Crooked House by Agatha Christie
My rating: 4 of 5 stars
Seorang lelaki bongkok berjalan terseok-seok,
Dia menemukan keping bengkok di jalan berkelok,
Dia punya kucing jorok yang suka menangkap kodok,
Dan mereka semua tinggal dalam pondok kecil yang bobrok.
Menemukan puisi berima dalam sebuah novel terjemahan seringkali membuatku tergelitik penasaran, seperti apa sih puisi itu dalam bahasa aslinya? Apakah sadurannya harfiah, atau kreativitas dalam alihbahasa wajib hukumnya, demi mendapatkan feel yang pas dari sebentuk puisi berima?
Setelah mengecek nursery rhime There Was a Crooked Man (yang menjadi inspirasi judul novel ini), ternyata bentuk aslinya seperti ini:
There was a crooked man and he went for a crooked mile,
He found a crooked sixpence beside a crooked stile,
He had a crooked cat which caught a crooked mouse,
And they all lived together in a little crooked house.
Yap. Perlu kreativitas demi mendapatkan feel yang sama, termasuk mengubah seekor tikus menjadi kodok :))
Anyway, novel ini merupakan cerita misteri Agatha Christie tanpa dua detektif ternamanya, Hercule Poirot dan Miss Marple. Sebagian orang mungkin akan merasa turned off untuk membacanya begitu tahu ini novel lepas. Tapi bagi seorang penggemar karya Agatha Christie, novel ini bisa jadi merupakan salah satu favoritnya. Well, penulisnya saja bilang begitu di kata pengantarnya: "Buku ini merupakan salah satu buku saya yang terbaik".
Novel ini ditulis dari sudut pandang seorang Charles Hayward, yang tidak sengaja terlibat penyelidikan atas pembunuhan seorang lelaki bongkok yang berjalan terseok-seok. Ehm, maksudnya seorang kakek tua yang berusia delapan puluh delapan tahun bernama Aristide Leonides. Motivasinya jelas bersifat sangat pribadi, mengingat ia tidak bisa menikahi gadis yang dicintainya sebelum misteri pembunuhan si kakek tua terungkap. Mengapa? Karena si gadis adalah Sophia Leonides, salah satu anggota dari keluarga yang semuanya tinggal bersama dalam pondok kecil yang bobrok.
Hm, bicara tentang pondok kecil bobrok, jangan bayangkan bentuknya seperti rumah petak di mana orang harus tidur berjejer bak ikan asin lagi dijemur. Aristide Leonides adalah seseorang yang kaya raya dan sukses berkat usaha dan keuletannya, jadi rumahnya besar dan mewah, cuma bentuknya bak pondok ala Inggris, yang menjadi bengkak tidak karuan gara-gara penambahan banyak bangunan untuk menampung semua anggota keluarga yang tinggal bersamanya.
Siapa saja para penghuni rumah yang pantas dicurigai sebagai pelaku pembunuhan?
Roger, putra sulung Aristide yang tidak punya bakat bisnis ayahnya, yang tinggal bersama istrinya, Clemency.
Philip, putra kedua Aristide, tinggal bersama istrinya, Magda, dan ketiga anaknya, Sophia, Eustace, dan Josephine.
Edith de Haviland, adik ipar Aristide dari istri pertamanya.
Brenda, istri kedua Aristide yang usianya sepertiga si kakek tua
Laurence Brown, tutor pribadi Eustace dan Josephine
Janet Rowe, nanny anak-anak keluarga Leonides.
Tentu saja Charles tidak menyelidiki kasus pembunuhan Aristide Leonides sendirian, tapi diperbantukan pada inspektur Scotland Yard Taverner, yang ditugaskan untuk menangani kasus tersebut. Maklumlah, kebetulan ayahnya asisten komisaris di Scotland Yard.
Penyelidikan jadi seru karena hampir semua anggota keluarga punya motivasi dan tidak punya alibi, serta punya akses ke obat mata Aristide yang ditengarai sebagai racun mematikan. Namun tentu saja seperti biasa, tersangka utama adalah si istri muda, yang juga dicurigai berselingkuh dengan si tutor. Motivasinya lebih kuat dibandingkan anggota keluarga lain yang mungkin cuma kepingin dapat harta warisan saja.
Tapi, apakah Agatha Christie membuatnya jadi segampang itu?
Spoiler utama novel ini adalah judul terjemahan Indonesianya: Buku Catatan Josephine.
Josephine yang usianya baru sebelas-duabelas tahun gemar bermain detektif, ikut menyelidiki kasus dan menulisnya dalam buku catatannya. Dan di sanalah terdapat kunci jawaban dari kasus pembunuhan yang terjadi di pondok kecil bobrok keluarga Leonides: baik pelaku maupun motivasinya.
Benarkah pelakunya si istri muda yang kepingin kawin lagi? Atau anggota keluarga lain yang tidak sabar menanti warisan dari kakek tua yang tidak bakalan mati kalau tidak dibunuh? Atau...
Bacalah dan buktikan sendiri, apakah novel ini memang pantas diberi gelar salah satu novel terbaik Agatha Christie :)
View all my reviews
No comments:
Post a Comment