Tuesday, March 31, 2015

Back to the Future

Judul: Back to the Future

Penulis: George Gipe


Berdasarkan naskah karya: Robert Zemeckis & Bob Gule

Tebal: 248 halaman

Selesai dibaca tanggal: 28 Maret 2015

Sinopsis:
He was never in time for his classes...

He was never in time for his dinner...

Then one day...

He wasn't in his time at all.

Both an exciting novel and high-spirited adventure film, BACK TO THE FUTURE is an unforgettable story of a modern time-travelling teenager whose journey to the past risks his very own future when he discover surprises he never could have imagined.

Kalau aku diminta membuat daftar 100 film sci-fi terbaik, film Back to the Future sudah pasti masuk sepuluh besar, karena film ini selalu memiliki tempat dalam sejarah sinematografi pribadiku. Bias? Mungkin saja. Ada masanya aku merupakan penggemar berat Michael J. Fox dan menandai tanggal 9 Juni sebagai hari ulang tahun kedua untuk dirayakan. Efek fangirling masa lalu ini masih terbawa sampai saat ini. Bukan tanpa alasan aku memilih gambar rubah sebagai avatar di beberapa media sosial :)

Aku baru menemukan versi novelisasi film favorit ini beberapa waktu yang lalu, itupun bukan buku dalam bentuk fisik. Yang kumiliki secara fisik dan kubaca duluan malah novelisasi film keduanya. Dan setelah mempertimbangkan beberapa novel yang diadaptasi jadi film, termasuk beberapa film adaptasi novel yang dibintangi Colin Firth yang belum sempat kubahas seperti Bridget Jones's Diary atau Girl with Pearl Earring, akhirnya aku memilih novel ini saja. Lagipula, buku-buku terkait Colin Firth sudah kubahas selama bulan Februari-Maret ini, sementara buku-buku terkait Michael J. Fox...

Ya sudahlah,  lupakan saja ketidakseimbangan atensi terhadap idola baru dan idola lama ^.^

Ok, sekarang back to review, back in time... ke masa 30 tahun yang lalu.

Film BTF atau novelisasinya ini rilis pada tahun 1985. Termasuk ke dalam Genre Science Fiction dengan Subgenre Time Travel, jadi kupikir pas grup SFF tempatku bergabung dalam Event BBI Anniversary 2015,

Kisahnya sederhana saja, Marty McFly tanpa sengaja menggunakan mesin waktu milik Doc Emmett Brown dan back in time ke masa 30 tahun yang lalu, dalam hal ini 30 tahun sebelum tahun 1985, yaitu tahun 1955. Alatnya? Mobil DeLorean dengan pintu sayap camar, yang bagi orang tahun 1955 kelihatan terlalu canggih seperti pesawat alien.

Tentu saja Marty mengalami gegar budaya. Presiden AS di tahun 1985, pada tahun 1955 masih seorang bintang film kelas B. Jangankan musik hardrock atau metal, musik rock 'n roll saja belum kelihatan penampakannya. Pengalaman pertamanya membeli soft-drink di toko soda pun malah jadi misunderstanding yang kocakSayangnya, karena kekocakannya berupa pun atau wordplay, kalau diterjemahkan bakal susah melihat di mana lucunya.

"Uh, sure," he said. "Gimme a Tab."
The counterman sighed loudly, looked at him askance. "You'll get that later."
"What?"
"I can't give you the tab unless you order something," the counterman growled.
Marty didn't get it but just decided to roll with the punches. "Then let me have a Pepsi Free."
"Kid," the counterman said, making no attempt to hide his growing irritation, "if you want a Pepsi, you gotta pay for it."

Buat yang tahu maksud Marty yang datang dari tahun 1985 dan kesalahapahaman si tukang soda tahun 1955, tentunya bisa mengerti di mana lucunya percakapan di atas.

Bukan hanya gegar budaya, tanpa sengaja Marty juga bertemu dengan ayahnya, George McFly, dan ibunya, Lorraine Baines. Mereka saat itu masih sebaya dengannya, 17 tahun, dan masih belum saling mengenal. Dan gara-gara intervensi Marty, peristiwa yang seharusnya membuat Lorraine jatuh cinta pada George menjadi tidak terjadi, dan Lorraine malah jatuh cinta pada Marty!

Mother and son at the same age
Banyak adegan kocak saat Marty bertemu ayah atau ibunya semasa remaja ini. Tapi pertemuannya dengan keluarga ibunya juga menimbulkan kekocakan tersendiri. Apalagi komentar bakal calon kakeknya setelah kepergiannya:

"He's an idiot," Sam Baines amended. "It comes from his upbringing. His parents are probably idiots, too, maybe even his grandparents. I wouldn't be surprised if the whole family's nuts."

Tapi yang paling penting bagi Marty adalah mencari cara untuk kembali ke masa depan (hence the title). Ia berhasil menemukan Doc Brown muda, meyakinkannya bahwa ia datang ke tahun 1955 dengan menaiki mesin waktu yang dibuat Doc tiga puluh tahun lagi (bukti audio visual amat sangat membantu). Mereka menemukan solusi pengganti plutonium sebagai bahan bakar, bahkan waktu yang akurat untuk mengembalikan Marty ke masa depan.

Masalahnya adalah: intervensi Marty pada takdir orang tuanya mengubah segalanya. Gara-gara Marty, orang tuanya tidak saling jatuh cinta, dan tidak akan menikah. Artinya, Marty di masa depan juga takkan ada lagi.

Dalam waktu satu minggu, Marty harus bisa menjodohkan kedua orang tuanya, dan membuat mereka berciuman di acara pesta dansa sekolah. Kendalanya banyak. Selain Lorraine yang tergila-gila pada Marty, George yang tidak percaya diri, ditambah Biff Tannen si bully yang di masa depan juga terus merongrong George.

How to be a matchmaker for your parents
Sebagai penggemar trilogi BTF, maunya sih aku berbagi semua adegan hilarious yang ada dalam film/buku. Tapi sepertinya lebih baik kita langsung menonton film atau membaca bukunya saja. Bagaimanapun, film yang sudah usianya sudah tiga puluh tahun ini tetap klasik dan asyik untuk dinikmati sekarang. Aku sendiri tidak pernah bosan untuk menonton ulang :P

Yang jelas, akhirnya Marty berhasil menjodohkan orang tuanya (dan mengubah masa depan mereka):


tapi selain itu juga ia "menciptakan" skateboard dan musik rock n' roll:



Mengingat novelisasi dibuat berdasarkan naskah aslinya, seberapa banyak perbedaan antara novel dengan hasil akhir film yang dirilis?

Tidak terlalu banyak, sebenarnya. Seperti halnya novelisasi naskah film, kita akan mendapatkan apa yang tidak akan ada dalam versi film: jalan pikiran para karakternya dan alasan setiap karakter dalam mengambil suatu keputusan.

Dari sisi adegan, yang paling jelas adegan perkenalan karakter Marty di versi film, yang mengunjungi laboratorium Doc Brown sebelum berangkat ke sekolah, tidak ada dalam novel. Adegan Marty menonton bioskop di tahun 1955, yang ada dalam novel, tidak ada dalam film.

Tapi perbedaan-perbedaan itu tidak terlalu penting dan tidak mengubah jalan cerita secara keseluruhan. Kita bisa menikmati masing-masing media dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

By the way, sebagai penutup aku ingin membagi cara Marty menakut-nakuti George supaya mau mengajak kencan Lorraine. Ia datang sebagai alien yang membawa alat penyiksaan (walkman berisi kaset Van Halen) dari versi novelnya:
My name is Darth Vader, I am an extraterrestrial from the planet Vulcan. You have a close encounter of the third kind. You have taken one step beyond into the outer limits of the twilight zone.

So many scifi references in just a couple of sentences!
Review ini kubuat dalam rangka mengikuti event BBI:

Maret: Adaptasi
dan dalam rangka meramaikan event HUT BBI dari Genre Science Fiction:


4 comments:

  1. nonton film ini duluuuuu gara2 dipaksa sama kakak-kakakku, eh abis malah jadi ketagihan dan memohon-mohon dicarikan sambungannya ke rental LD sampai film ketiganya.
    suka banget sama marty macfly, apalagi pas adegan di film #2 yang pesta prom itu, yang pas marty film pertama n marty film kedua kecampur-campur, dikejar-kejar biff sementara nyari-nyari buku almanak sport, oh la la... :D
    #kasihan biff #ihatemanure

    eh baru inget, aku baca Jules Verne juga gara-gara film ini ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku nonton film ini karena memang suka MJF di serial Family Ties.

      Duh, jaman masih belum ada VCD dan DVD... susah banget kalo pengen nonton ulang trilogi ini.

      Delete
  2. Hahahaha.. aku passs banget kemaren baru nonton lagi BTF di cinemax. Ngakak berat pas bagian nyamar jadi Darth Vader XD aku baru tau ternyata ada novelisasinya nih. sepertinya seru juga buat nostalgia ;p

    ReplyDelete