Thursday, May 1, 2014

Lotus Biru

Petualangan Tintin : Tintin Dan Lotus Biru  (Tintin, #5)Petualangan Tintin : Tintin Dan Lotus Biru by Hergé
My rating: 4 of 5 stars

Setelah bertualang di Mesir, Arab dan India, nggak lengkap dong kalau Tintin tidak mampir ke tetangga sebelah, Cina. Apalagi sebelum terjerumus petualangan yang berhubungan dengan cerutu beropium, Tintin sebenarnya dalam perjalanan kapal ke Shanghai. Tidak afdol kan, kalau berhenti sampai India saja.

Judul
Lotus Biru? Selama ini kalau baca cersil Kho Ping Hoo yang ada cuma perkumpulan Teratai Putih atau Teratai Merah. Rupanya teratai berwarna biru juga ada, dan beginilah penampakannya:
Cantik, ya...

Cover
Di rumahku ada guci keramik setinggi satu meter dan berukuran cukup besar, tapi tidak berarti aku yang berbodi kecil bisa masuk ke dalamnya. Hati-hati kalau beli guci keramik untuk hiasan di rumah, jangan terlalu besar sehingga anak-anak kepo bisa kecemplung ke dalamnya.
Ini sih sekampung juga masuk
Review
Menurut Michael Farr dalam Tintin: The Complete Companion, bagian kedua petualangan Tintin di dunia timur ini merupakan mahakarya yang pertama dari Herge, bahkan ada yang menganggap ini karya terbaiknya. Mengapa demikian? Karya ini merupakan titik balik Herge, karena untuk pertama kalinya, petualangan Tintin memiliki cerita yang terstruktur dengan baik, tidak ada lagi alur cerita dadakan. Herge tidak lagi berimprovisasi tiap minggu, di mana Tintin terlempar dari satu bahaya ke bahaya lain secara terus menerus hingga petualangan usai.

Kisah-kisah awal Tintin penuh prasangka dan stereotip dunia Barat atas dunia baru yang tidak begitu diketahui. Perkenalan Herge dengan Zhang Zong Ren, mahasiswa seni patung asal Cina, memberi Herge banyak pengetahuan tentang Cina jauh lebih banyak dari kliping surat kabar yang dikumpulkannya, dari sejarah, sastra, filsafat sampai agamanya.

"Saat mengerjakan Lotus Biru-lah aku menemukan dunia baruku. Sebelum itu, aku hanya mengenal orang Cina samar-samar sebagai orang sipit dan kejam, suka memakan sarang burung walet, berambut kucir, dan suka membuang bayi ke sungai. Aku terpengaruh gambar dan cerita-cerita pemberontakan Boxer yang selalu menekankan kekejaman mereka. Gambaran itu sangat membekas padaku."

Selain menyingkirkan semua prasangka buruk Herge, Zhang juga dijadikan tokoh pendamping Tintin selama di Cina dalam kisah Lotus Biru.

Cerita Lotus Biru sendiri merupakan lanjutan langsung dari Cerutu Sang Firaun, dimulai sejak Tintin masih menjadi tamu di istana Maharaja Rawhajputala. Kunjungan misterius seorang tamu dari Shanghai yang hanya sempat memberitahu bahwa ada yang membutuhkan Tintin di Cina membuatnya langsung mengepak koper dan berangkat ke sana. Sesampainya di sana, ia terus menerus mengalami percobaan pembunuhan bahkan ditangkap oleh kepolisian internasional Shanghai. Mendapati bahwa ada miscommunication dan bahwa ia tidak dibutuhkan di Shanghai seperti dugaannya semula, Tintin hampir balik kanan pulang ke Bombay, kalau saja ia tidak diculik di tengah malam oleh Wang Ren Jie,  dari perkumpulan Putra Naga yang bertujuan melawan penyebaran opium di Cina. Musuh utama Putra Naga adalah Mitsuhirato, agen rahasia Jepang yang selain mata-mata juga bergabung dengan penyelundup opium ke seluruh dunia, terutama ke Cina. Dan Lotus Biru yang menjadi judul komik ini adalah sarang opium yang menjadi tempat pertemuan para penjahat di sini. Kisah selanjutnya bergulir pada upaya Tintin untuk menghancurkan organisasi penyelundupan narkoba dengan menghadapi tentara Jepang, kepolisian permukiman internasional, pasangan Dupond-Dupont yang setia mengejar Tintin sampai ke Cina, dan tentu saja sang kepala komplotan: Rastapopoulos.

Terlepas dari jalan cerita komiknya, yang lebih menarik untuk diperhatikan adalah latar belakang cerita yang begitu tepat secara politik. Pada saat Herge menulis Lotus Biru, bagi dunia Barat aneksasi Jepang di Manchuria dianggap membawa stabilitas di wilayah tersebut, sehingga dalam hal tersebut pers Barat cenderung lebih berpihak pada Jepang. Berkat Zhang, Herge yang lebih memahami situasi politik Asia dan ambisi imperialisme Jepang menuliskan satir politik yang sangat mendekati kenyataan. Menindaklanjuti "serangan terorisme" pada jalur kereta api di Cina sehingga menyebabkan jatuh korban di kalangan orang Jepang, Jepang pun memenuhi misinya sebagai penjaga hukum dan kebudayaan Timur Jauh dengan mengirimkan prajurit ke Cina, demi kebaikan mereka sendiri...

Wait a sec, bukankah itu taktik kuno yang masih digunakan pada zaman sekarang, di mana negara yang mengklaim dirinya sebagai polisi dunia saat ini gemar melakukan pre-emtive strike dan mengirimkan tentara ke negara lain "demi kebaikan" negara yang diserangnya?

Mengingat zaman dibuatnya komik ini, Herge boleh dibilang sangat berani mengambil risiko dengan menuliskan kebenaran dan mendukung Cina dengan kritiknya atas pendudukan Jepang.

Buatku pribadi, setelah membaca ulang empat jilid petualangan Tintin sebelumnya, komik ini memang terasa sekali bedanya dari sisi cerita. Berkurangnya unsur kebetulan serta cerita yang jauh lebih serius dan realistis mungkin berpengaruh pada penilaianku ketika membacanya waktu kecil yang menganggap jilid ini kurang menarik karena kurang fun bila dibandingkan jilid petualangan Tintin lainnya. Tetapi saat ini, dengan mengambil sudut pandang yang berbeda, aku mengakui bahwa komik ini merupakan salah satu mahakarya Herge.

Yah, kalau waktu kecil bagiku komik ini ibarat termos, maka sekarang telah berubah menjadi...
KOMPOR GAS!!!



View all my reviews

No comments:

Post a Comment