Thursday, March 29, 2012

Jasmerah

Rumah ArwahRumah Arwah by Isabel Allende
My rating: 5 of 5 stars


Akhirnya selesai juga aku membaca novel ini, setelah terbengkalai gara-gara terjebak hype film The Raid, lebih banyak browsing ripyu dan trailernya daripada baca buku ;)

Meskipun pernah menonton versi live action novel ini di bioskop, dengan senang kusadari bahwa aku tidak begitu ingat seperti apa filmnya, kecuali para pemerannya: Jeremy Irons, Meryl Streep, Glenn Close, Winona Ryder dan Antonio Banderas (yang baru naik daun waktu itu). Dengan demikian, aku dapat menikmati novel ini tanpa banyak membanding-bandingkan seperti biasanya. Tapi yang jelas, di versi film rasanya tidak sampai ke generasi ketiga keluarga Trueba, karena tidak ada tokoh Alba dan Miguel. Ketika mengecek di Mbah Wiki, konon demi mempersingkat waktu tayang film, karakter dan kisah Alba dilebur dengan karakter Blanca, sedangkan karakter Miguel dicampur dengan karakter Pedro Tercero.

Membaca latar belakang kisah novel ini, otomatis jadi teringat sejarah gelap bangsa sendiri pada timeline dan periode yang berdekatan. Meskipun novel ini menggambarkan kehidupan di negara Amerika Latin, rasanya cerita takkan terlalu jauh berbeda apabila setting dan tokoh-tokohnya diadaptasi menjadi negara dan warga Indonesia, mengingat gonjang-ganjing politik, revolusi, kudeta militer, dlsb berada dalam gelombang dan frekuensi yang sama.

hal. 504-505
Alba menghampiri mereka dan menunjuk pada mural di sisi seberang jalan. Coretan cat merah dan cuma berisi satu kata dalam huruf-huruf yang sangat besar: JAKARTA.
"Apa artinya, Companero?"
"Entahlah," jawab si pemuda.
Dan tak satu pun dari mereka tahumengapa kubu oposisi mengecatkan kata Asia tersebut di tembok, mereka belum pernah mendengar tentang tumpukan mayat orang-orang yang dituduh komunis di jalanan kota yang jauh itu.


View all my reviews

Sunday, March 18, 2012

Pejantan Tangguh


Lover Unbound (Black Dagger Brotherhood, #5)Lover Unbound by J.R. Ward
My rating: 4 of 5 stars

Review ini tidak ada hubungannya dengan Sheila on 7. Beneran deh. Cuma ingin spoiler bahwa di novel ini ternyata ada profesi tambahan buat anggota brotherhood: Primale, alias pejantan yang bertugas membuahi para vampir wanita terpilih (the Chosen), untuk menghasilkan para brother dan chosen generasi berikutnya.

Sepanjang membaca buku kelima serial BDB ini, pikiranku melompat-lompat seperti ini:

Nuansa buddy-buddy ala Joey dan Chandler antara Vishous dan Butch di buku-buku sebelumnya,
Tiba-tiba jadi bergeser ke nuansa film yang ini:

Lalu tiba-tiba geser lagi ke adegan-adegan serial teve ER. Lantas waktu Vishous keberatan dapat tugas tambahan sebagai Pejantan Tangguh yang harus membuahi 40 wanita terpilih demi kelangsungan spesies, malah kepikiran bagaimana reaksi City Hunter kalo ditawari kerjaan itu ;):

Menjelang akhir novel, ketika sampai adegan Vishous ingin membangkitkan Jane dari kematian dengan mengorbankan tangan kanannya, malah teringat anime yang satu ini :

Bagaimana bisa melupakan kakak beradik Elric yang melakukan dosa besar dengan berusaha membangkitkan ibu mereka dari kematian, tapi berakhir dengan Edward harus mengorbankan tangan dan kakinya untuk menyelamatkan arwah Al? Sempat terpikir Vishous bakal memiliki tangan kanan fullmetal. Tapi tentu saja, endingnya yang epic malah jadi seperti film ini (meskipun perannya terbalik sih):

Pfft. My bad. Kebanyakan nonton film dan anime sih... xixixi

Anyway, sampai buku kelima ini vampir warrior favoritku tetap Vishous. Habisnya dia bukan cuma hunky vampir warrior biasa seperti brother lainnya, tapi juga sangat amat jenius, konon setara Hawking (lebay.txt banget deh). Even dia kinky dan pervert (pervert mana sama Ryo Saeba coba?), all-round sex expert sampai buka praktek BDSM segala, setidaknya dia belum sampai mencoba zoophilia :) Perasaannya pada Butch yang ternyata lebih dari sekedar fenomena Chandler-Joey juga malah bikin jatuh simpati. Sayang, ending novelnya dipaksakan happy. Padahal sekali-kali berakhir tragis juga nggak apa-apa sih... *pembaca kejam*

View all my reviews

Roommate Revealed

Lover Revealed (Black Dagger Brotherhood, #4)Lover Revealed by J.R. Ward
My rating: 4 of 5 stars


Setelah baca buku keempat serial ini, baru deh ngeh kostum para vampire warrior BDB yang hitam-hitam plus jaket kulit hitam panjang mengingatkanku pada siapa. Heh, itu kan trademark-nya vampire warrior favoritku di serial Buffy: Spike!
Spike: on the catwalk (maybe?)


Entah kenapa di serial BDB kostum ini jadi seragam tempur wajib, yang malah menunjukkan identitas mereka sebagai BDB, meski katanya mereka berusaha berbaur dengan lingkungan.

Buku keempat ini berfokus pada manusia favorit teman-teman BDB kita, Butch O'Neal, dan kisah cintanya dengan mantan shellan Wrath, Marissa. Tapi buatku, ketimbang mengikuti perkembangan kisah romansa Butch-Marissa, lebih menarik mengikuti perkembangan hubungan Butch dengan Vishous, roommate-nya sejak buku pertama. Karena entah mengapa, keakraban mereka malah mengingatkanku pada pasangan roommates lain yang merupakan favoritku:
awww, so sweet... #eh?


Ehm, bukan berarti ada hubungan romantis di antara mereka atau apa gitu (Chandler bukan gay! Sungguh! *ngotot.com*). Tapi mereka terasa so right with each other, apalagi buat Vishous yang biasanya menjaga jarak dari para brother apalagi vampir nonbrother lainnya, Butch adalah sahabat pertamanya, dan ia siap sedia berkorban demi manusia favoritnya itu. Bahkan berkorban perasaan dengan merelakan Butch berhubungan dengan Marissa! Di sini jadi teringat bagaimana syoknya Joey ketika akhirnya tahu bahwa Chandler memilih hidup bersama Monica, dan meninggalkannya sendirian di apartemen yang telah mereka tempati bersama selama bertahun-tahun! Er... bukan berarti aku membandingkan Vishous dan Joey... yang karakternya berbeda bumi dan langit ;p But you know what I mean lah.

So, I pray for Vishous's happiness... yang sepertinya membuatku kudu segera baca buku kelimanya, di mana Vishous akhirnya kebagian giliran jadi boga lakon.

N.B. Adegan Butch walk-in pas Vishous lagi sibuk di penthouse-nya membuatku teringat adegan Xander walk-in pas Spike lagi sibuk dengan Buffy yang invisible di guanya. Hm... kinky or not kinky, that is the question...


View all my reviews

Saturday, March 17, 2012

Gen Si Kaki Ayam

Barefoot Gen, Volume Ten: Never Give UpBarefoot Gen, Volume Ten: Never Give Up by Keiji Nakazawa
My rating: 4 of 5 stars

Meskipun tidak dapat jilid 1, 6, dan 7, syukurlah aku membeli tujuh jilid manga ini di KGF 2012 kemarin dengan harga satuannya 10 ribu rupiah saja (boasting mode on).

Jadi teringat waktu SD atau SMP (nggak ingat lagi deh) aku membeli komik terjemahan jilid 1-nya, yang berjudul Gen Si Kaki Ayam (mungkin bisa dibilang manga pertama yang kumiliki karena Elex belum menerbitkan Candy-Candy), dan sialnya tidak menemukan lanjutannya lagi sampai saat ini.

Kisah Gen Nakaoka (yang kemungkinan besar kisah Keiji Nakazawa sendiri) ini memberi gambaran kepada kita tentang kehidupan rakyat biasa di Hiroshima, sebelum dan sesudah peristiwa bersejarah jatuhnya bom atom pertama di dunia.

Sebagai warga salah satu negara yang dijajah Jepang saat PD II, sebelum membaca jilid 1 komik ini dulu, kukira kehidupan rakyat Jepang damai sejahtera saat tentaranya sibuk menjajah negara lain. Minimal seperti rakyat AS yang ignorance saat negara dan tentaranya asyik berperang dan menghancurkan negara lain. Tapi ternyata rakyat biasa Jepang sama menderitanya dengan rakyat negara yang dijajah, khususnya menjelang berakhirnya perang. Seperti tersurat dalam sejarah, perang memang hanya demi keuntungan dan ambisi segelintir orang, meski digembar-gemborkan dengan "atas nama rakyat" atau "demi kehormatan negara", atau pembenaran-pembenaran lainnya.

Jilid 2 dst menceritakan hell on earth for the dying and the living setelah bom atom dijatuhkan, mengisahkan bagaimana tokoh utamanya melanjutkan hidup dan tetap bertahan meskipun tragedi dan bencana datang silih berganti.

Wheat pushes its shoots up through the winter frost, gets stepped on again and again, and send strong roots down into the earth so it can grow straight and tall... until one day it bears fruit.

View all my reviews

Friday, March 16, 2012

Mr. Darcy, Zombie Slayer

Pride and Prejudice and ZombiesPride and Prejudice and Zombies by Seth Grahame-Smith
My rating: 3 of 5 stars

Sebenarnya sekarang demam Mr. Darcy-ku sudah lewat, tapi rasanya sulit melewatkan novel plesetan yang satu ini. Seperti apa ceritanya? Novel ini boleh dibilang mash-up P&P dan World War Z. Basisnya sih tetap P&P, kira-kira 90% cerita dan dialog masih asli, sisanya baru plesetan dari Seth-Grahame Smith. Makanya nama Jane Austen masih dipajang sebagai penulis.

Di dimensi lain ini, kelima putri keluarga Bennet memiliki reputasi sebagai pembasmi zombie yang cukup handal di Hertfordshire. Waktu kecil mereka dikirim ke kuil Shaolin segala untuk mendapatkan ilmu bela diri, yang menunjukkan kepedulian Mr Bennet agar anak-anaknya bisa menjaga diri dari serangan zombie. Tapi di dimensi manapun, ada zombie ataupun tidak, Mrs Bennet hanya peduli bagaimana menikahkan anak-anaknya dengan bujangan yang memenuhi syarat.

Cerita dimulai dengan kedatangan Mr Bingley ke Netherfield, yang langsung diincar para ibu tetangga untuk anak gadis mereka. Gosip langsung menghangat waktu diketahui cowok jangkung, gagah dan ganteng yang mendampinginya konon slayer terkenal yang sudah membantai lebih dari seribu unmentionables (istilah zombie di novel ini). Sayang orangnya sombong, sehingga segera langsung dicoret dari daftar calon mantu.

Dengan alur cerita yang masih sama, boleh dibilang di sini Elizabeth Bennet lebih temperamental dan haus darah (rupanya di Shaolin tidak diajari untuk mengendalikan emosi). Begitu menguping Darcy menyebutnya "not handsome enough to tempt me", Lizzy langsung tersinggung, nyaris mencabut belati, menyerang Darcy dan menggorok lehernya. Untung diinterupsi serbuan zombie, yang langsung diatasi Bennet V.

Seperti apa lagi pergeseran cerita dari pakemnya?

Sebagian tokoh sampingan atau figuran terinfeksi atau mati karena serangan zombie. Di antaranya Charlotte Lucas, sahabat Lizzy. Para pelayan di Netherfield mati disantap zombie saat Bingley sedang mengadakan pesta dansa. Dan surat-surat mungkin terlambat atau tidak sampai ke tujuan karena para kurir, yang pekerjaannya rupanya sangat berbahaya di dimensi itu, diserang zombie di tengah jalan.

Kisah Jane Bennet jatuh sakit waktu berkunjung ke Netherfield masih sama. Tapi bukan karena kehujanan, melainkan karena diserang zombie di tengah jalan. Kayaknya di sini wajar kalau Darcy ingin memisahkan Bingley dari Jane, karena curiga Jane sudah terinfeksi penyakit zombie.

Kisah Lizzy berkunjung ke kediaman Mr Collins dan Charlotte tidak dihiasi ujian Lady Catherine atas permainan piano Lizzy, melainkan ujian fighting skillnya melawan para ninja Lady Catherine, yang dibantai Lizzy dengan sukses. Belakangan Lady Catherine (dibantu ninja-ninjanya) juga berduel dengan Lizzy, saat curiga Darcy berniat menikahi Lizzy.

Cerita masih happy ending, dan para zombie masih bebas berkeliaran.

Lizzy the Zombie Slayer


View all my reviews

Tuesday, March 13, 2012

The Story of Rhage

Kekasih Abadi (Lover Eternal)Kekasih Abadi by J.R. Ward
My rating: 4 of 5 stars

Kali ini tiba giliran Rhage, si tampang-ala-Hollywood-yang-konon-Brad Pitt-aja-kalah-jauh yang jadi boga lakon utamanya. Dan syukurlah cover novel terjemahannya lebih baik daripada buku pertamanya, meskipun wajahnya nggak kelihatan, yang penting bodi-nya cukup memuaskan imajinasi :P

Plot utamanya sederhana saja. Rhage, si-ganteng-tiada-tara (eh, perasaan julukan ini ada yang punya hak patennya di goodreads, ya?), ternyata memiliki kutukan yang akan mengubahnya jadi monster apabila berada dalam kondisi tertentu. Parahnya, kalau jadi monster dia tak kenal kawan tak kenal lawan. Untuk mengendalikan monster dalam dirinya, Rhage melampiaskan energinya pada pertempuran dan wanita. Untuk yang terakhir itu dia malah sudah jadi legenda sendiri di brotherhood. Karena buku ini didedikasikan untuk Rhage, maka di sinilah ia bertemu dengan Mary Luce, manusia yang ditakdirkan untuk menjinakkannya dan menjadi pawang monsternya. Hm... plot yang manga banget, nggak sih.

Selain cover, buku ini menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari buku sebelumnya dari sisi roman. Meskipun Rhage punya reputasi main sikat setiap wanita yang lewat di depan hidungnya, khusus untuk wanita manusia yang satu ini, ia sangat berhati-hati dan menjaga kelakuannya. Jadilah hubungan Rhage-Mary melalui proses courting yang wajar, minimal dimulai dengan kencan makan malam dulu, meski kayaknya yang sempat makan cuma Rhage.

Bagusnya serial ini, cerita tidak melulu berfokus pada kisah Rhage-Mary, karena ada subplot lain yang akan melandasi cerita-cerita berikutnya, seperti mengenai awal hubungan Zsadist-Bella, calon vampir John Matthew, proyek-proyek para Lesser, atau proses pertemanan Butch si mantan polisi dengan gerombolan vampir warrior. Kita juga dibuat tahu selera bacaan, musik dan film para anggota brotherhood. Informasi penting tuh, kita kan perlu tahu selera kita cocok nggak dengan mereka #eh?

Yang sekarang bikin aku penasaran sih, kayak gimana ya ceritanya nanti tentang vampir berjanggut kambing yang jagoan IT dan doyan bisbol? Please jangan pake spoiler ya, biarkan hubunganku dengan BDB berjalan apa adanya...

View all my reviews

Sunday, March 11, 2012

Hunky Vampire Warriors

Kekasih Misterius (Dark Lover)Kekasih Misterius by J.R. Ward
My rating: 4 of 5 stars

241 - 2012

Lupakan cowok berambut kriwil di sampul buku edisi terjemahan ini, karena saat membaca novel ini, sungguh tak bisa membayangkan tampang boga lakonnya seperti itu :D

Sang tokoh utama, Wrath, mungkin karena kondisi matanya, kubayangkan mirip Daredevil atau Umibozu-nya City Hunter >.< Bukan tampangnya, tentu saja, tapi fighting skill-nya.

Yang menarik dari novel ini tentu saja brotherhoodnya, karena selain sang Raja Buta masih ada beberapa vampir hunky hearththrob lain yang sepertinya enak untuk diicip-icip, dan biarpun tampangnya gangster bertato tapi pada doyan bercanda (sebagian aja, sih). Perkenalan masing-masing karakternya cukup mengundang untuk membaca kisahnya masing-masing. Sayang nama karakter-karakternya rada aneh.

Nama para anggota brotherhood ini sepertinya bukan nama yang diberikan ortu waktu lahir deh, lebih pantas nama julukan yang sengaja dipilih buat nakut-nakutin musuh. Wrath sih jelas. Yang lainnya rada maksa: Rhage (Rage, kalee), Vishous (Vicious mungkin maksutna), Tohrment (kalau pingin pake h, sekalian aja Thorment, biar panggilannya Thor kayak dewa Viking), Phurry (Fury aja, napa!), dan Zsadist (kenapa juga kudu pake Z?). Tapi kalo itu maunya pengarang, ya apa boleh buat. Asal yang baca tidak keseleo lidah aja.

Kalau ditinjau dari sisi romannya... Eh, ini termasuk cerita roman, gitu? Soalnya tipe Lust In First Sight, Fuck In First Night. Tidak pake flirting dan courting dulu, tancap gas dari awal. Cinta datang kapan-kapan.

Anyway, meski penggemar Buffy TV Series, tidak berarti aku jadi penggemar genre vampir yang belakangan ini semakin merajalela. Setelah dibikin ilfil oleh vampir yang berkilauan, lantas sedikit terobati oleh vampir true blood, novel ini menghibur simply karena hunky vampire warriors-nya.

Ssh... aku nggak melupakanmu, kok, Spike... ;)

View all my reviews

Prelude to Genpei War

Minamoto no YoritomoMinamoto no Yoritomo by Eiji Yoshikawa
My rating: 3 of 5 stars


Seperti biasa, kalau membaca novel Jepang setelah membaca kisah versi manga, ada beberapa hal yang sulit dihindari: membandingkan jalan cerita dan membayangkan tampang karakter seperti yang ada dalam manga, sama halnya dengan membaca novel setelah menonton versi live-actionnya lebih dulu. Sebenarnya kalau baca novel, seharusnya lebih baik membayangkan Hideaki Takizawa sebagai Minamoto no Yoshitsune, daripada manga-chara versi Hirofumi Sawada.




                    Mari kita bandingkan kedua gambar di atas...
 

Ya, kan? Tapi sayangnya, aku belum pernah nonton Taiga NHK Tahun 2010 yang dibintangi Hidetaki itu, jadi apa boleh buat, yang terbayang di benak saat membaca novel ini hanya chara design-nya Sawada-sensei.


Lho, novel ini kan berjudul Minamoto no YORITOMO, kenapa malah ngomongin Yoshitsune terus sih?

Duh, apa boleh buat, karena tokoh Yoshitsune, seperti yang disebut Jeng Wiki: considered one of the greatest and the most popular warriors of his era, and one of the most famous samurai fighters in the history of Japan, sehingga tokoh ini lebih populer dalam literatur dan drama Jepang, sebagai tokoh utama... Bahkan boleh dibilang, separuh isi novel ini malah menceritakan tentang Ushiwaka/Shanaou/Yoshitsune yang dibuang ke Gunung Kurama, dan sama sekali tidak menceritakan tentang kehidupan Yoritomo sejak dibuang ke Izu pada usia 13 tahun sampai muncul kembali setelah usia 29 tahun. Mungkin masa-masa 16 tahun pembuangan Yoritomo memang kurang menarik untuk diceritakan, sehingga lebih baik diisi cerita tentang saudara tirinya? Lagipula, bagian ketiga literatur klasik Jepang Heike Monogatari memang menempatkan Yoshitsune sebagai tokoh utama.

Oke, kembali ke novel. Pertama-tama... syukurlah nama-nama karakter di novel ini tidak diganti suka-suka seperti dalam novel terjemahan The Heike Story, yang kekeuh sumeukeuh mengganti nama keluarga Taira menjadi Heike dan Minamoto menjadi Genji (biar cocok sama judulnya, gitu?). Jadi, aku lebih nyaman membacanya dan tidak setiap kali menggerutu kalau membaca nama karakternya ;P

Kisah bermula tepat setelah klan Genji kalah dari klan Heike dalam Perang Heiji. Akibatnya, Minamoto Yoshitomo dan dua anak tertuanya, Yoshihira dan Tomonaga tewas. (Saat itu usia Yoshitomo adalah 37 tahun, Yoshihira 19 tahun, dan Tomonaga 16 tahun. Untuk ukuran sekarang, yang terpikirkan hanya waduh, masih muda banget! Apalagi kalau dibandingkan dengan para pemimpin negara di dunia saat ini...).

Seharusnya, untuk menumpas ancaman di masa depan atau istilahnya membersihkan rumput sampai ke akar-akarnya, Taira no Kiyomori menghabisi seluruh keturunan Yoshitomo. Tapi karena belas kasihan (yang tidak pada tempatnya, menurut anggota klan Heike lainnya), Kiyomori hanya memberikan hukuman buang pada anak-anak Yoshitomo yang tersisa, Yoritomo yang masih berusia 13 tahun, dan ketiga anak Tokiwa Gozen, salah satunya adalah Ushiwaka yang kelak bernama Yoshitsune. Keputusan yang sangat fatal, karena kelak anak-anak inilah yang akan meruntuhkan kekuasaan klan Heike.

Selanjutnya, dikisahkan bagaimana Ushiwaka yang dibuang ke Gunung Kurama untuk menjadi biksu, diam-diam malah mendapat pendidikan militer dan beladiri dari sisa pengikut ayahnya, yang saking tinggi kepandaiannya, dikira sebagai tengu oleh penduduk setempat. Belakangan para tengu ini ditumpas oleh pasukan Heike, sehingga akhirnya Ushiwaka melarikan diri dari Kurama tepat sebelum ditasbihkan sebagai biksu di ulang tahunnya yang ke-16, dengan bantuan Kichiji si pedagang keliling.

Sementara itu, kehidupan Yoritomo di Izu begitu adem-ayem sampai usianya yang ke-29, sampai-sampai mungkin klan Heike sudah melupakan bahwa dia ada. Bukan berarti selama itu Yoritomo hidup bagaikan biksu, karena ada saja wanita yang menjalin hubungan dengannya. Malah suatu waktu hubungannya dengan putri Itou Sukechika sampai menghasilkan anak, namun karena ia hanya orang buangan dan takut mendapat masalah dari klan Heike, Sukechika membunuh cucu haramnya itu dengan menenggelamkannya ke sungai.

Tapi karena ada saja kalangan yang tidak menyukai pemerintahan klan Heike, bergabunglah pihak-pihak yang diam-diam menyusun kekuatan untuk menentangnya, dan merencanakan bahwa Minamoto no Yoritomo yang akan menjadi titik pusatnya, karena siapa lagi yang pantas menghadapi klan Heike kalau bukan keturunan langsung Minamoto no Yoshitomo?

Sialnya, setelah membeli buku ini, baru tahu bahwa ini adalah buku pertama dari dwilogi. Waduh... harus nunggu berapa lama sebelum sampai ke Genpei War dong?

View all my reviews

Saturday, March 10, 2012

Shinsengumi

SHINSENGUMI - Pasukan Samurai Terakhir Shogun SHINSENGUMI - Pasukan Samurai Terakhir Shogun by Romulus Hillsborough
My rating: 3 of 5 stars

Pertama kali tahu Shinsengumi waktu nonton anime Rurouni Kenshin, yang diwakili khususnya oleh tokoh Saito Hajime, yang digambarkan punya story pribadi dengan Kenshin Himura, sehubungan dengan perseteruan mereka di pihak yang berseberangan saat perang saudara.

keren ya? daripada gambar yang dipajang di sampul buku ini.

Setelah itu, manga dan anime tentang Shinsengumi pun muncul bertubi-tubi, dan kebanyakan, seperti Flash of Wind-nya Taeko Watanabe, meromantisir kelompok samurai yang satu ini.

Karena itu, buku ini memaksa para penikmat manga dan anime yang terlanjur mendapat gambaran baik-baik tentang Isami Kondo, Toshizo Hijikata, Okita Souji, Saito Hajime dkk untuk melihat mereka dari sisi yang berbeda. Serigala Mibu di buku ini mungkin lebih mirip gambaran di Rurouni Kenshin.

Buku ini cukup menarik untuk mereka yang ingin tahu lebih detil tentang latar belakang perang saudara Jepang di tahun 1860-an dan peran Shinsengumi di dalamnya. Sayang, terjemahan dan editingnya membuat buku ini tidak nyaman dibaca.


View all my reviews

Friday, March 9, 2012

TEMPO kukecil...

Cerita di Balik Dapur TempoCerita di Balik Dapur Tempo by Tim Buku TEMPO
My rating: 4 of 5 stars

Gara-gara kejar setoran untuk mengurangi tumpukan buku di kamar kost, maka acara menulis review kutinggalkan untuk sementara. Tapi untuk buku ini, aku ingin menuliskan sesuatu. Bukan review, hanya mengenang masa lalu, karena majalah TEMPO memang memiliki tempat tersendiri dalam sejarah perkembangan minat bacaku.

Waktu kukecil hidupku amatlah senang... #eh, malah nyanyi. Ulangi.

Waktu kukecil, bahan bacaanku, khususnya buku cerita anak-anak, cukup terbatas. Maklum, beli buku paling bisa dilakukan sebulan sekali dengan hasil mengirit uang saku bulanan. Tapi untunglah, orang tuaku berlangganan koran dan majalah. Jatahku sebagai anak SD sebenarnya cuma majalah Ananda (dengan sisipan komik Mahabharata-nya Jan Mintaraga dan Teguh Santosa itu lo), tapi karena terlalu banyak waktu luang, belum jaman komputer, di televisi cuma ada TVRI, dan alasan lain sebagainya, aku juga ikut membaca koran Pikiran Rakyat, majalah remaja Hai dan Gadis, majalah ibu-ibu Kartini dan tentu saja... majalah TEMPO.

Apa saja yang kubaca dari majalah TEMPO? Hampir semuanya, mungkin, dari Surat Pembaca sampai kolom-kolomnya, meski sekarang tidak ingat lagi nama-nama rubriknya, dan waktu kubaca belum tentu bisa kupahami semua makna yang tersurat maupun tersirat pada setiap kalimatnya. Tapi ada satu rubrik yang amat berkesan bagiku, sering kubaca ulang, sampai kugunting dari halaman majalah koleksi ayahku itu: Catatan Pinggir. Goenawan Mohamad menulis dengan tema apa saja di sana, dari A sampai Z, dengan gaya penulisan yang menarik. Boleh jadi gara-gara Caping aku jadi membaca sebanyak-banyaknya dengan cita-cita dan tekad memiliki pengetahuan yang seluas-luasnya, tidak terbatas yang kupelajari di sekolah.

Sayangnya, kebiasaan membaca majalah TEMPO seminggu sekali itu berakhir setelah aku lulus SMP, karena ayahku pindah dinas ke luar Jawa, sementara aku pindah ke rumah nenek di Cirebon. Dan bacaanku kemudian terbatas pada apa yang bisa kubeli dari uang saku, dan majalah bukan pilihan utamaku. Novel, oke. Komik, oke, apalagi manga yang mulai muncul pada saat itu mulai menyita minat dan isi dompetku. Tapi sebagai pembelaan diri, baca manga juga menambah pengetahuan kok (minimal jadi tahu bagaimana kehidupan orang Jepang sehari-hari ;P).

Sekarang, setelah punya penghasilan sendiri, kalaupun beli majalah, aku hanya membeli majalah hiburan, majalah film tepatnya, demi update hobi nonton. Majalah lain? Kalau bisa pinjam dan numpang baca saja. Untung sekarang ada internet, minimal bisa baca versi onlinenya (kalau sempat).

Maafkan aku sudah melupakanmu, TEMPO. Sebagai gantinya, aku membeli buku 40 tahunmu ini, dan memberikan rating 4 dari 5 demi kenangan masa lalu :)

Oke, curhat selesai. Sedikit review deh.

Salah satu yang menarik dalam buku kecap dapur TEMPO ini, adalah minat TEMPO untuk melestarikan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sampai menciptakan padanan kata sendiri atau mempopulerkan kata-kata dari bahasa daerah yang sekarang sudah dianggap lazim, seperti "berkelindan", "konon", "santai" sampai "dangdut" (sayang tak ada hak paten dalam penciptaan kata). Atau kebiasaan mengoreksi kata-kata yang digunakan atau diucapkan orang lain (dasar editor!), yang mengingatkan pada kebiasaan pribadiku yang sulit kuhilangkan (padahal aku kan bukan editor).

View all my reviews