Friday, May 30, 2014

Bertanya atau Mati!

Bertanya atau Mati!Bertanya atau Mati! by Isman H. Suryaman
My rating: 5 of 5 stars

Jauh sebelum stand-up comedy diterima dan menjadi populer di Indonesia, tepatnya pada tahun 2004, terbitlah sebuah buku yang mengadopsi gaya stand-up comedy dalam penuturannya. Buku itu begitu berbeda dengan buku-buku lain yang ditaruh di rak buku humor di toko buku pada saat itu, yang pada umumnya hanya berupa kumpulan lelucon atau tebak-tebakan lucu tapi garing gitu deh. Saking berbedanya, wajar saja kalau toko buku kadang-kadang bingung di mana harus menempatkannya karena tidak mengenalinya sebagai BUKU HUMOR. Sama halnya dengan buku Kambing Jantan Raditya Dika yang bisa ditemukan di rak buku peternakan, buku yang berjudul Bertanya atau Mati! ini waktu itu konon hanya bisa ditemukan di rak buku psikologi, self-help, atau... AGAMA, karena toko bukunya tidak tahu harus menaruhnya di mana.

Anyway, pertama kali aku membaca tulisan Isman H. Suryaman adalah dari bukunya yang berjudul 7 Dosa Besar (Penggunaan) Power Point (pernah kureview di sini) yang kubeli dan kubaca pada tahun 2008. Genre-nya sih buku nonfiksi, yang ingin mengajari cara penggunaan power point secara baik dan benar, tapi gaya penulisannya yang kocak dan jenaka membuatku penasaran apakah Isman pernah menulis buku lain. Dan ternyata memang ada, terbit empat tahun sebelumnya, dan... jelas sudah tidak ada di toko buku. Waktu sudah putus asa mencari, sempat ku-PM Isman di akun goodreads demi bisa membeli langsung dari tangan pertama, tapi apa daya Isman tak dapat memenuhi karena sudah tidak punya stoknya. Maklum, sudah empat tahun sejak pertama terbit. Sampai akhirnya... aku baru bisa membacanya EMPAT TAHUN KEMUDIAN, alias tahun 2012. Itu pun dengan cara meminjam dari salah satu teman goodreads yang ternyata punya buku ini di rak bukunya (trims ya, Mas Tomo :P). Iya sih, seharusnya bisa pinjam lebih awal... tapi kan kalau aku suka tulisan seseorang, aku maunya PUNYA BUKUNYA!!! (hoarder mode on).

Mengapa aku menganggap buku Bertanya atau Mati! menggunakan gaya stand up comedy? Karena cara penuturannya yang memang tidak lazim. Buku ini berisi hasil pengamatan, pendapat, atau pengalaman pribadi penulisnya, serta mengutarakan keresahan, mengangkat kenyataan, memotret kehidupan sosial masyarakat, dan menyuguhkannya kembali kepada masyarakat dengan jenaka (ini berdasarkan definisi Pandji untuk stand-up comedy di buku MDB). Jadi, buku ini berisi opini dan pandangan penulis, yang menyampaikannya dengan kocak.

Jadi, jangan heranlah kalau menemukan banyak kalimat set-up dan punchline di buku ini. Seperti misalnya di bagian awal buku pada bab Mengapa Harus Bertanya? (atau dikenal juga sebagai "Prakata"), waktu Isman bercerita tentang tantangan dalam menulis buku:
Bagi saya, menulis buku sudah cukup sulit. Apalagi menulis buku komedi. Bukan karena saya pemula dalam dunia tulis-menulis. Pengalaman menulis saya sangat banyak. Sebagai contoh, waktu SD kelas satu saya berhasil menulis kalimat saya yang pertama: "Ini Budi". Sayangnya, ibu saya tidak menyambut keberhasilan ini dengan sukacita. Mungkin karena pertama, semua anak SD melakukannya. Dan kedua, tetangga sebelah meminta kami agar menghapus tulisan tersebut dari tembok mereka.
Kelihatan, kan, yang mana premiseset-up dan punchline-nya?

Isman mengakui buku ini berisi berbagai esai yang berdasarkan pemikiran, cerita, referensi, pengalaman, dan karangannya. Sebagian dari isi buku bisa ditemukan di blog-nya (yang kubaca sebelum akhirnya bisa membaca versi bukunya). Apa saja dibahas, dari yang penting sampai yang tidak penting. Ada yang dibahas seperlunya, ada juga yang dibahas panjang lebar. Suka-suka saja. Dari kentongan dan celengan yang dijual bareng peuyeum di kios oleh-oleh Padalarang, sejarah mobil yang awalnya cuma berkecepatan 4 km/jam (ini juga jadi salah satu bit stand-up Isman), panduan singkat membeli pakaian bayi untuk pria lajang, tanda-tanda yang perlu diperhatikan orang tua untuk segera membimbing anak mengenai seks, rambu kuning dan rambu merah berat badan, sampai pengalaman pribadi dalam merancang syukuran pernikahannya dengan Primadonna Angela.

Meskipun disampaikan dengan ringan dan jenaka, banyak esai di buku ini yang akan membuat kita berpikir dan mendapatkan wawasan baru. Dan itulah yang penting dari buku humor dengan genre seperti ini: bukan hanya sekedar lucu. Dan itu pula yang membuat buku ini menjadi salah satu buku favoritku.

Review ini kutulis dalam rangka:
Tema Humor


View all my reviews

6 comments:

  1. Kirain ini buku nonfiksi serius, ternyata buku humor juga ya Mbak. Dulu ... dulu banget pernah liat ini diobralan <-- cowok obral dong

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku selalu ngarep nemu buku ini di obralan atau lapak buku bekas... tapi masih belum seberuntung itu... hiks

      Delete
    2. Saya malah belum pernah nemu buku ini, padahal sudah lama masuh wishlist

      Delete
  2. Sama Mbak Treez, kalau suka sama gaya penulisnya, aku juga maunya punya bukunya. Bukannya minjem :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Ren... Seharusnya kalo aku mau konsisten, buku-buku yang aku ga suka juga seharusnya dikeluarin dari rak dan dihibahkan... #kepikiran

      Delete
  3. waah... humor model mikir gini emang kadang lebih ngena dibanding yang slapstick2 ya :D baru denger tentang buku ini.. dan perjuanganmu mendapatkannya ternyata lumayan panjang ya mba :D

    ReplyDelete