Serial komik enam jilid yang ceritanya ditulis oleh Mark Millar (Civil War, The Ultimates, Wanted, Kick Ass) dan ilustrasinya digambar oleh Dave Gibbons (Watchmen) ini kubaca dalam rangka persiapan untuk menonton film adaptasinya: Kingsman: The Secret Service.
Review:
Gary, remaja dari keluarga broken-home, kerap membuat masalah yang membuatnya ditangkap polisi. Seperti biasa, Jack London, pamannya, terpaksa menggunakan jabatannya sebagai agen pemerintah untuk membebaskan Gary. Selama ini keluarga Jack hanya tahu ia seorang anggota fraud squad, tapi sebenarnya ia seorang spy. Sadar bahwa ia telah lama mengabaikan keluarganya, Jack London memutuskan untuk memperbaiki masa depan keponakannya dengan merekrut dan memasukkannya ke sekolah mata-mata. KKN, dong? Ya sudah pastilah. Tapi rekomendasi Jack diterima, karena Jack sendiri berasal dari lingkungan yang sama dengan Gary, dan toh berhasil menjadi superspy andalan.
Sementara Gary mulai menempuh pelatihan wajib tiga tahun di bawah Rupert Greaves (dari pelatihan standar militer sampai bagaimana membuat wanita orgasme, every time!), Jack sibuk menyelidiki penculikan para selebriti, terutama para bintang dari film sci-fi seperti Star Wars dan Star Trek. Gary mampu membuktikan kepiawaiannya dalam hal teknis militer, tapi latar belakangnya membuatnya gagal dalam ujian merayu wanita dari kalangan atas. Ketika Gary bolos dari pelatihan dan kembali membuat keributan, terpaksa Jack turun tangan sendiri untuk melatih keponakannya secara pribadi, sekaligus melibatkannya dalam misi rahasia yang sedang ditanganinya.
Latihan khusus dari Jack termasuk tips penampilan. Mari kita simak baik-baik tipsnya:
To dress smart you need to start with your feet and work your way up. A man is always judged by his shoes and from this moment on you wear brown or black.
Select a haircut that demand respect. That's tight on the sides and a sharp left-parting. Anything else is not acceptable.
A crisp white shirt is the backbone on any wardrobe.
Every man needs at least one good suit. My recommendation would be navy blue, a sum lapel, three button and three pockets.
Setelah memperbaiki penampilan keponakan dan kehidupan adik perempuannya, Jack mendapat info intelejen terbaru bahwa mastermind di balik penculikan para selebriti ternyata Dr. James Arnold, cell-phone entrepreneur dan orang terkaya ke-127 di dunia. Ia pun membawa Gary untuk menyelidiki rencana Dr, Arnold. Dan tentu saja, kunci pertama untuk mendapatkan informasi adalah dengan... bertanya pada pacar dari target.
Wines and girlfriends are always the key. Every mission I've ever worked on. This is where your seduction-training comes in handy because megalomaniacs are never very good in bed.
Dan Gary harus mengakui keahlian Jack di bidang yang so very James Bond itu! Apalagi selama "proses pencarian informasi", Gary memantaunya secara live!
Lalu, berhasilkah mereka mengetahui rencana besar Dr. Arnold? Dan bagaimana caranya menggagalkan rencana itu menjadi kenyataan?
Comics versus Movie Adaptation
Pertanyaan pertama bila kita mengetahui adanya adaptasi layar lebar dari buku atau komik yang sudah kita baca: sejauh mana adaptasinya setia pada versi aslinya?
Tentu saja, aku gatal untuk membandingkan dan membahasnya... dengan cukup detail.
SPOILER ALERT, everybody!
1. Korban penculikan
Pada opening scene versi komik, di bagian operasi penyelamatan korban penculikan, yang diculik adalah Mark Hamill, aktor pemeran Luke Skywalker di Star Wars.
Pada versi film, yang diculik adalah Professor Arnold, yang diperankan oleh Mark Hamill!
Lancelot and Mark Hamill |
Para korban penculikan di versi komik memang para selebriti, sementara di versi film yang didekati dan bahkan diculik kalau tidak mau bekerja sama adalah para pemimpin negara, para ilmuwan, atau mereka yang berkuasa dan berpengaruh. Tapi perubahan ini tidak mengubah kenyataan bahwa Mark Hamill tetap muncul di opening scene!
It's way too meta, tapi inside joke dari casting Mark Hamill ini hanya bisa diapresiasi oleh mereka yang sudah membaca versi komiknya :))
By the way, kegagalan penyelamatan di versi komik disebabkan parasut yang digunakan agen rahasia hasil outsource ke pabrik di Vietnam, bukan karena si agen rahasia dibelah dua oleh pembunuh berkaki pedang.
2. The Secret Service
Pada versi komik, dinas rahasia yang dimasuki Gary merupakan dinas rahasia resmi pemerintah, sementara di versi film dinas rahasia Kingsman tidak terafiliasi dengan pemerintah manapun. Saking secret-nya, CIA atau MI6 pun tidak mengetahui keberadaannya. Dan kalau kita percaya pada penjelasan di filmnya, asal-usul Kingsman benar-benar original. Di mana lagi ada cerita tentang dinas rahasia yang didirikan oleh para penjahit Saville Row?
Siapa sangka toko ini markas besar dinas rahasia? |
Dalam versi komik, masalah penampilan memang semacam obsesi pribadi Jack London (kalau Gary salah memilih sapu tangan saja bisa-bisa tidak diakui lagi sebagai keponakan!), tapi rupanya untuk versi film hal ini menjadi inspirasi untuk dinas rahasia yang benar-benar stylish.
Organisasi mata-mata di versi komik juga standar James Bond. Tidak ada jumlah pasti berapa orang mata-mata yang bekerja. Lama pelatihan untuk menjadi mata-mata bahkan sampai tiga puluh enam bulan! Itu termasuk seduction training di mana para trainee memerlukan waktu enam bulan untuk bisa menemukan G-Spot saja!
Organisasi Kingsman di versi film mengadopsi mitologi King Arthur and the Knights of the Round Table. Jadi jelas jumlah mata-matanya terbatas sebanyak jumlah ksatria meja bundar (dengan mengabaikan divisi support). Setiap kali ada satu orang ksatria yang gugur, perlu dipilih satu dari sekian orang trainee untuk menggantikan posisinya.
Job opening for a few good men/women |
3. Tokoh utama
Perubahan drastis dalam versi film adalah hubungan para tokoh utamanya, yaitu superspy dan trainee yang direkrutnya, dari semula paman dan keponakan ala serial Alex Rider menjadi superspy dan anak dari mantan rekan yang telah lama gugur ala serial Men in Black.
Selain nama sang superspy yang diubah dari Jack London menjadi Harry Hart, begitu pula penampilannya dari semula standar James Bond menjadi ala Harry Palmer, lengkap dengan kaca mata bingkai tebalnya.
Hm, lagipula Colin Firth sudah pernah bernama Jack di The Importance of Being Earnest. Dengan menjadi Harry Hart dengan kode nama Galahad, tidak ada ceritanya ia dipanggil Uncle Jack lagi :)
Tapi dengan demikian, tokoh superspy senior di versi film menjadi misterius, karena kita tidak diberi kesempatan untuk mengetahui asal-usul dan akarnya. Setidaknya, dalam versi komik kita diberitahu bahwa asal-usul Jack London sama dengan keponakannya Gary. Tapi berasal dari lingkungan kelas bawah tidak berarti ia berhenti berusaha memperbaiki diri. Dengan menjadi top of the class di sekolah, ia direkrut langsung oleh pemerintah dan berhasil melepaskan diri dari lingkungan lamanya, sampai ia menengok ke belakang dan mengajak keponakannya untuk mengikuti jejaknya.
4. The Gadget
Tak ada cerita spy tanpa gadget! Kecuali di film Skyfall, barangkali. Dan untuk ini, koleksi gadget versi film Kingsman lebih georgeous daripada versi komiknya. Kenapa? Jelas karena lebih fashionable dan stylish, cocok dengan koleksi setelan Saville Row-nya. Bahkan setelannya pun tahan peluru.
Versi komik: standar gadget Q-nya James Bond |
Versi film: what every respectable man's wardrobe should look like. |
5. The villains
Bubur merah-bubur putih bukan hanya disiapkan untuk Jack London, tapi juga tokoh antagonis utamanya, Dr. James Arnold. Dalam versi film, ia berganti nama menjadi Richmond Valentine (namanya sendiri dihibahkan kepada karakter Mark Hamill), bahkan berganti warna kulit segala. Yang jelas, karakternya sama-sama tidak kuat kalau melihat kekerasan dan darah, dan tentu saja, rencana besarnya juga kurang lebih sama.
Sebaliknya, tukang pukul pribadinya yang dijulukinya Gazelle karena kedua kakinya menggunakan kaki palsu, bukan hanya berganti warna kulit, namun juga berganti jenis kelamin. Dan... oh, kaki palsunya di-upgrade menjadi setajam pedang. Dan berbeda dengan versi komik, ia bukan mantan anggota dinas rahasia yang tahu segala macam gadget yang dibawa Gary.
6. Rencana Besar
Tak ada perbedaan besar antara versi komik dan film: melenyapkan virus yang membuat bumi sakit, dengan membuat virusnya saling bunuh sendiri. Oh ya, virusnya bernama manusia dan obatnya adalah sinyal telepon seluler yang membuat setiap orang ingin membunuh orang lain.
Perbedaan besarnya adalah pada jenis manusia dibiarkan hidup oleh sang villain. Dr. Arnold, otaku sejati, mengkoleksi para selebriti sci-fi, baik aktor maupun sutradara. Sementara Richmond Valentine mengkoleksi para penguasa dunia, baik yang setuju maupun tidak setuju dengan rencananya.
Perbedaan besar kedua adalah pada ajang percobaan yang dilakukan oleh Dr. Arnold dan Valentine.
Pada versi komik, Dr. Arnold membuat acara pernikahan massal untuk 51 pasangan dari 51 negara bagian Amerika menjadi acara pembantaian massal.
Gentlemen, you may kill the brides |
Sementara pada versi film, Kentucky Church Massacre yang dijalankan Valentine menjadi the best fight scene tahun ini, dan membuat Colin Firth jadi action movie star. Aksinya sebagai Galahad yang menggunakan semua kemampuannya sebagai pembunuh level advance melawan segerombolan orang yang kemampuan membunuhnya masih level pemula, membuat semua orang tercengang, karena imej Colin Firth sebagai proper english gentleman yang hampir tidak pernah menyelesaikan masalah dengan kekerasan jadi hancur berantakan.
Who's next? |
Masalahnya, kebanyakan orang bukan saja lupa kalau Colin Firth sebenarnya pernah main dalam film action sebagai tentara Romawi di The Last Legion (yang memang flop abis), atau pernah beradu pedang dengan Joseph Fiennes di Shakespeare in Love, tapi adegan aksi Colin Firth yang dikenang sepanjang masa adalah adegan berantemnya dengan Hugh Grant yang nggak banget di film Bridget Jones's Diary I dan II.
Yesss, that hilarious fight scene! |
Jambak-jambakan? Cakar-cakaran? Hayo! |
7. Third Act
Well, setiap versi ada plus minusnya masing-masing.
Adegan final versi komik tidak semegah versi filmnya, tapi at least Gary membawa hampir semua teman seangkatannya sesama trainee untuk menyelamatkan dunia. Solusi dalam mengintervensi rencana besar Dr. Arnold juga lebih manis, tapi itu bisa dilakukan karena sistem Dr. Arnold lebih mudah di-hack daripada sistem Richmond Valentine yang menggunakan biometrik.
Bagiku, waktu menonton versi film di bioskop, third act-nya terasa terlalu panjang. Alasan utamanya jelas bias: karena tidak ada adegan Colin Firth lagi. Dan yang membuat lebih parah, pada akhir second act aku juga merasa kecewa berat gara-gara adegan church scene Colin Firth yang dipuja-puji sejuta umat itu dibabat habis oleh gunting sensor LSF. Keburu sebal duluan untuk bisa lebih mengapresiasi aksi final Taron Egerton cs :|
8. Just a thought
Dalam komik/film superspy macam begini, kadang-kadang rencana villain megalomaniak kalau kita pikir-pikir lagi jadi terasa tidak masuk akal. Apabila rencana besarnya terpenuhi, dan semua orang saling bunuh, siapa yang akan membersihkan bermiliar-miliar mayat dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk itu, atau apakah semuanya akan dibiarkan membusuk sampai jadi pupuk saja? Dan bagaimana kehidupan segelintir selebriti/penguasa/aristokrat yang terlalu terbiasa dilayani itu nantinya tanpa adanya masyarakat kelas bawah yang bisa memenuhi semua kebutuhan mereka? Apakah mereka akan terpaksa hidup mandiri seperti manusia jaman batu? Atau Dr. Arnold/Valentine menyelamatkan sebagian manusia yang tidak masuk kategori koleksinya untuk menjadi semacam budak di masa depan? Atau biarkan teknologi robot melayani semua kebutuhan manusia yang tersisa seperti di film Wall-E?
Well, karena dalam komik/film seperti ini rencana besar megalomaniak tak akan pernah berhasil, mungkin kita tidak perlu berpikir terlalu jauh tentang berbagai kemungkinan apabila rencana itu berhasil diwujudkan.
Yang jelas, menonton film ini membuatku jadi... menonton hampir seluruh film Colin Firth secara maraton, membaca buku-buku yang diadaptasi menjadi film Colin Firth, serta membuat review dari buku-buku tersebut...
Review komik ini cuma salah satu contohnya.
Sekarang sudah bulan Maret, tapi bagiku saat ini masih tetap Colin Firth Month.
No comments:
Post a Comment