Tuesday, March 10, 2015

The Last Legion

The Last Legion

My rating: 3 of 5 stars

What if... akhir dari Kekaisaran Romawi merupakan awal dari mitos King Arthur?

Valerio Massino Manfredi bermain-main dengan kemungkinan ini dalam novel The Last Legion yang dirilisnya pada tahun 2002.

Kekaisaran Romawi Barat runtuh pada tahun 476 M, oleh serangan tentara barbar di bawah pimpinan Odoacer. Kaisar terakhir, Romulus Augustus, yang masih berumur 13 tahun, ditangkap dan dibuang ke Pulau Capri. Berdasarkan permintaan terakhir Orestes, ayah Romulus, yang tewas dalam serangan itu, salah seorang tentara dari Legiun Nova Invicta, Aurelius Ambrosius Ventidius, bersumpah untuk membebaskan putranya dari cengkeraman kaum barbar.

Meskipun legiunnya telah hancur, Aurelius tidak bergerak sendirian. Ia mendapat bantuan dari dua legiunnya yang selamat, Rufius Vatrenus dan Cornelius Batiatus, mantan prajurit Yunani Orosius dan Ambrosius, serta "pendekar wanita" dari Venesia, Livia Prisca. Ia berhasil membebaskan Romulus dari Pulau Capri, sekaligus gurunya, laki-laki Celtic misterius dengan nama latin Meridius Ambrosinus. Bukan itu saja, selama ditawan Romulus malah menemukan harta karun, pedang buatan suku Calibia warisan Julius Caesar, Konon, menurut legendanya, barang siapa yang berhasil memiliki pedang itu akan menjadi penguasa. Entah kenapa sampai di sini, aku malah teringat cerita silat To-liong-to.

Sudah, selesai ceritanya? Belum. Cerita baru saja dimulai.

Lolosnya Romulus tidak dapat dibiarkan oleh Odoacer, yang mengutus tangan kanannya Wulfila untuk memburu tawanannya yang kabur. Sial bagi Aurelius dan kawan-kawan, mereka tidak bisa meminta bantuan Kekaisaran Romawi Timur, yang lebih memihak kaum barbar. Pilihan terakhir mereka adalah menyeberang ke Britania, di mana konon masih terdapat Legiun Terakhir Romawi, Legiun XII Draco.

Tapi ternyata, lagi-lagi Aurelius cs harus kecewa, karena Legiun XII Draco sudah tidak ada lagi. Pulau Britania juga berada di bawah kekuasaan oleh Wortigern, yang dibujuk Wulfila untuk bekerja sama untuk menangkap buronannya.

Ke mana perginya Legiun XII Draco? Bisakah segelintir orang mempertahankan diri dari serangan ratusan orang dalam pertempuran terakhir? Dan yang paling penting, apa hubungan kisah legiun terakhir Romawi ini dengan legenda King Arthur?

Spoiler #1:
Nama tradisional Raja Britania adalah Pendragon, yang berarti "Kepala Naga" atau "Pemimpin Naga". Berdasarkan legendanya, ayah Raja Arthur bernama Uther Pendragon. Dalam novel, ada Legiun Keduabelas Naga, yang membuat Romulus, sebagai pemimpin utamanya, dijuluki Pendragon.

Spoiler #2:
Nama asli guru Romulus, Meridius Ambrosinus adalah Myrdin Emries, yang kemudian lama-lama lebih dikenal dengan nama Merlin.

Spoiler #3:
Pedang wasiat Julius Caesar berukiran "Cai.Iul.Caes. Ensis Caliburnus" yang berarti "Pedang buatan Calibia milik Caius Julius Caesar." Di akhir novel, Romulus melontarkan jauh-jauh pedang itu hingga menancap di batu. Seiring dengan berjalannya waktu, ukiran huruf asli memudar, sehingga yang dapat terbaca hanya:



Movie Adaptation:

Pada tahun 2007, novel ini telah diadaptasi ke media layar lebar dengan... iya... Colin Firth sebagai tokoh utamanya:

Sebenarnya, film ini merupakan film action pertama Colin Firth. Tapi sayangnya, film ini flop di pasar dan menjadi bulan-bulanan kritikus, dengan ratingnya saat ini 5.4 di IMDb dan 16% di Rotten Tomatoes. Well, pantas saja kalau kebanyakan orang tidak ingat dan mengira film Kingsman: the Secret Service merupakan film pertama di mana Colin Firth out of character.

Colin Firth sendiri menerima peran ini karena menyukai ceritanya, dan memang ingin mencoba peran yang lain dari biasanya. Tapi kritikus menganggapnya miscast. Segitu tidak pantasnya seorang Colin Firth berperan sebagai action hero! Tapi tentunya faktor unlikely hero itu juga yang membuat semua orang akhirnya tercengang ketika menyaksikan Colin Firth bukan saja out of character, tapi juga so very bad ass dan kick ass di Kingsman!

Karena aku bukan kritikus sinis, lebih pada penggemar yang super toleran, buatku melihat Colin Firth berperan beda dari biasanya di sini dan kelihatan jago main pedang (sayangnya koreografinya yang so-so membuat aksinya terasa tidak meyakinkan, jauh banget dengan aksi Russell Crowe di Gladiator), lumayan refreshing. Apalagi kecuali di bagian awal film di mana sebagai perwira Romawi teladan ia bercukur rapi, penampilannya yang kasar dan brewokan bisa membuat orang lupa kalau ia aktor yang sama dengan yang memerankan Mr. Darcy, baik Fitzwilliam maupun Mark. 

Selain itu, ada banyak hal yang bisa membuat versi film tidak semenarik versi novelnya: adaptasi yang terlalu bebas.

Ada banyak perubahan yang dibuat pada versi filmnya. 

Aurelius yang aslinya cuma legiuner biasa, mendadak naik pangkat jadi jenderal. Halooo? Memangnya nggak boleh prajurit biasa jadi jagoan? Tidak semua tokoh utama harus punya jabatan jenderal besar seperti Aelius Maximus Decimus Meridius! Dan dalam film, masa lalu Aurelius sama sekali tidak dieksplorasi seperti di novelnya. Wajar saja kalau penokohannya di versi film terasa dangkal dan superficial.

Livia Prisca, gadis Venesia yang sewaktu kecil pernah diselamatkan oleh Aurelius, mendadak jadi Mira si gadis dari Kerala. Tidak jelas alasannya, apakah cuma karena ingin memajang mantan Miss World Aishwarya Rai, atau ingin tampil beda dengan mempertontonkan seni beladiri kalaripayattu. Apapun itu, mungkin Colin Firth malah merasa lega tidak perlu memanggil wanita lain dengan nama istrinya, Livia.

Di versi film, pertemuan pertama Aurelius dan Romulus didramatisir, begitupula posisi Aurelius sebagai kepala pasukan pengawal pribadi Romulus. Belum lagi terlalu banyak pergeseran historis, seperti tahun dan lokasi. Ibukota Romawi Barat selama dua ratus tahun sebelum keruntuhannya bukan di Roma, tapi daripada penonton awam sejarah yang cuma tahu kota Roma sebagai ibukota jadi bingung...

Yang juga terasa tidak sreg (selain fight coreography-nya yang ngeselin), adalah Colin Firth dan Aishwarya Rai sebagai love-couple. Tidak ada chemistry yang menunjukkan bahwa mereka memang benar-benar saling tertarik. Entah karakter Jenderal Aurelius memang super sopan, sehingga pandangan matanya biasa saja saat melihat Mira selesai mandi dengan baju basah melekat di tubuh. Boro-boro ada tatapan smoldering mengguncang iman khas Colin Firth yang dijuluki panty remover itu. Dan karakter Mira-nya juga sama saja, lempeng kayak jalan tol. Apa yang membuatnya tertarik pada si Jenderal? Apa iya hanya karena Aurelius bisa mengimbangi permainan kalaripayattu level 7-nya?

Love is not in the air...

Chemistry antara Aurelius dan Romulus yang hubungannya berjalan dari pengawal-kaisar menjadi ayah-anak malah lebih terlihat. Mungkin karena mereka sudah pernah main bareng di film lain sebelumnya, terutama di Nanny McPhee, di mana Thomas Sangster berperan sebagai anak Colin Firth.

Tapi, meskipun terdapat banyak perbedaan antara versi novel dan versi film, benang merah ceritanya tetap sama. Bahwa Dinasti Pendragon berasal dari kekaisaran Romawi Barat yang telah runtuh... 


View all my reviews

No comments:

Post a Comment