Thursday, May 29, 2014

Degalings

DegalingsDegalings by Pandji Pragiwaksono
My rating: 3 of 5 stars

Buku ini merupakan versi fisik dari komik mingguan Pandji Pragiwaksono yang terbit setiap minggu di kolamkomik.com dari bulan April 2011 sampai Februari 2013. Gambar dan cerita dibuat oleh Pandji, sedangkan pewarnaan dilakukan oleh Shani Budi Pandita, co-owner kolamkomik.com. Iya, meskipun aku sudah membaca langsung di kolamkomik, tetap saja belum sah kalau belum punya versi bukunya. Jadi, pas menemukan buku ini di zona Mizan saat berkunjung ke Pesta Buku Jakarta, ya aku langsung main embat saja. Setelah bayar dulu di kasir, tentunya.

Dilihat dari covernya, buat yang belum pernah tahu Degalings sebelumnya juga pasti bisa menebak tema utamanya adalah hubungan ayah-anak dalam keluarga di Indonesia. Kisah yang disampaikan dalam 99 strip komik ini adalah kisah nyata dari Pandji sang "Ayah" dengan Dipo, putra pertamanya, yang di dalam komik ini dinamai "Jamie".

Namanya juga anak kecil, adaaa saja tingkah laku yang lucu dan koplak, yang bisa jadi membuat orang tua bahagia, sedih, terharu, dan kadang-kadang... malu. Sialnya, ketika sang anak sudah besar, yang paling berkesan dan teringat sepanjang masa lebih seringnya adalah kejadian-kejadian yang bikin malu. Dan biasanya, orang tua akan dengan senang hati me-rewind dan menceritakan aib-aib masa lalu itu di segala kesempatan, terutama dalam acara keluarga besar, di mana ada banyak orang yang masih ingat bagaimana kelakuan si anak waktu kecil #pengalamanpribadi #truestory

Karena hiruk-pikuk-suka-duka kisah hubungan orang tua-anak yang beraneka-ria ini pasti dialami hampir semua orang yang punya anak, maka kisah Pandji/Dipo kerap yang diabadikan dalam komik Degalings bisa nyambung dengan mereka, bahkan beberapa cerita juga menjadi bit-bit stand-up comedy Pandji. Misalnya cerita tentang Dipo/Jamie yang suka banget Angry Birds. Ia suka melompat menerjang sang ayah, dan mengaku sebagai angry birds. So, secara tidak langsung berarti ayahnya apa dong???

Masih soal Angry Birds, logika sang anak malah bisa meng-upgrade cerita dongeng klasik. Seperti waktu sang ayah membacakan buku dongeng The Three Little Pigs (Degalings #74):
Ayah : ... akhirnya 2 babi kecil yang rumahnya hancur ditiup serigala, lari ke rumah babi ketiga yang rumahnya dari batu bata. Serigala itu tiup rumahnya, tiup lagi, tapi rumahnya nggak roboh. Akhirnya, serigalanya pulang dan babi itu aman...
Jamie : Harusnya serigala itu pakai angry birds item, biar meledak rumahnya! Terus pakai angry birds merah, terus mati babinyaaa!
Lho, memangnya cuma John Connolly yang bisa bikin parodi dongeng? Itu juga kalau Jamie memang berniat bikin parodi. Tapi kelihatannya sih serius...

Atau kisah tentang kesulitan orang tua memberikan penjelasan tentang Tuhan kepada anak waktu menunjukkan lokasi negara-negara yang ada di bola dunia.

Ayah : Nah, sebelah sini Brasil yang ada di kartun Rio. Ini China, yang ada di Kungfu Panda. Ini Amerika yang ada di Toy Story. Nah, ini Indonesia tempat kita.
Jamie : Kalau Allah ada di mana?
Ayah : Ada di atas semua ini, nak (jari menunjuk ke atas).
Jamie : Kamar mama?
Ayah : Errr... lebih tinggi lagi.

Pandji juga memasang beberapa foto di buku ini, hanya untuk meyakinkan pembaca bahwa kisah-kisah di buku merupakan kejadian nyata. Dan dari foto-fotonya, kelihatan banget Dipo ternyata satu cetakan dengan Pandji (^.^). Ya iyalah...

Omong-omong, aku memang sengaja tidak memasang gambar-gambar komiknya di review ini. Kalau mau tahu seperti apa penampakannya, silakan mampir dan mengintipnya di kolamkomik. Atau lebih baik lagi, baca langsung bukunya saja... :))

View all my reviews

No comments:

Post a Comment