minotaur Books, 2014

Edisi : Paperback, 336 halaman

Dibeli di ; Periplus.com

Dibeli tanggal : 28 Agustus 2016

Harga beli : Rp. 197.200,- (diskon ultah 15%)

Diterima tanggal : 17 September 2016

Dibaca tanggal : 24 September 2016

Sinopsis:
In 2011, The Devotion of Suspect X was a hit with critics and readers alike. The first major English language publication from the most popular bestselling writer in Japan, it was acclaimed as “stunning,” “brilliant,” and “ingenious.” Now physics professor Manabu Yukawa—Detective Galileo—returns in a new case of impossible murder, where instincts clash with facts and theory with reality.

Yoshitaka, who was about to leave his marriage and his wife, is poisoned by arsenic-laced coffee and dies. His wife, Ayane, is the logical suspect—except that she was hundreds of miles away when he was murdered. The lead detective, Tokyo Police Detective Kusanagi, is immediately smitten with her and refuses to believe that she could have had anything to do with the crime. His assistant, Kaoru Utsumi, however, is convinced Ayane is guilty. While Utsumi’s instincts tell her one thing, the facts of the case are another matter. So she does what her boss has done for years when stymied—she calls upon Professor Manabu Yukawa.

But even the brilliant mind of Dr. Yukawa has trouble with this one, and he must somehow find a way to solve an impossible murder and capture a very real, very deadly murderer. Salvation for a Saint is Keigo Higashino at his mind-bending best, pitting emotion against fact in a beautifully plotted crime novel filled with twists and reverses that will astonish and surprise even the most attentive and jaded of readers.


Verdict :



Review singkat :

Ini novel Keigo Higashino ketiga yang kubaca, dan... lagi-lagi sang pelaku pembunuhan sudah dapat kita ketahui di bab awal, termasuk motivasinya! Yang harus dipecahkan bukanlah who dan why, tapi how. Pihak kepolisian maupun Detektif Galileo dibuat pusing, karena alibi sang tersangka utama yang sangat kuat dan tidak bisa dipatahkan. Pada saat korban tewas keracunan kopi yang mengandung arsenik, ia berada ratusan mil dari TKP, dan praktis tidak melakukan apapun yang mencurigakan sebelum pergi. It's a perfect crime!

Belum lagi, di sini Detektif Kusanagi terpesona (kalau bukan jatuh cinta) pada si tersangka utama, sehingga Detektif Utsumi pun diam-diam meminta bantuan pada Profesor Yukawa untuk memecahkan kejahatan sempurna itu. Dan justru karena kondisi Kusanagi yang tidak biasa itulah, Yukawa yang sebenarnya ogah-ogahan membantu pun mau ikut campur.

Trik pembunuhannya ternyata benar-benar di luar dugaan, dan menunjukkan perencanaan dan kesabaran yang luar biasa dari sang pelaku, di mana triknya justru berhasil karena ia tidak melakukan apa-apa sama sekali menjelang kematian korban!

Higashino-sensei kembali membuat twist yang sukar ditebak pembaca. Well done, Sir!

Friday, September 16, 2016

The Life-Changing Magic of Tidying Up



Judul : The Life-Changing Magic of Tidying Up 
(Seni Beres-Beres dan Metode Merapikan ala Jepang)

Penulis : Marie Kondo

Penerbit : Bentang

Tebal : xviii + 206 halaman

ISBN : 9786022912446

Dibeli di : Gramedia.com

Harga beli : Rp. 45.900,- (disc. 15%)

Diterima pada tanggal : 26 Agustus 2016

Dibaca pada tanggal : 29 Agustus 2016

Review Curcol :

Singkatnya, sebagai pengumpul buku, pakaian, sepatu, kartu pos, perangko, mug, koin... eh, intinya segala macam barang (tapi terutama buku), aku merasa guidance dari Marie Kondo ini sangat penting!

Titik.

Eh, nggak juga ding, masih koma, karena review curcolnya bakal cukup panjang nih!

Mulai dari mana ya...

Bagiku buku ini sangat menohok, karena sebagai orang (merasa) cukup apik, rapi, dan rajin berbenah setiap hari (terutama di kantor), ternyata banyak kebiasaanku dalam berbenah yang rupanya salah kaprah.

Menurut Marie Kondo, mendingan kita merapikan sekaligus daripada sedikit-sedikit, karena berbenah sedikit-sedikit berarti berbenah tanpa henti. Aku sependapat dalam hal ini, karena sudah kupraktekkan di kantor. Setelah berbenah dengan membuang barang-barang tak dibutuhkan, aku selalu menjaga kondisi ruang kerja dalam kondisi rapi-kinclong-hampir tidak ada barang di atas meja setiap kali kutinggal pulang di akhir hari. Tapi... ada tapinya, ini hanya bisa dilakukan karena aku tidak menyimpan barang-barang pribadi di kantor, termasuk buku!

Cerita jadi lain kalau sudah menyangkut barang-barang pribadi. Sebagai manusia tipe pengumpul (kadang-kadang tipe pemburu juga sih, khususnya barang diskonan), barang-barang pribadiku selalu bertambah setiap hari. Meskipun aku pecinta buku kelas kakap yang anggaran belanja buku setiap bulannya jauh lebih besar daripada anggaran sandang/pangan/papan, ternyata koleksi pakaian dan sepatuku baik di kamar kos maupun di rumah orang tua juga memakan banyak tempat penyimpanan! Pertambahan baju/sepatu memang tidak seperti pertambahan buku yang eksponensial, cuma beberapa bulan sekali atau sampai setahun sekali, tapi tetap bertambah karena barang yang sudah bertahun-tahun tidak dipakai pun masih disimpan.

Tidak tega membuang barang memang penyakit turunan khas tipe pengumpul. Sudah susah-susah dikumpulkan, mahal-mahal dibeli, masa dibuang begitu saja. Sayang kan, masih bisa dipakai lagi kapan-kapan, apalagi ukuran baju/sepatu tetap sama dari zaman SMP. Sayang kan, siapa tahu buku yang itu mau dibaca lagi kapan-kapan.

Menurut Marie Kondo, "kapan-kapan" berarti "takkan pernah", jadi semua barang yang statusnya tidak jelas seperti itu harus dibuang! Ia juga menyarankan agar kita memulai dengan membuang semuanya sekaligus, tanpa ampun, dan sampai tuntas! Caranya adalah, kita mengumpulkan barang yang akan dibereskan di satu tempat, lalu memilih mana yang akan disimpan dan yang akan dibuang, dengan mengambil dan memegangi setiap barang dan bertanya "Apakah ini membangkitkan kegembiraan?" Jika ya, simpanlah. Jika tidak, buang saja. Dan urutan terbaik untuk berbenah per kategori barang adalah: pakaian, buku, kertas, pernak-pernik, dan terakhir kenang-kenangan. Tapi karena koleksiku yang paling banyak adalah buku, untukku pribadi sepertinya koleksi buku yang harus dibereskan duluan.

Pertama-tama, sepertinya aku merasa kurang sreg dengan prinsip Marie Kondo bahwa "kapan-kapan" berarti "takkan pernah", khususnya terkait dengan timbunan buku tak terbaca. Aku pernah menelantarkan buku selama puluhan tahun (Tinker, Tailor, Soldier, Spy), belasan tahun (War and Peace, The Stand, The Dark Tower Series), atau beberapa tahun (ah, ini mah tidak bisa disebut satu persatu), tapi buku-buku itu tidak kubuang karena aku meyakini kualitasnya, dan toh akhirnya benar-benar kubaca. Tapi, itu bukan berarti aku tidak pernah membuang buku yang belum kubaca sama sekali. Aku juga pernah kok menyortir timbunan buku belum terbaca dan menyumbangkan sebagian di antaranya. Pertimbangannya simpel saja, aku mungkin tidak akan terlalu suka membacanya dan toh buku itu kubeli dengan harga obral.

Dulu, aku pernah berencana kapan-kapan membuka perpustakaan umum atau rumah baca gratis di kampungku, demi meningkatkan minat baca anak-anak di lingkungan sekitar rumah yang saat ini kelihatannya sangat kurang, yang mungkin disebabkan tidak adanya akses yang mudah dan murah ke buku bacaan. Jadi, aku sering memanfaatkan pameran atau sale buku sebagai ajang berinvestasi sejak dini, dengan membeli buku-buku yang kuanggap sepertinya menarik, termasuk buku anak-anak, dalam jumlah yang lumayan banyak. Tapi aku mulai berpikir ulang sejak insiden menyedihkan beberapa tahun yang lalu, waktu nyaris 3/4 koleksi bukuku dilego ke tukang loak (KILOAN!!!) oleh orang yang seharusnya menjaganya.

Lantas, aku pun mengubah prinsip dalam mengoleksi buku, dari semula mengoleksi sebanyak-banyaknya menjadi hanya mengoleksi buku yang kusukai saja. Waktu aku membeli ulang buku-buku yang raib, aku pastikan buku-buku itu adalah favoritku, yang dengan memiliki dan membacanya saja dapat membuatku bahagia. Nah, sudah cocok dengan prinsip Marie Kondo, kan?

Lalu, bagaimana dengan buku koleksi yang sekarang kalau kupegang satu per satu tidak ada getar terasa? Padahal dulu mungkin waktu membelinya aku senang banget kayak nemu harta karun, yang bisa jadi gara-gara kudapat dengan gratis atau harga murah meriah.

Ya... Persis seperti anjuran Marie Kondo juga: buang saja. Tapi tentunya bukan buang sembarangan ke kali atau dikilo ke tukang loak. Selalu ada tempat untuk buku. Kalau rencanaku membuka rumah baca sendiri di kampungku baru bisa terlaksana di masa yang akan datang karena aku belum bisa menemukan orang lain yang bisa kupercaya untuk merawat koleksiku, mungkin lebih baik apabila buku-bukuku bermanfaat dan berguna saat ini, baik di tangan para pecinta buku lain ataupun di perpustakaan di kampung lain yang lebih membutuhkan.

Jadi, mungkin acara beres-beres perpustakaan (dan giveaway di blog ini) sepertinya akan selalu menjadi kegiatan rutinku. Aku tidak bisa mengikuti anjuran Marie Kondo untuk berbenah secara sekaligus, selain karena waktu yang terbatas, aku juga masih belum bisa (baca: belum mau) menghentikan belanja buku, baik yang rutin maupun nonrutin. Iya, aku masih menggunakan prinsip berbenah versi lama: kalau ada barang yang masuk, harus ada barang yang keluar. Tapi itu pun hasilnya sudah cukup lumayan, kok. Tumpukan buku tanpa tempat di lemari perpustakaanku yang ruangnya terbatas semakin berkurang, dan hati pun terasa lebih ringan.

Kepada buku-buku yang kulepas, terima kasih atas kebahagiaan yang telah kalian berikan saat aku memperoleh dan memiliki kalian selama ini. Mudah-mudahan kalian dapat memberikan kebahagiaan di tempat yang baru.

Kepada teman-teman yang mengadopsi buku-bukuku, terima kasih atas kesediaannya untuk menampung buku-bukuku dan mensukseskan kegiatan beres-beres dan merapikan perpustakaan pribadiku.

P.S. Kutipan buku yang kucuplik di sini cuma sedikit, jadi kalau tertarik untuk belajar teknik Marie Kondo lebih lanjut, silakan baca sendiri ya. Very recommended buat hoarder kambuhan.

P.P.S. Meskipun aku belum bisa mempraktekkan isinya, buku ini sudah menjadi salah satu buku favoritku saat ini. Jadi tidak, aku tidak akan membuangnya. Di Goodreads, aku merating buku ini:
P.P.P.S. Dengan membaca buku ini, atau mempraktekkan seni Marie Kondo, minimal kita akan menyadari apa saja yang sebenarnya kita butuhkan untuk menjalani hidup sehari-hari dengan gembira, dan apa saja yang lebih baik kita singkirkan supaya kita dapat merasa lebih bahagia. Buku ini dilengkapi dengan testimoni dari klien-klien yang dibantu Marie Kondo untuk berbenah, meskipun kadang-kadang terlalu ekstrim seperti ini:

Kursus Anda mengajarkan kepada saya untuk melihat apa saja yang sungguh saya butuhkan dan apa saja yang tidak saya perlukan. Jadi, saya lantas minta cerai. Sekarang saya merasa jauh lebih bahagia.

Friday, September 9, 2016

2016 Fox's Library Weeding Programme #5 Winners Announcement

Thank God It's Friday! Menjelang long weekend pula!

Alhamdulillah meski masa pendaftaran giveaway yang kubuka cukup singkat karena waktunya sudah mepet banget dengan mudik lebaran haji, cukup banyak teman-teman yang bersedia untuk menjadi adopter bagi buku-buku malang yang kusiangi dari perpustakaan pribadiku. Terima kasih ya, temans...


Karena pilihan bukunya lumayan banyak dan teman-teman juga banyak yang memilih lebih dari satu pilihan, tumben-tumbennya waktu kuundi pakai aplikasi Randomizers ada beberapa drama yang belum pernah terjadi di giveaway-giveaway sebelumnya. Beberapa nama muncul sebagai pemenang lebih dari satu paket, bahkan ada yang sampai lima kali! Ada yang cuma memilih dua paket tapi memenangkan kedua-duanya. Ada pula paket buku yang diundi sampai lima kali gara-gara yang muncul nama-nama pemenang paket yang sudah diundi duluan.

Namun sayang disayang, meskipun rupanya ada beberapa teman sedang kuat keberuntungannya, yang namanya peraturan tetap peraturan. Apabila ada undian paket buku yang pemenangnya ternyata sudah pernah menang di undian paket sebelumnya, terpaksa harus diundi ulang. Yah, namanya juga bagi-bagi buku. Jadi untuk 13 paket buku di Giveaway #5 Tahun 2016 ini harus ada 13 orang pemenang.

Oke, langsung saja, untuk para pemenang giveaway kali ini, pertama-tama kuucapkan:


Dan langsung saja, teman-teman yang beruntung adalah...

Noviana Ika
noviana.ika.s@gmail.com

Mia Mariana
mia_putranto@yahoo.com

Yulia Yunararizky
yulia.yunararizky@yahoo.com

Ipeh Alena
ipehalena@gmail.com

Eni Lestari
shinra2588@yahoo.com

Asrina Maharani
asrina.maharani@gmail.com

Rinita
rinivir90@gmail.com

Arsha Mustika
arshamustika@gmail.com

Rico Martha
ricko.mr@gmail.com

Selvia Sari Rahmawati v2ituaza@yahoo.com

Aura Syifa Azzahra
aerashikenjiro@gmail.com

Cindy
cyn0514@gmail.com

Nurina Widiani
nurinawidiani84@gmail.com

Fiuh. Panjang. Tapi belum beres sih, hari ini aku belum mudik ke kampung untuk ngebungkusin paketnya.

Aku akan mengirimkan email pemberitahuan kepada para pemenang di atas. Sempat tidak sempat harap dibalas dalam 3x24 jam, atau aku akan memilih pemenang lainnya :))

Thanks for your participation!!

2016 Fox's Library Weeding Programme #4 Winners Announcement

Thank God It's Friday! Menjelang long weekend pula!

Dan Thank You buat teman-teman semua yang telah bersedia untuk menjadi adopter buku-buku malang yang kusiangi dari perpustakaan.

Dengan berakhirnya masa pendaftaran Giveaway 2016 #4 kemarin, sudah saatnya kushare siapa saja dari para calon adopter yang beruntung terpilih menjadi adopter sebagian koleksi komik yang sudah kusiangi.

Langsung saja, tanpa berpanjang-panjang, kuucapkan:


kepada para pemenang giveaway paket komik Lovely Complex dan Min-Min di bawah ini:

Yulia Yunararizky
yulia.yunararizky@yahoo.com

Muhajjah Saratini
m.saratini@gmail.com

serta 5 orang pemenang untuk 5 paket komik Serial Cantik @10 jilid di bawah ini :

1) Laras P. Astuti
flying_saucer02@yahoo.com
2) Chorina
chorina.ginting@gmail.com
3) Rinita
rinivir90@gmail.com
4) Elfira
elfira@elfira.org
5) Della Salsabila
Dellasalsabila01@gmail.com


Aku akan mengirim email pemberitahuan pada para pemenang di atas. Sempat tidak sempat mohon dibalas dalam 3x24 jam, atau aku akan memilih pemenang lainnya :))

Hidup Di Luar Tempurung



Judul : Hidup di Luar Tempurung

Penulis : Benedict Anderson

Penerjemah : Ronny Agustinus

Penerbit : Marjin Kiri

Tebal : 205 halaman

Dibeli di : Post Santa Blok M

Dibeli tanggal : 27 Agustus 2016

Dibaca tanggal : 3 September 2016

Komentar singkat:

Waktu pertama kali sengaja main ke Post Santa Blok M (pakai acara hujan-hujanan pula!) demi membeli satu buah buku yang susah dicari di toko buku offline dan online biasa, aku malah tergiur (baca: kalap) melihat display buku-buku terbitan Marjin Kiri (aku suka pilihan buku yang diterbitkan Marjin Kiri) yang nota bene juga rada susah dicari di toko buku offline dan online biasa, dan pada akhirnya pulang dengan beberapa di antaranya. Nah, buku ini salah satunya.

Seperti biasa, selain faktor penerbitnya, aku membeli buku ini karena (setelah membaca sinopsis di cover belakangnya) merasa buku ini sepertinya menarik. Untunglah, kali ini feeling-ku tidak meleset. IMHO, buku ini sangat, sangat, sangat menarik! Dan alhasil di Goodreads buku ini kurating:

Aku sudah cukup banyak membaca buku biografi yang cukup bervariasi, dari perwira militer, politisi, pengusaha, komika, bintang film, pelatih sepakbola, novelis, editor dan lain sebagainya, tapi otobiografi seorang akademisi? Rasanya cukup jarang. Apalagi akademisi yang satu ini pernah kerja lapangan di Indonesia, tetap cinta Indonesia meski dicekal puluhan tahun oleh rezim Orde Baru, lantas setelah meninggal dunia abunya disebar di Selat Madura.

Awalnya, buku ini hanya diterbitkan dalam bahasa Jepang dengan pasar sasaran mahasiswa-mahasiswi Jepang, untuk membantu mereka yang tak punya banyak bayangan akan konteks sosial, politik, budaya, dan zaman tempat para ilmuwan Anglo-Saxon lahir, mengenyam pendidikan, dan menjadi matang secara keilmuan. Namun menjelang akhir hayatnya buku ini diterbitkan juga dalam bahasa Inggris, dan pada akhirnya tentu saja dalam bahasa Indonesia.

Dalam buku tipis ini, Benedict Anderson menceritakan masa kecilnya, masa pendidikan di Irlandia dan Inggris, pengalaman akademisi di AS, kerja lapangan di Indonesia, Siam dan Filipina, disertai renungan perihal universitas di Barat, perbandingan-perbandingan antardisiplin ilmu, sampai menceritakan aktivitas di masa pensiun, sesekali ditambahi membahas buku atau film kesukaannya. Membaca buku ini seperti mendengarkan kakek kita bercerita tentang masa lalunya, kadang-kadang serius, kadang-kadang bergurau, dan kadang-kadang melantur suka-suka. Pokoknya, tidak membosankan! Penuturannya asyik untuk diikuti dan pengalaman hidupnya bikin sirik. Rasanya seperti membaca kisah petualangan Tintin di dunia nyata (minus karakter-karakter heboh macam Kapten Haddock atau Profesor Calculus), kalau Tintin seorang akademisi dan bisa menua.

Seperti biasa, aku juga suka penerjemahan Mas Ronny yang membuat ceritanya mengalir lancar. Hanya ada satu hal yang membuat kening sempat berkerut, yaitu pemilihan kata "bokap-nyokap" saat Om Ben (panggilan sayang teman-teman muda Indonesia) bercerita tentang ayah-ibunya. Kata-kata prokem yang saat ini rasanya sudah jarang terdengar ini terasa agak aneh di antara bahasa buku yang nyaris formal secara keseluruhan. Tapi belakangan, setelah dipikir-pikir lagi, pasti ada alasan khusus di balik pemilihan kata dari bahasa prokem itu. Mungkin karena itulah bahasa gaul anak muda yang dipelajari Om Ben sewaktu masih kerja lapangan di Indonesia dan terus melekat sampai sekarang. Bahkan, kalau melihat catatan Mas Ronny di akhir buku, dalam komunikasi tertulisnya dengan teman-teman Indonesianya, Om Ben masih demen menggunakan ejaan Suwandi ketimbang EYD.

Sebelum membaca buku ini, aku sudah membeli dan membaca buku Di Bawah Tiga Bendera karya Benedict Anderson yang juga terbitan Marjin Kiri. Setelah membaca buku ini aku jadi ingin mencari dan membaca karya-karya beliau yang lain, terutama bukunya yang paling terkenal, Immagined Communities, yang rupa-rupanya jadi buku pegangan mahasiswa yang mempelajari dan mendalami nasionalisme.

Thursday, August 25, 2016

2016 Fox's Library Weeding Programme [=Giveaway] #5

Masih dalam satu rangkaian dengan postingan sebelumnya yang bagi-bagi komik shoujo, ternyata waktu beres-beres perpustakaan pas cuti bada HUT Kemerdekaan RI kemarin aku bukan cuma menyiangi koleksi komik seperti rencana semula. Karena aku tak bisa berhenti belanja buku rutin dan nonrutin (don't we all?) sementara space penyimpanan terbatas, maka terpaksa ada buku-buku yang perlu dikeluarkan dari koleksi dan perlu dicarikan adopter alias pemilik barunya.

Dan seperti biasa, aku berharap mereka yang akan mengadopsi buku-buku korban penyiangan benar-benar membutuhkan, ingin memiliki atau ingin membacanya.

Jadi sekarang...




Yap, untuk Tahap Kelima kali ini, pilihannya cukup banyak dan random.

Pertama-tama, koleksi buku impor berbahasa Inggris sebagai berikut :

Outlander by Diana Gabaldon
City of Bones (The Mortal Instruments #1) by Cassandra Clare
Paket Serial Gone by Michael Grant (plus The Fallen #1 by Thomas E. Sniegoski)
Paket Mass Market Paperback (Lindsay Faye, Terry Pratchett,  Ted Dekker, Lee Child)

Selain itu, tentu saja ada juga koleksi buku dalam bahasa Indonesia:

Paket Serial Ingo by Helen Dunmore
Paket Serial Nina Wilde & Eddie Chase by Andy McDermott
Paket Serial Princess by Jean P. Sasson
Paket Sastra Dunia
Paket Thriller
Paket YA Fantasy #1 (The Iron Fey & Bedeviled)
Paket YA Fantasy #2 (Red Riding Hood & Wings)
Paket Mystery
Paket Chicklit

Fiuh (lap keringat). Pilihannya lumayan banyak, ya?

Kondisi buku-buku di atas bervariasi, tapi sebagian besar masih bagus dan mulus sebagaimana bisa dilihat dari fotonya, dengan perkecualian cap perpustakaan Fox's Library dan beberapa buku yang sudah agak menguning karena waktu penyimpanannya yang sudah agak lama. Alasan pelepasannya juga bervariasi, yang berkisar antara kurang cocok, punya dobel, dan sebenarnya dulu pernah suka tapi sekarang sudah saatnya dihibahkan pada yang mungkin lebih membutuhkan.

Syarat menjadi adopter mudah saja. Peraturannya:
1. Peserta GA adalah yang memiliki alamat kirim di Indonesia.
2. Pendaftaran peserta dilakukan melalui Google Form di bawah ini.
3. Peserta boleh mendaftar untuk lebih dari satu pilihan, namun hanya boleh memperoleh satu pilihan.
4. Pemenang GA akan diundi secara random untuk masing-masing pilihan buku. Apabila berdasarkan hasil undian seorang peserta yang sama memenangkan dua pilihan buku atau lebih, maka untuk pilihan kedua dan selanjutnya akan diundi kembali pemenangnya secara random.
5. Selain pengumuman di blog, pemenang akan dihubungi via email.
6. Pendaftaran GA akan berlangsung sampai tanggal 8 September 2016.
7. Pemenang akan diumumkan pada tanggal 9 September 2016.
8. Keputusan mengenai pemenang tidak bisa diganggu gugat.
9. Apabila dalam waktu 3 (tiga) hari setelah pemenang diumumkan tidak ada respon, maka akan dipilih pemenang lain sebagai penggantinya.

Bagaimana, gampang banget kan cara dapatnya?

Yuk, ayo ikut meramaikan Giveaway HUT Kemerdekaan RI ke-71 ini (dan sekalian HUT-ku yang ke... *ilang sinyal lagi*) dengan menjadi adopter bagi buku-buku malang yang perlu kasih sayang dari para pemilik baru :P


2016 Fox's Library Weeding Programme [=Giveaway] #4

Sesuai janji di postingan Fox's Library Weeding Programme sebelumnya, pada saat cuti bada HUT Kemerdekaan RI kemarin aku kembali mencoba beres-beres perpustakaan lagi. Karena cukup banyak waktu untuk beres-beresnya, ternyata hasil penyiangannya lumayan banyak juga nih.

Sesuai janji pula, sebagian dari hasil penyiangan kali ini merupakan shoujo manga yang butuh adopter alias pemilik baru yang bersedia menampung.

Tentu saja, aku berharap mereka yang akan mengadopsi buku komik korban penyiangan ini benar-benar membutuhkan, ingin memiliki, atau ingin membacanya.

Jadi, dalam rangka HUT Kemerdekaan RI yang ke-71 (dan sekalian HUT-ku yang ke... *ilang sinyal*), maka...
Postingan GA lagi? Kapan bikin review-nya?!!!

Untuk Tahap Keempat di tahun 2016 ini, yang akan dicarikan pemilik barunya adalah:

Paket 1: Lovely Complex Jilid 1-17 by Aya Nakahara
Paket 2: Min-Min Jilid 1-4 by Yu Asagiri
5 Paket Serial Cantik masing @10 Jilid (Random)

Paket 1 dan 2 kulepas karena aku punya dobel, sedangkan koleksi serial cantik kulepas karena... well... aku memang suka kalap kalau Gramedia lagi sale... dan buntutnya jadi menuh-menuhin lemari saja.

Kalau berminat, syarat jadi adopter mudah saja. Peraturannya:
1. Peserta GA adalah yang memiliki alamat kirim di Indonesia
2. Pendaftaran peserta dilakukan melalui pengisian Google Form di bawah ini.
3. Peserta boleh memilih salah satu paket atau semuanya, namun hanya boleh memperoleh satu paket manga.
4. Pemenang GA akan diundi secara random untuk masing-masing paket manga. Apabila berdasarkan hasil undian seorang peserta yang sama menang di lebih dari satu undian, maka untuk paket lainnya akan diundi kembali pemenangnya secara random.
5. Selain pengumuman di blog, pemenang akan dihubungi via email.
6. Pendaftaran GA akan berlangsung sampai tanggal 8 September 2016.
7. Pemenang akan diumumkan pada tanggal 9 September 2016.
8. Keputusan mengenai pemenang tidak bisa diganggu gugat.
9. Apabila dalam waktu 3 (tiga) hari setelah pemenang diumumkan tidak ada respon, maka akan dipilih pemenang lain sebagai penggantinya.

Yuk, ikuti dan menangkan Giveaway yang sangat mudah ini!


Wednesday, August 10, 2016

2016 Fox's Library Weeding Programme #3 Winners Announcement

Sesuai jani pada posting Weeding Programme #3 tanggal 26 Juni 2016 kemarin, sudah tibalah saatnya untuk mengumumkan pemenang Giveaway buku-buku hasil penyiangan alias beres-beres perpustakaan edisi liburan lebaran kemarin.

Tapi sebelumnya, pertama-tama kepada semua teman yang telah menyampaikan minat untuk mengadopsi buku-bukuku, kuucapkan :

THANK YOUUUUU!!!

Dan, tentu saja, bagi para pemenang yang tercantum di bawah ini, kuucapkan :

 
Dan siapa sajakah yang beruntung kali ini?

Berdasarkan hasil undian secara random, yang berhak mendapatkan buku-buku di bawah ini adalah...

Lila
lilass1051@gmail.com

Tezar
tezarariyulianto@gmail.com

Najwa
najwashufia@gmail.com

F. Juni Ismarianto
linuxrulz@live.com


Aku akan mengirimkan email kepada para pemenang di atas. Harap dibalas dalam 3x24 jam, atau aku akan memilih pemenang lainnya :))

P.S.
Acara beres-beres perpustakaan dan Weeding Programme berikutnya mudah-mudahan dapat dilaksanakan pas aku mengambil cuti bada Hari Raya Kemerdekaan RI minggu depan. Rencananya yang akan dibongkar berikutnya adalah koleksi komik serial cantik (iyaaa, koleksi perpustakaanku memang random banget deh). Buat yang berminat menjadi adopter, please stay tuned yaaa...

P.P.S.
Untuk Weeding Programme #3 ini ternyata ada buku yang tidak ada peminatnya. Buku tersebut akan dicari adopter-nya secara pribadi, sehingga tidak diundi secara random di sini.