Showing posts with label Opini. Show all posts
Showing posts with label Opini. Show all posts

Wednesday, January 2, 2019

The Ugly, The Bad, and The Good: Auwyang Hong at a Glimpse


Dalam setiap cerita, sudah pasti ada tokoh antagonis, yang memang diciptakan sebagai plot-driver untuk membuat hidup tokoh protagonisnya semakin sulit.

Dalam cerita silat karya Chin Yung yang pertama kali kukenal, Sia Tiauw Eng Hiong, terdapat segudang tokoh antagonis, dengan jadwal naik panggung yang berbeda-beda. Ada yang muncul sejak awal, ada yang baru muncul setelah tokoh kita terjun ke dunia kang-ouw, ada pula yang baru muncul di babak pertengahan tapi terus mendominasi sampai akhir dongeng.



Nah, tokoh antagonis yang akan kita bahas sekarang termasuk dalam kelompok terakhir.

Sebelum Auwyang Hong menampakkan diri pada babak Oey Yok Su mencari mantu di pulau Tho-hoa-to, pembaca sudah mendapatkan sedikit gambaran seperti apa tokoh kang-ouw paling sakti di daerah barat ini. Konon kesaktiannya sejajar dengan tiga tokoh sakti dari tiga mata angin lainnya: Ang Cit Kong dari Utara, Oey Yok Su dari Timur dan Toan Hongya dari Selatan. Dan level mereka berempat cuma sedikit di bawah sang pendiri Coan-cin-kauw. Tapi dari julukannya yang garang, See Tok alias Racun Barat, pembaca sudah dapat menduga bahwa tokoh satu ini pasti lebih sesat dibandingkan Oey Yok Su si Sesat Timur. Apalagi pembaca terlanjur kenal duluan dengan keponakannya yang ganteng-ganteng kucing garong.



Lalu benarkah Auwyang Hong sejahat yang diperkirakan?

Kalau kita melihat dari sudut pandang para tokoh utama yang sangat dirugikan oleh tindak tanduknya, tentu saja kita semua sepakat bahwa dosa-dosanya susah dimaafkan. Kalau diukur dengan 7 deadly sins, paling tidak ia menderita penyakit wrath, greed, pride,  dan envy. Ia menghalalkan segala cara dan tidak segan-segan berbuat kriminal dengan segala macam variasi dan turunannya demi mencapai tujuan utama hampir semua orang di dunia kang-ouw: menjadi jagoan nomor satu di kolong langit.

Tapi tentu saja, meskipun pada karya-karya awalnya Chin Yung cenderung menggambarkan para karakternya dengan sangat hitam putih, kalau kita mau, kita bisa kok mencari sisi positif dari setiap orang, termasuk karakter beracun seperti Auwyang Hong.



Jadi, apa saja sisi positif dari Auwyang Hong yang bisa kita ambil?

1. Ambisius
Seperti kata Gordon Gekko di Wall Street, Greed is Good. Mau seperti apa hidup manusia tanpa ambisi? Meskipun ilmu silat Auwyang Hong sudah sangat tinggi dan orang yang bisa menandinginya hanya bisa dihitung dengan jari sebelah tangan, ia tidak mudah merasa puas. Kalau di atas gunung masih ada gunung, mari kita taklukkan gunung yang lebih tinggi. Kalau di atas langit masih ada langit, mari kita bangun roket untuk menjelajahi angkasa luar. Jadi jagoan nomor satu di dunia kang-ouw? Mari kita cari dan pelajari ilmu silat yang sakti tiada tandingannya!

2. Rajin Belajar
Meskipun umurnya sudah tua, semangat belajar Auwyang Hong masih tetap tinggi. Ia juga tidak malu untuk belajar pada orang-orang muda yang belum kenal asam garam dunia, sepanjang mereka lebih menguasai ilmu yang ingin dipelajarinya. Meskipun ilmu yang dipelajarinya sangat sulit dipahami karena sudah diedit habis-habisan oleh trio Ang Cit Kong-Kwee Ceng-Oey Yong, toh ia tetap maju tak gentar walaupun harus menempuh risiko penurunan kesehatan mental.

3. Toksikolog Ahli
Julukan Racun Barat yang disandang Auwyang Hong sangat literal, bukan hanya metafora. Racun ular yang jadi andalannya bukan hasil belanja dari tukang obat kaki lima, tapi dibuat sendiri di laboratorium pribadi melalui eksperimen yang komprehensif dan ekstensif. Dan racun yang bisa ditularkan dari korban pertama pada korban-korban berikutnya? Cuma Auwyang Hong yang bisa begini!

4. Panjang Akal
Meskipun berkali-kali dikerjai orang, terutama oleh Oey Yong yang cerdik-cendekia, Auwyang Hong kerap bisa mengatasinya. Malah, siapa sangka dalam keadaan kepepet ia berhasil menemukan parasut (meskipun dengan bahan seadanya sehingga terpaksa terjun payung dari puncak tebing dalam keadaan telanjang). Tanpa ide briliannya, Kwee Ceng dan Oey Yong pasti tak kepikiran untuk mengerahkan pasukan para pertama di dunia sehingga pasukan Jenghis Khan bisa menaklukkan kota Samarkand.

5. Tidak Mata Keranjang
Kata orang, buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Tapi bisa dibilang, untuk urusan ranjang, Auwyang Hong sama sekali berbeda dengan Auwyang Hok yang gemar memetik bunga tanpa izin. Iya, bisa saja sih karena sudah tua mungkin saja minatnya ke olahranjang sudah tidak sebesar waktu masih muda, tapi tetap saja tidak ada ceritanya kalau ia punya kecenderungan bersikap ganjen pada gadis-gadis cantik yang ditemuinya. Buktinya, anaknya cuma satu. Kalau ia punya anak segudang dari haremnya di Gunung Unta Putih, jelas ia tidak akan menerima Yo Kang sebagai murid!

Untuk masalah status Auwyang Hok, aku lebih memilih versi Wong Kar Wai di Ashes of Time, di mana Auwyang Hong bukannya berselingkuh dengan istri kakaknya. Ia hanya terlalu keranjingan pada ilmu silat dan mencari nama di dunia persilatan, sehingga sering meninggalkan kekasihnya. Wajar saja sih pas ditinggal lama, dalam keadaan hamil akhirnya sang kekasih terpaksa menikahi calon kakak iparnya. Yaaa, daripada anaknya lahir sebagai anak di luar nikah. Waktu itu kan belum ada hape, susah memanggil pulang Bang Toyib buat dipaksa nikah!

6. Sayang Anak
Yang ini tidak usah diragukan lagi. Meskipun status Auwyang Hok hanya “keponakan”, jelas Auwyang Hong hanya menyayanginya. Apalagi seperti halnya Hiten Mitsurugi Ryu-nya Seijuro Hiko, ilmu Auwyang Hong hanya bisa diturunkan pada satu orang dalam setiap generasi. Kalau saja nasib berkata lain, sudah pasti apapun yang dipelajari dan akan dipelajari Auwyang Hong seumur hidupnya, termasuk Kiu-im Cin-keng, semuanya akan diwariskan kepada putra semata wayangnya. Belum lagi urusan jodoh. Meskipun tahu anaknya mata keranjang, sebagai ayah yang baik ia tidak segan-segan turun tangan langsung membantu anaknya untuk meminang putri rival besarnya. Dan sayang anak ini tidak hanya berlaku untuk anak kandung, ia juga menerapkannya pada anak angkatnya, Yo Ko.

7. Ganteng
Apalagi waktu masih muda. Kalau ditanya mirip siapa, ya… kira-kira mirip Leslie Cheung, lah XD

Kumis tipis hiasan, wajah tampan rupawan

Yah, pasti sebenarnya masih banyak lagi hal-hal positif yang masih bisa kita gali dari tokoh antagonis ini. Tapi nanti malah bikin posting ngalor-ngidul ini jadi kepanjangan :)


Ada yang mau ikut menambahkan?


Catatan :
Tulisan ini sudah lama kubuat, menurut MS Word tanggal 14-02-2017, kira-kira tidak jauh jaraknya dari aku membeli-ulang-baca-ulang serial Sia Tiauw Eng Hiong-nya Chin Yung. Sekarang ku-upload saja untuk memulai postingan di tahun 2019 (selain postingan wajib challenge awal tahun). Anggap saja ini langkah awal niat lamaku untuk memposting serial tulisan yang mengulik sisi positif para villain atau tokoh antagonis dari cerita atau genre apapun. 









Wednesday, June 10, 2015

Reading Deadpool

Perkenalanku dengan Marvel Universe dimulai sejak aku masih SD, waktu aku rajin main rumah anak tetangga untuk merambah dan meminjam koleksi komik superheronya. Yang pertama kukenal malah serial The Avengers. Setelah SMA, aku mulai membaca dan mengumpulkan serial komik Spiderman, kebanyakan terbitan Misurind. Tapi bagaimanapun, karena komik Amerika terjemahan yang beredar di Indonesia sangat terbatas, kebanyakan yang kubeli dan kubaca adalah komik-komik DC, macam Batman dan Superman, dan aku kurang terpapar oleh dunia Marvel.

Barulah ketika Marvel Cinematic Universe tercipta dan aku sudah menemukan jalan untuk membaca komik Amerika secara masif, aku mulai banyak membaca komik keluaran Marvel. Tapi... terus terang saja, aku memang melewatkan komik Deadpool. Sampai sekarang. Itu pun awalnya karena penasaran saja, mentang-mentang Deadpool bakal dibuat film solonya, setelah numpang lewat di film X-Men Origins: Wolverine

Dan... aku menyesal kenapa baru menyempatkan baca sekarang. Karena oh karena... karakter Deadpool benar-benar hilarious

Tanya kenapa?

1. Crazy like a Fox 
Wade Wilson aka Deadpool lebih sinting dari Murdock-nya The A-Team. Oke, ada alasannya kenapa dia bisa begitu, terutama gara-gara jadi objek eksperimen Weapon X. Tapi... sebelum itu pun sepertinya memang punya bakat psikopat sih. Jadinya, semua tindak-tanduknya unpredictable, baik bagi kawan, lawan, maupun pembaca.



2. Awesome Ability
Sebelum mendapat kemampuan regenerasi yang sangat cepat, jauh lebih hebat dari Wolverine (bahkan kepala putus pun tidak bakal mati, bisa disambung atau tumbuh lagi!), Wade Wilson sudah menjadi mercenary/assassin yang hebat. Setelah punya kemampuan regenerasi, ia menjadi lawan yang menyusahkan, karena setelah mati jadi abu pun tetap bisa hidup kembali. Bahkan, kalau lawannya tidak tahu kemampuannya, ia kerap sengaja mati sebagai bagian dari strategi. Kalau ia mau, serius dan fokus (plus tak segan main curang), mengalahkan superhero dan supervillain Marvel Universe itu perkara gampang.



3. The Merc with a Mouth
Terlepas dari keahlian beladiri tangan kosong ataupun menangani segala jenis senjata yang ada di dunia, senjata utama Deadpool adalah mulutnya, yang lebih cerewet dari senapan mesin. He never shuts up, bahkan ketika sedang berantem. Mungkin lawannya merasa lebih baik bunuh diri saja daripada terus-terusan mendengarkan ocehan Deadpool.



4. Pop Culture Reference
Ocehan Deadpool sering dianggap does not make sense. Tapi itu lebih karena yang dengar (atau yang baca) tidak mengerti atau tidak tahu referensi pop-culture yang dikutip Deadpool. Dalam hal ini, referensi Deadpool bisa ke mana-mana, sesukanya, termasuk mengutip manga Naruto.



5. Breaking the Fourth Wall
Mungkin di dunia Marvel hanya Deadpool yang sadar betul kalau ia cuma karakter komik, dan bahwa apapun yang terjadi di dunianya cuma rekaan belaka. Selain berbicara langsung kepada pembaca atau menyebutkan pada jilid komik keberapa suatu peristiwa terjadi, Deadpool bahkan bisa melangkah keluar dunia komik untuk meneror komikus bahkan pembacanya!



6.  Do not take it seriously
Dengan karakter seperti ini, penulis bebas membuat cerita seancur dan seabsurd mungkin. Meskipun tingkat kekerasan dan pertumpahan darah yang gore menjadi ciri khas komik Deadpool, tapi penulis selalu punya ruang untuk mengimbanginya dengan humor yang variatif, dari yang dumb, slapstick, sinis, bahkan sampai sarkastis. Mau Deadpool kembali ke masa lalu untuk membunuh Sun Tzu? Mau Deadpool bertualang ke dunia paralel dan menemui berbagai versi lain karakternya? Mau Deadpool membunuh seluruh superhero Marvel? Yap. Apapun bisa terjadi. Namanya juga komik!



Setelah dua minggu lebih maraton membaca komik Deadpool, aku resmi menjadikan Deadpool sebagai salah satu karakter favoritku dari Marvel Universe. 

Tinggal menunggu apakah film solo Deadpool yang bakal rilis Februari 2016 kelak tetap setia atau tidak pada versi komiknya (lupakan film X-Men Origins: Wolverine yang tega-teganya menjahit mulutnya yang cerewet). 


Wednesday, April 29, 2015

Hubungan dengan Pembaca [Sebuah Opini]

Tema: Hubungan dengan Pembaca
Terus terang, waktu membaca tema untuk OpBar bulan April ini di kalender BBI, aku rada nge-blank sampai perlu bertanya di grup wa BBI tentang maksud dan tujuan tema ini. Yaaa, daripada sesat di jalan.

Tentu saja tuduhan pertamaku atas bahan obrolan kali ini adalah tentang buku yang membuat pembacanya merasa gue banget gitu loh.

Tuduhan kedua, apakah ini tentang Hubungan antara Penulis dengan Pembaca? Berdasarkan teori biologi, hubungan ini jatuhnya seharusnya simbiosis mutualisme, bukan simbiosis komensalisme, simbiosis amensalisme, atau malah simbiosis kompetisi, di mana kedua pihak malah saling merugikan. Tapi kayaknya bukan itu yang dimaksud, sih ya...

Tuduhan ketigaku jauh lebih mantap: apakah kita akan membahas Hubungan antara Pembaca dengan Pembaca lain? Teori ini cukup masuk akal, mengingat belakangan ini event sepik-sepikan plus comblang-comblangan kembali ramai di grup wa BBI...

Okelah, daripada salah kaprah, seharusnya memang aku membaca dulu panduan dari Divisi Event tentang tema ini sih:

Pernahkah kamu merasa sangat nyambung dengan sebuah cerita atau buku? Seolah kamu bisa relate dengan kisah si tokoh. Atau kamu membaca sebuah buku, tapi temanya bertentangan dengan moral pribadimu? Bagaimana jika sebuah buku begitu kontroversial, kamu nggak tahu bagaimana harus membuat review bukunya? Bagaimana kamu menyikapinya?

Daripada bahasannya ke mana-mana apalagi ngegosipin hubungan antara seorang pembaca dengan pembaca lain terlepas dari apakah hubungan itu hanya gosip atau cuma teori konspirasi, mendingan aku mengikuti panduan saja deh, biar aman :))


1. Pernahkah kamu merasa sangat nyambung dengan sebuah cerita atau buku?

Duh, ya pernah banget dong. Aku bisa merasa nyambung banget apabila sebuah buku bisa membuatku emosi jiwa. Dampaknya bisa bermacam-macam sih, tergantung reaksiku saat jiwaku berpindah secara magis ke dunia yang dibangun penulis. Bisa marah-marah, kesal, menangis, lapar, atau... malah sampai ehm... horny :P . Ini serius, lho, karena tergantung jenis bacaannya juga. Yang terakhir itu memang gawat sih, terutama buat yang tidak punya pasangan yang sah menurut hukum :P



Biasanya buku yang membuatku merasa emosional, misalnya ceurik nepi ka curumbay air mata, kuberi rating tinggi. Habisnya, buat seorang jaded reader sepertiku, makin lama aku makin susah merasa puas, susah menemukan buku yang bisa menggetarkan dawai-dawai jiwa. Jadi, kadang-kadang, bila ada pembaca lain mereview buku dengan laporan bahwa buku itu bisa bikin banjir air mata (TFIOS, misalnya), terus aku tertarik untuk membacanya dan ternyata aku merasa apaan sih kok air mata ga netes setitik pun, ya sudah, sebagus apapun buku ini di mata pembaca lain, aku mungkin menilainya biasa saja. Atau misalnya ada buku genre erotica yang direkomendasikan sejuta umat, tapi bukannya merasa romantis, terpesona atau horny, aku malah merasa sebal dan disgusted, ya sudah, sudah pasti aku tidak terbawa hype dan mainstream, yang ada malah bukunya kuberi rating rendah (you know what book-lah).

Selain buku yang bikin emosi jiwa (sebenarnya buku yang njengkelin dan nyebelin juga bikin emosi jiwa kali ya, tapi reaksi dan penilaiannya bisa berbanding terbalik sih), aku juga bisa nyambung dengan sebuah buku bila tokoh utama di buku itu yang gue banget. Seperti waktu membaca The Abundance of Katherines, misalnya, meskipun tokoh utama di buku itu seorang cowok. 


2. Pernahkah kamu membaca sebuah buku, tapi temanya bertentangan dengan moral pribadimu?

Sudah pasti. Dan ada banyak, tapi aku cenderung mengabaikannya, apalagi kalau buku fiksi. Ya... namanya juga fiksi. Aku selalu berusaha tetap open mind.

Contoh paling gampangnya biasanya kalau membaca buku genre romance, baik itu kontemporer maupun historical romance. Coba deh kalau aku iseng membuat daftar novel romance yang kubaca, terutama yang penulisnya dari luar, mana yang menampilkan sex before marriage (SBM) dan mana yang menampilkan sex after marriage (SAM). Pasti jauh lebih banyak yang SBM. Tak peduli walaupun hasil akhirnya sama, hero dan heroine akhirnya menikah dan live happily for ever after, tetap saja sebenarnya bertentangan dengan prinsip dan keyakinan pribadiku. Tapi yaaa... aku tetap baca sih, dan cuek saja, tidak merasa terganggu sama sekali. Tapi jadinya memang kalau aku menemukan buku roman yang lebih mementingkan SAM, jadi sesuatu banget saking jarangnya.


Tentu saja, novel-novel itu, meskipun mengambil setting di masa lalu, kebanyakan ditulis oleh penulis kontemporer. Mungkin akunya saja yang jarang baca novel roman klasik, yang memang sangat steril. Coba deh baca Pride and Prejudice atau novel-novel Jane Austen lainnya. Jangan harap ada adegan ranjang, adegan pegangan tangan saja jarang. Makanya kalau iseng membaca fanfiction PnP, di mana kita dihadapkan pada Mr. Darcy yang tak kuasa menahan nafsu dan Lizzie Bennett yang gampang diajak indehoy, aku jadi merasa mereka Out of Character banget dan seperti membaca novel yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan PnP, cuma mencatut nama tokoh-tokohnya saja.

Nah, meskipun aku cuek saja kalau membaca novel roman luar, bisa beda kasusnya dengan novel roman Indonesia yang menganut SBM. Iya sih, zaman sudah berubah, dan kita tidak bisa menutup mata bahwa SBM bukan hal yang jarang terjadi di Indonesia. Tapi aku agak susah untuk menyukai buku yang tokoh utamanya melakukan SBM dan menganggapnya sebagai hal yang wajar dan biasa saja di zaman yang modern ini. Kalau sudah seperti itu, aku baru bisa menyukai buku itu apabila jalan ceritanya benar-benar bagus dan memikat.

Di luar prinsip SAM, tentunya masih banyak buku-buku yang mengandung hal-hal yang mungkin tidak sesuai dengan prinsip pribadiku di dunia nyata. Tapi, bisa jadi bukannya menghindari, aku malah sengaja membacanya. Kadang-kadang, membaca sesuatu yang kontroversial malah terasa menarik. Kadang-kadang, tokoh-tokoh yang nyeleneh dengan prinsip hidup yang tidak lazim malah membuat jalan ceritanya jadi semakin menarik. How can we love and support a serial killer?


Yang paling susah memang apabila aku membaca buku nonfiksi yang isinya bertentangan dengan prinsip dan keyakinan pribadi. Meskipun demikian, jarang sih yang membuatku DNF. Setidaknya, aku merasa perlu untuk membaca sebuah buku sampai selesai, sebelum aku memberikan komentar baik ataupun buruk. Dan terkadang, meskipun secara sebuah buku yang kubaca tidak sesuai dengan prinsip pribadiku, bisa jadi aku malah memberikan penilaian yang tinggi, dengan alasan yang bermacam-macam.

Intinya sih, bertentangan dengan prinsip atau moral pribadi sekalipun, kalau menurutku sebuah buku atau cerita benar-benar bagus, aku akan tetap memberi penilaian bagus. 






Tuesday, April 7, 2015

Enter the Magical Realm: Underrated Top 3 Best SF Books [+Giveaway Hop]



Judul yang paradoks? Kontradiktif?

Mau bagaimana lagi... buku-buku genre science fiction memang tergolong criminally underrated di Indonesia. Alasannya jelas karena kurang peminat dan pembaca (apalagi kalau dibandingkan dengan peminat dan pembaca genre romance), sehingga ujung-ujungnya penerbit lokal malas menerbitkan buku bergenre scifi. Beberapa scifi klasik, khususnya karya Jules Verne dan H.G. Wells kadang-kadang terlihat penampakannya di rak toko buku (atau lapak obralan), tapi bagaimana dengan nasib buku-buku yang digadang-gadang sebagai best of the best nya scifi?

Oke, sebelum masuk ke pokok bahasan, pertanyaan pertama adalah: Apa parameter the best yang pas untuk genre science fiction?

Berdasarkan situs yang ini, idealnya cerita SF terbaik mampu menggabungkan storystelling yang baik dengan berbagai macam pertanyaan fundamental tentang segala hal: masyarakat, agama, politik, hubungan antar ras, ruang, waktu, takdir manusia, tempat kita di alam semesta ini, dll. Dan akan jauh lebih baik lagi apabila ceritanya disertai plot dan karakter yang kuat. Sayangnya, hal itu jarang kita temukan dalam satu buku.

Dari 25 buku SF terbaik di dunia versi situs yang sama, aku mencomot tiga buku teratas saja untuk sharing kali ini. Selain karena pembahasan 25 buku bisa panjang bukan kepalang, sebagai pembaca level cemen untuk genre ini, aku baru membaca 6 dari 25 buku yang ada dalam daftar. Itu pun setengahnya baru kubaca beberapa hari belakangan ini :P

Yuk kita mulai saja!

#1 Dune

First edition cover
Novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1965 ini memenangkan Hugo Award dan Nebula Award untuk kategori Best Novel pada tahun 1966, yang merupakan penghargaan tahunan untuk karya science fiction/fantasy terbaik.

Novel ini bersetting di masa depan yang jauh, dengan sistem pemerintahan antarbintang berbentuk kekaisaran. Tokoh utama buku ini adalah Paul Atreides, yang masih berusia lima belas tahun saat pertama kali muncul di awal novel. Ia adalah putra tunggal Duke Leto Atreides, yang ditugaskan untuk mengelola planet Arrakis, yang disebut juga Dune, karena planetnya berupa gurun pasir. Tapi jangan melihat penampilannya, planet itu merupakan satu-satunya sumber "spice" melange, yang sangat diperlukan dalam perjalanan antar planet / antar ruang, menjadikannya sumber daya alam yang paling berharga di alam semesta. Siapa yang menguasainya, berarti menguasai alam semesta.

Yang membuat Dune dinilai best of the best untuk novel genre scifi adalah cakupan pembahasannya yang berlapis-lapis, dari politik, agama, ekologi, imperialisme, teknologi, emosi manusia, saat semua pihak berkonfrontasi dalam perebutan kekuasaan atas planet Arrakis dan sumber daya alamnya.

Versi filmnya dirilis pada tahun 1984, yang disutradarai oleh David Lynch dengan cast antara lain Kyle McLachlan, Patrick Stewart dan Sting. 


Tapi konon film Star Wars yang sudah rilis lebih dulu terinspirasi dari novel Dune, meskipun sejauh yang bisa kulihat persamaannya hanya dari sisi sistem kekaisaran antargalaksi dan tokoh utama remaja yang berasal dari planet gurun pasir. Pada tahun 1970-an sebenarnya sudah ada usaha mentransfer novel ini ke seluloid, dengan sutradara Alejandro Jodorowsky, tapi gagal. Dokumentasi pembuatan film itu malah diangkat menjadi film tersendiri yang rilis pada tahun 2013, dengan judul Jodorowsky's Dune.

Pendapat pribadi (sekaligus review colongan):
Setting novel bisa diparalelkan dengan lokasi khusus di bumi: gurun pasir di semenanjung Arabia. Sumber daya alam yang menjadi sumber konflik, well, apalagi kalau bukan minyak. Siapa yang menguasai minyak, berarti menguasai dunia.

Siapapun yang membaca buku ini pasti akan menyadari bahwa Frank Herbert banyak meminjam referensi Arab, bukan hanya setting gurun pasirnya, tapi juga bahasanya. Kita akan menemukan kamus mini di bagian belakang novel,yang menjelaskan istilah-istilah yang digunakan dalam novel. Banyak istilah arab yang akan kita kenali, seperti adab, alam, aql, ayat, baraka, fiqh, hajj, hajra, ilm, jihad, karama, kitab, lisan al-gaib, mahdi, sampai shaitan.

Paul Atreides bukan penduduk asli Dune, kaum Fremen, tapi pada akhirnya ia merupakan perwujudan dari Mahdi (messiah/nabi) yang ditunggu-tunggu kaum Fremen dalam kepercayaan agama mereka, dan memimpin mereka dalam perang militer melawan para penjajah: dalam hal ini musuh keluarga Atreides, keluarga Harkonnen, yang menguasai planet Arrakis.

Frank Herbert menuliskan perwujudan Paul sebagai nabi/panglima militer yang sukses meruntuhkan kekuasaan kekaisaran atas Arrakis ini sebagai "When religion and politics ride in the same cart and that cart is driven by a living Holy man, nothing can stand in the path of such a people."

Oh, well. Kita tahu maksud dan referensinya.

Tapi sudahlah, bagi yang tidak tertarik pada benang merah yang menurutku tidak cukup subtle ini, masih banyak yang bisa dieksplorasi dari novel ini. Setelah Butlerian Jihad alias perang antara manusia melawan komputer yang memiliki artificial intelligence (iya, mengingatkan kita pada tema The Matrix), menciptakan mesin yang bisa berpikir seperti manusia adalah dosa besar. Karena itu, yang terus dikembangkan adalah kemampuan otak manusia. Ada kaum yang bisa menggunakan kemampuan otaknya sampai batas maksimal sehingga mirip komputer, ada kaum yang mengembangkan kemampuan psikis, dan ada pula kaum yang berusaha menciptakan manusia super melalui persilangan genetis. Mau cari action? Selain antara pihak Atreides vs Harkonnen vs Fremen, ada pula monster asli Arrakis, cacing pasir yang panjangnya antara seratus sepuluh sampai empat ratus meter dan diameternya minimal dua puluh dua meter. Bayangkan kalau pesawat saja bisa ditelan olehnya, bagaimana dengan manusia. Dan bayangkan, bila kau bisa menaklukkan dan menunggang monster itu ke medan perang... XD


Novel ini agak susah untuk kureview secara singkat, karena kompleksitas dan luas cakupannya. Dan terus terang saja, secara Dune konon Lord of the Ring-nya genre scifi, boleh dibilang secara pribadi pendapatku pribadi saat membaca buku ini sama dengan ketika membaca LotR. Terlepas dari worldbuilding-nya yang luar biasa, gaya bahasa dan penuturannya kurang sreg dan bikin males... >,<

Underrated?
Di negara asalnya sih jelas tidak, bahkan disebut world best-selling science fiction novel (jumlah pastinya sih entah berapa). Rating di GR saat ini juga termasuk tinggi, 4.14. Tapi di Indonesia...? Di luar pembaca dan penggemar scifi, boleh dibilang di kalangan pembaca awam akreditasinya nyaris tidak terdengar. Terjemahannya juga belum ada. Memang sudah ada versi filmnya, lebih dari 30 tahun yang lalu, dan siapa yang ingat coba? Jangan dibandingkan dengan Return of the Jedi (1983, dengan sutradara yang sama) atau Back to the Future (1985), yang saking klasiknya masih banyak orang yang ingat. Waktu mencoba menonton versi filmnya kemarin, aku nyaris nangis melihat efek spesialnya (iya sih 31 tahun lalu, tapi tetep saja...), dan buat penonton yang belum membaca novelnya, bisa jadi susah dimengerti dan bikin tersesat di alam semesta. Oh iya, ada beberapa buku sekuel dari novel. Tapi mengingat buku pertamanya saja belum ada yang menerjemahkan sampai saat ini, apalagi sekuelnya...


#2 Ender's Game

First edition cover
Novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1985 ini memenangkan penghargaan sebagai best novel pada Nebula Award 1985 dan Hugo Award 1986.

Novel ini merupakan military science fiction yang bersetting di masa depan, di mana bumi telah mengalami dua kali invasi dari alien mirip serangga (yang disebut "Buggers"). Dalam rangka mencegah serangan berikutnya, maka pasukan bumi merencanakan pre-emptive strike ke home planet musuh, dan melatih sekumpulan anak-anak berbakat, termasuk Ender Wiggin, tokoh utama buku ini, untuk berpartisipasi dalam serangan tersebut. Judulnya berkorelasi erat dengan pelatihan-pelatihan berupa game pada Battle School yang levelnya semakin lama semakin sulit dan kompleks, yang bertujuan untuk mendapatkan pemimpin militer yang memiliki kemampuan berpikir taktis dan strategis yang tinggi.

Membaca novel ini kita akan dibawa mengikuti proses pelatihan Ender di Battle School hingga lulus dan promosi ke level yang lebih tinggi: Command School. Di tempat baru, ia diberikan game dan simulasi pertempuran yang lebih kompleks. Dalam setiap simulasi, ia memegang komando tertinggi armada spaceship dan pesawat tempur pasukan bumi melawan armada alien.

Novel ini diadaptasi menjadi film yang dirilis pada tahun 2013, dengan casting antara lain Harrison Ford, Asa Butterfield dan Ben Kingsley.


Terdapat beberapa penyesuaian yang cukup signifikan, terutama perubahan usia Ender yang dalam versi buku masih anak-anak menjadi remaja.

Pendapat pribadi (bukan review)
Pertama kali aku membaca buku ini dalam bentuk ebook pada tahun 2010. Asbabun nujul-nya tidak jelas, karena tidak ada seorang pun yang berbaik hati merekomendasikan buku ini padaku. Kalau tidak salah awalnya karena aku membaca komik Iron Man yang ditulis oleh Orson Scott Card. Tapi yang jelas, storytelling-nya yang asyik dan twist ending-nya yang epik membuatku langsung memberi rating 5/5 dan memasukkannya ke daftar buku favorit. Baru setelah filmnya rilis, aku membeli buku fisiknya (dengan cover film tentunya).

Tapi sampai dengan saat ini, aku belum tertarik untuk membaca buku sekuelnya. Bagiku, buku ini bisa berdiri sendiri sebagai satu cerita utuh.

Underrated?
Di negara asalnya sudah pasti tidak. Dalam setiap daftar best sci-fi novels, buku ini termasuk selalu masuk papan atas dan best seller, dengan rating di GR saat ini 4.28. Di Indonesia? Nasibnya jauh lebih baik dibandingkan novel Dune, karena sudah diterjemahkan dan diterbitkan. Tapi karena penerbitannya berbarengan dengan peluncuran filmnya sebagai novel movie-tie-in, jangan terlalu berharap sekuelnya (serial ini terdiri dari 7 buku) akan diterbitkan juga, apabila versi filmnya tidak dibuat sekuelnya. Tapi untuk versi terjemahan, cukup lumayanlah pembacanya, setidaknya sampai saat ini di GR ada 297 orang yang memberi rating dengan rata-rata 4.15.


#3 Starship Troopers

First edition cover
Novel yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1959 ini memenangkan Best Novel pada Hugo Award tahun 1960.

Diceritakan dari sudut pandang orang pertama, pemuda bernama Juan "Johnnie" Rico yang bergabung dengan Mobile Infantry. Perkembangan karir Johnnie sejak pertama kali bergabung dengan MI sampai menjadi perwira diceritakan dengan latar belakang perang melawan alien mirip serangga yang disebut "the Bugs", yang berujung pada pre-emptive strike terhadap home planet musuh (jelas tampak pengaruhnya terhadap novel-novel scifi sejenis, termasuk Ender's Game).

Tapi yang jelas, di novel ini perang melawan alien bukan sajian utama. Yang lebih banyak mengambil porsi adalah pemikiran-pemikiran filosofis tentang hidup, sistem sosial, politik, dan militer, yang kadang terselip dalam narasi Johnnie atau dialog antara Johnnie dengan tokoh-tokoh lainnya.

Novel ini telah diadaptasi menjadi film pada tahun 1997, dengan sutradara Paul Verhoeven (Robocop, Total Recall), dan casting antara lain Casper Van Dien, Denise Richards, dan Neil Patrick Harris.


Berbeda dengan versi aslinya, versi film ini lebih mengedepankan adegan aksi dan perang melawan alien-nya.

Pendapat pribadi
Sepertinya sudah panjang lebar kubahas di sini.

Underrated?
Sudahlah, tak usah membahas kepopuleran buku scifi ini di negara asalnya. Di Indonesia, sepertinya sih memang iya. Meskipun filmnya beredar di bioskop dan sering diputar ulang di stasiun TV Indonesia, tetap saja versi bukunya belum diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia. (Tapi CMIIW ya, karena ini buku terbitan tahun 1959, siapa tahu di jaman tahun 1960-70an ada versi terjemahan Indonesia yang tidak kuketahui?). Dan pada tahun 1990-an saat filmnya rilis, masih jarang ada penerbit yang rajin dan mau menerbitkan novel movie-tie-in, meskipun harus kuakui penerbit GPU mau menerbitkan buku Species, Independence Day, atau Mission Impossible (semuanya aku punya), buku Robert A. Heinlein ini tidak termasuk yang seberuntung itu.

Nah, bagaimana, ada yang mau berkampanye agar lebih banyak buku genre scifi yang diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia? Konsekuensinya, konsisten ya, beli bukunya kalau sudah diterjemahkan dan diterbitkan :)

Baiklah, masih dalam meramaikan BBI 4th Anniversary Event yaitu Around the Genres in 30 Days, tibalah kita pada saat yang ditunggu-tunggu:


Peraturannya:

1. Tebak judul buku dari petunjuk yang diberikan masing-masing blog.

2. Ambil hanya huruf pertama dari judul buku tersebut.

3. Judul buku yang digunakan adalah versi aslinya, bukan terjemahan. (Misalkan Inheritance yang meski diterjemahkan GM menjadi Warisan, tapi yang kita gunakan tetaplah huruf I nya)

4. Khusus untuk judul buku yang ternyata berawalan The, harap abaikan huruf T di depan, sehingga yang digunakan adalah kata setelah "The". (Misalkan The Alchemist, maka yang digunakan dalam menyusun kata adalah huruf A bukan T)

5. Setelah menemukan 16 huruf dari masing-masing blog, susunlah huruf-huruf tersebut menjadi banyak kata. Ingat, hanya kata bukan kalimat (seperti permainan scrabble)

6. Jumlah minimal huruf yang digunakan dalam menyusun kata tersebut adalah 4 huruf.

7. Setiap huruf yang merupakan jawaban tidak dapat digunakan berulang dalam satu kata. Kecuali kalau memang ada huruf yang sama dalam 16 judul tersebut.

8. Jawaban dimasukkan ke dalam google docs yang bisa diakses lewat masing-masing blog peserta SF/F. Hanya diperbolehkan mengisi sekali, mohon untuk tidak menjawab berulang-ulang di blog yang berbeda.

9. Setiap kata yang berhasil disusun, bernilai satu poin, peserta yang paling banyak menyusun kata (kata tersebut harus dalam bahasa Indonesia dan tercantum di KBBI), dialah yang menjadi pemenangnya.

10. Peserta yang bisa membuat kata yang berhubungan dengan dunia fantasi (contoh: dewa, dewi, peri, dsb) mendapatkan bonus satu poin.

Dan hadiahnya... (drum rolls sound)

Untuk 4 orang pemenang akan mendapatkan hadiah di bawah ini:

Juara 1: Voucher buku senilai IDR 240k

Juara 2: A Game of Thrones karya G.R.R. Martin edisi terjemahan

Juara 3: Seri 1-3 Scary Tales karya James Preller & Iacopo Bruno

Juara 4: Paranormancy karya Kiersten White & Wings karya Aprilynne Pike

Sekarang clue dari blog ini:

1. Buku asli berbahasa Inggris.

2. Genre scifi, subgenre space opera.

3. Bercerita tentang perang real estate antara manusia bumi dengan alien-alien lain.

4. Gambar cover dari edisi-edisi berbahasa selain Inggris:


Gampang kan ya?

Silakan mengisi jawaban kalian di form Google Docs berikut ini:

Wednesday, April 1, 2015

Enter The Magical Realm of Science Fiction Genre [& Giveaway]


All hope abandon, ye who enter here!!!


Just kidding, guys. Kita bukan masuk ke Inferno-nya Dante Alighieri di sini, tapi dunia penuh keajaiban dari Science Fiction & Fantasy Genre. Dan genre yang bakal kubahas di sini, tentu saja genre yang sangat penting bagi kemaslahatan umat manusia, yaitu... jreng jeng.....:


Pertanyaannya, apa hubungannya coba genre yang satu ini dengan kemaslahatan umat manusia?

Pertama, kita ulik genre science fiction (selanjutnya kita sebut SF saja ya) dari sisi definisi versi wikipedia dulu yuk:
Science fiction is a genre of fiction dealing with imaginative content such as futuristic settings, futuristic science and technology, space travel, time travel, faster than light travel, parallel universes and extraterrestrial life. It often explores the potential consequences of scientific and other innovations, and has been called a "literatute of ideas".
Cerita genre SF pada umumnya berkisah tentang dunia alternatif atau masa depan yang mungkin saja bisa terjadi dan digambarkan secara rasional.

Unsur-unsur cerita SF, pada umumnya terdiri dari:
1. Setting di masa depan atau timeline alternatif
2. Adegan yang berlokasi di luar angkasa, dunia lain, atau di bawah tanah
3. Karakter yang mencakup alien, mutan, android, robot humanoid, atau karakter lain yang berasal dari evolusi umat manusia di masa depan.
4. Teknologi futuristik seperti pistol sinar, mesin teleportasi atau komputer humanoid.
5. Prinsip-prinsip ilmiah yang baru dan kontradiktif dengan hukum fisika yang diakui umum seperti perjalanan lintas waktu, lubang cacing, perjalanan atau komunikasi yang lebih cepat dari kecepatan cahaya.
6. Sistem politik atau sosial yang baru atau berbeda, seperti dystopia atau post-apocalyptic.
7. Kemampuan paranormal, seperti pengendalian pikiran, telepati, telekinesis atau teleportasi.
8. Dunia atau dimensi lain dan perjalanan antar dunia atau antar dimensi.


Science Fiction sendiri terdiri atas beberapa Subgenre, antara lain: Cyberpunk, Time Travel, Alternate History, Military SF, Superhuman, Apocalypiptic and Post-acpocalyptic, Space Opera, atau Space Western.

Pada saat cerita SF ditulis, biasanya imajinasi penulisnya jauh melampaui zaman. Dunia lain atau dunia masa depan yang digambarkan sang penulis sangat canggih dengan sains dan teknologi yang jauh di luar jangkauan manusia di zamannya. Tapi meskipun begitu, pembaca akan merasa semua khayalan penulis itu masuk akal secara ilmiah dan bisa dipercaya.



Mungkin sekarang kita merasa biasa-biasa dan tidak ada yang istimewa ketika membaca tentang kapal selam raksasa nan canggih di Twenty-Thousand Leagues Under the Sea atau perjalanan ke bulan di From the Earth to the Moon, keduanya karya Jules Verne. Itu karena kita hidup di zaman kapal selam jumbo bertenaga nuklir sudah wara-wiri puluhan tahun di lautan dan Apollo 11 sudah mendaratkan manusia pertama di bulan. Tapi bayangkan kalau kita seorang pembaca buku pada tahun 1860-70an. Kapal selam, meskipun sudah ada, masih terbuat dari kayu, menggunakan tenaga uap, dan hanya muat untuk dua orang awak. Dan perjalanan ke bulan? Mimpi kali, yee...


Literatur SF mengajak pembaca untuk bermimpi, bahwa imajinasi penulisnya suatu saat bisa terwujud. SF menantang umat manusia untuk mewujudkannya melalui riset dan pengembangan teknologi, dan... dalam satu abad terakhir ini, banyak teknologi impian para penulis SF yang telah bermanfaat bagi kita semua.

Pada tahun 1960-an serial TV Star Trek memperkenalkan alat penyimpanan data dalam sebuah cakram tipis. Sekarang teknologi itu sudah lazim digunakan. Pada tahun 1980-an, film-film scifi menggambarkan penyimpanan dan transfer uang secara digital dengan menggunakan alat yang bisa digenggam tangan. Well, sekarang teknologinya sudah terwujud, malah alatnya multifungsi pula... termasuk dalam teknologi cell phone atau smartphone. Teknologi milik Big Brother di buku 1984 yang mengawasi kegiatan semua orang dengan kamera di mana-mana, sudah jauh terlampaui.

Memang, masih banyak imajinasi yang belum terbukti dan terwujud seperti keberadaan alien misalnya. Atau spaceship yang bisa memuat ribuan orang dan melakukan penjelajahan luar angkasa demi menemukan planet hunian baru bagi manusia. Atau mesin waktu. Atau mesin teleportasi. Tapi itu tidak berarti tidak ada penelitian yang terus menerus untuk berusaha membuktikan dan mewujudkannya, meskipun peluangnya mendekati titik nol. Buat yang hidup pada tahun 1950-an dan tahu ukuran komputer pada tahun 1950-an bisa sebesar rumah, siapa yang bisa menduga sekarang komputer bisa dibawa-bawa dalam saku?

Tapi tetap saja, kita bisa merasa kecewa apabila mimpi tentang teknologi belum terwujud pada waktu yang ditetapkan dalam cerita scifi. Dalam hal ini, aku termasuk yang merasa kecewa terkait... teknologi mobil terbang yang ada di serial Back to the Future:


Ketimbang ide mesin waktu-nya yang masih dalam tatanan teori, rasanya teknologi mobil terbang lebih masuk akal dan mudah diwujudkan, apalagi ada banyak pihak yang telah berusaha mengembangkannya. Di film Back to the Future II, pada tahun 2015, mobil terbang sudah berseliweran di udara. Tapi kenyataannya sekarang...



Cukup membahas genre science fiction, kita beralih ke sini yuk!


Karena tema yang kubahas genre science fiction, untuk 1 orang pemenang akan mendapatkan:


Cara mendapatkannya gampang kok, tebak saja judul dan penulis dari buku-buku dalam gambar di bawah ini. Jangan khawatir, sembilan buku yang terkait dengan genre Science Fiction & Fantasy ini sudah pernah kubahas di blog ini, kok.


Peraturan giveaway-nya sendiri sebagai berikut:

1. Peserta GA adalah yang memiliki alamat kirim di Indonesia.
2. Pendaftaran peserta dilakukan melalui comment di bawah ini, sedangkan jawaban dikirimkan via email ke alamat threez288@gmail.com
3. Peserta dipersilakan menjawab minimal 3 judul+penulis buku. Semakin banyak jawaban yang benar, semakin besar kesempatan untuk menang.
4. Apabila terdapat jumlah peserta dengan jawaban benar terbanyak lebih dari satu, maka pemenang akan diundi secara random.
5. Selain pengumuman di blog, pemenang akan saya hubungi via email.
6. GA berlangsung mulai dari tanggal 1 - 13 April 2015
7. Pemenang akan diumumkan pada tanggal 15 April 2015
8. Keputusan mengenai pemenang tidak bisa diganggu gugat.
9. Apabila dalam waktu 3 hari setelah pemenang diumumkan tidak ada respon, maka akan dipilih pemenang lain sebagai penggantinya.

Yuk, coba ikuti dan menangkan giveaway yang sangat mudah ini!

Dan jangan lupa, enter the magical realm of Science Fiction & Fantasy Genre yang lain di :

Wednesday, March 25, 2015

Alur Cerita

Februari: Alur Cerita

Alur cerita merupakan kronologis cerita, pergerakan cerita dari waktu ke waktu, atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Ada beberapa jenis alur yang biasa digunakan penulis, seperti alur progresif, alur kilas balik, alur regresif, atau gabungan dari semuanya.

Tipe mana yang lebih kusukai? Tipe mana yang lebih menarik?

Tergantung sih.

Standar plot diagram adalah seperti ini:



Alur progresif, alur maju, alias linear narrative adalah alur yang setia pada diagram. Lurus terus macam jalan tol. Dimulai dari eksposisi, konflik dan aksi yang makin meningkat sampai klimaks, dan diakhiri dengan resolusi.

Ini adalah alur yang paling sederhana, mudah diikuti, dan tidak bikin pusing. Konon biasanya alur ini cocok bagi penulis pemula, atau untuk cerita anak-anak yang sederhana.

Tapi bagiku pribadi, alur maju paling cocok untuk cerita yang panjaaaang banget. Misalnya saja cerita silat yang baru tamat setelah puluhan jilid. Dengan alur maju, latar belakang cerita ditaruh di depan (kadang sebelum tokoh utamanya dilahirkan), dan selanjutnya kita diajak mengikuti perkembangan si tokoh utama dari sejak lahir, kanak-kanak, remaja, sampai dewasa dengan diiringi peningkatan pengetahuan, pengalaman, dan ilmu silatnya. Pembaca juga bisa langsung memahami alasan tokoh utama mengambil suatu keputusan, karena sudah hafal betul latar belakangnya. Coba kalau cerita panjang model begini pakai alur kilas balik atau alur mundur segala. Beuh. Pasti bikin bingung dan ruwet. Mana karakternya bisa mencapai puluhan atau ratusan lagi.

Alur kilas balik alias non-linear narrative, biasa menggunakan flashback atau flashforward. Bisa jadi istilah bekennya sekarang: maju mundur cantik. Mungkin saja pas kita buka halaman pertama, ujug-ujug sudah di tengah-tengah konflik yang tengah panas membara. Baru kemudian kita tahu duduk permasalahan dan eksposisinya lewat kilas balik.

Bagiku, alur seperti ini juga asyik-asyik saja. Yang penting penulisnya kasih kode atau bilang-bilang dulu kalau mau flashback. Bisa ada petunjuk berupa tanggal yang berbeda dengan tanggal saat konflik terjadi atau cukup dibilang sepuluh tahun yang lalu, misalnya. Kalau tiba-tiba maju mundur tidak cantik tanpa pemberitahuan, ya... nabrak lah.

Khusus untuk alur regresif, agak jarang kutemui. Yang paling kuingat malah bukan buku, tapi film, yaitu Memento karya Christopher Nolan. Itu baru alur regresif murni. Di depan kita diberikan adegan endingnya. Baru terus mundur, mundur, dan mundur terus... sampai kita tahu asbabun nujul dan latar belakangnya. Terus baru bilang, oh gitu toh...

Yang mana yang paling kusuka? Yang mana yang paling nyebelin?

Alur maju bisa tetap oke dan tidak membosankan, sepanjang penulis bisa tetap menghidupkan cerita yang penuh kejutan. Alur kilas balik bisa jadi bikin sebal kalau kita harus menebak-nebak sendiri setting waktu narasi yang tengah kita baca.

Alur mana yang digunakan tidak masalah. Semuanya tergantung teknik storytelling penulisnya.









Tuesday, February 24, 2015

Captivating Protagonist

Februari: Karakter Tokoh Utama
Karakter tokoh utama seperti apa yang kausukai?

Bagiku sih sederhana saja: karakter yang MENARIK. Tapi tentu saja, satu kata ini bisa diterjemahkan bermacam-macam.

Aku suka karakter yang, seaneh dan seajaib apapun tampang dan kelakuannya, tetap bisa membuatku empati, simpati, atau bahkan mengidentifikasikan diri.

Bisa saja karakter tokoh utama yang kuanggap menarik ini seorang sociopath seperti halnya :
Dexter Morgan
atau
Gregory House
Aku jadi penasaran dan ingin tahu tentang latar belakang, prinsip, jalan pikiran, keputusan yang akan mereka ambil di berbagai situasi, dan nasib mereka selanjutnya. Empati dan simpati yang timbul pada karakter antihero seperti ini tetap dapat membuat kita mengharapkan yang terbaik bagi mereka. Misalnya berharap Dexter dapat hidup normal, bisa memiliki perasaan, dan bisa berbahagia selayaknya manusia biasa... tanpa melepaskan karirnya sebagai serial killer. Bagaimanapun, karena buruannya sama-sama serial killer, setidaknya ia berguna bagi masyarakat. Kita juga mungkin berharap Dr House tetap dapat berpraktek dan menyelamatkan banyak nyawa, meskipun kepribadiannya sulit dan doyan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Waduh... jangan-jangan sebenarnya aku berbakat sosiopat juga, barangkali? ;P

Bukan berarti karakter utama yang orang baik-baik tidak menarik. Bisa dibilang, hampir sebagian besar buku yang kubaca didominasi dengan tokoh yang baik dan lurus. Dan terus terang saja, kita lebih mungkin mengidentifikasikan diri dengan mereka, misalnya karena kesamaan sifat atau nasib (atau karena kita juga merasa sebagai orang baik-baik ;P). Tapi, karakter baik-baik juga bukan berarti serbasempurna, karena tak ada gading yang tak retak, setiap manusia pasti punya kekurangan.

Contohnya tokoh utama novel klasik yang jadi pujaan banyak wanita ini:
Iya, ini masih bulan Colin Firth XD 
Secara umum, Mr Darcy telah menjadi patokan untuk tokoh utama cerita historical romance. Berdarah biru, ganteng tiada tara dan kaya kabina-bina. Baik hati pula sebenarnya. Tapi kekurangannya dalam hal pride dan prejudice yang membuatnya enggan bersosialisasi dengan rakyat jelata membuatnya sempat menderita patah hati karena lamarannya ditolak oleh cinta sejatinya. Untunglah kemudian perkembangan karakternya dalam gentleman-like manners membuatnya yang semula dianggap disagreeable jadi lebih likeable.

Perkembangan yang menarik dari karakter tokoh utama tidak selalu dari perubahan dari hitam atau abu-abu menjadi putih. Kadang-kadang, perkembangan karakter dari putih ke abu-abu sampai menjadi hitam malah jauh lebih menarik. Misalnya tokoh yang satu ini:


Dorian Gray mulanya adalah pemuda baik-baik yang manis dan polos. Ganteng juga sudah pasti. Bukan hanya wanita, laki-laki juga jatuh cinta padanya. Tapi gara-gara terseret nafsu duniawi (gara-gara pengaruh dan eksperimen Lord Henry Wotton, tentunya), karakternya berkembang menjadi worse and worst.

Atau contoh lainnya tokoh yang seperti ini:
Walter White transformation
Perubahan drastis dari guru kimia biasa di SMA menjadi produsen dan bandar meth (dengan segala dosa ikutannya termasuk membunuh kalau perlu)semuanya dimulai dengan pilihan pribadi untuk break bad setelah tahu sebentar lagi akan mati karena kanker. Walaupun awalnya hanya ingin menjamin keluarganya tidak kekurangan uang setelah ia meninggal...



Jadi, karakter tokoh utama seperti apa yang kausukai?