Saturday, February 1, 2014

Stir of Echoes

A Stir of EchoesA Stir of Echoes by Richard Matheson
My rating: 4 of 5 stars

Tom Wallace lived an ordinary life, until a chance event awakened psychic ablilities he never knew he possessed. Now he's hearing the private thoughts of the people around him--and learning shocking secrets he never wanted to know. But as Tom's existence becomes a waking nightmare, greater jolts are in store when he becomes the unwilling recipient of a compelling message from beyond the grave.

Pernah melihat acara TV di mana seorang mentalis menghipnotis "korban"-nya dan membuat mereka melakukan dan mengungkapkan hal-hal di luar kemauan mereka? Well, awalnya Tom Wallace "terpilih" untuk jadi bahan eksperimen Phil, saudara iparnya, yang sedang berkunjung ke rumah yang baru ditempati keluarganya selama dua bulan. Acara hipnotis main-main itu berlangsung sukses. Meskipun Tom cuma merasa tertidur satu dua detik, ternyata ia tidak sadar selama empat puluh lima menit. Selama itu ia menjadi anak dua belas tahun lagi, bercerita tentang teman, keluarga, sepeda idamannya, dan lain-lain. Ia juga dibuat kedinginan karena merasa sedang berada di kutub utara, kepanasan dan kehausan karena berada di gurun Sahara, bahkan masih ada perintah selama hipnotis dari Phil yang dilakukannya setelah ia sadar: memasukkan sepatu kirinya ke dalam kulkas!

Permainan selesai. Seperti ucapan terakhir Phil sebelum membangunkannya dari keadaan terhipnotis: "Your mind is free now. There's nothing binding it. It's free, absolutely free."

Seharusnya perintah itu dirancang untuk mencegah pikiran korban hipnotis terkena efek dari perintah-perintah lain yang bisa mempengaruhinya setelah sadar. Tapi pada Tom, efeknya ternyata sangat berbeda. Pikirannya "terbebaskan", dan di luar kehendaknya, kemampuan psikisnya bangkit.

Dimulai dari melihat hantu seorang wanita di ruang duduknya di tengah malam, diikuti dengan membaca pikiran orang-orang di sekitarnya tanpa sadar, meramalkan sesuatu yang akan terjadi, sampai membaca sesuatu dari benda yang dipegangnya. Oke, itu berarti menjadi cenayang, telepath, precogs, plus psikometrer sekaligus secara mendadak! Dan itu jelas membuat orang biasa seperti Tom menjadi kebingungan dan ketakutan.

Kalau cuma membaca pikiran baik-baik sih, mungkin tidak apa-apa. Tapi Tom jadi ngeri waktu bisa membaca pikiran Elsie, istri tetangganya, yang ternyata diam-diam berpikir untuk menggoda dan berselingkuh dengannya, meskipun di luar kelihatannya biasa-biasa saja. Saking takutnya digoda istri tetangga berpikiran binal, ia sampai kabur ketakutan waktu disuruh istrinya untuk mengambilkan loyang pie ke rumah sebelah :D

Kalau cuma meramalkan hal yang berguna, tentu tak ada salahnya. Misalnya karena bisa membaca niat tidak baik dari babysitter anaknya, ia berhasil mencegah penculikan anaknya. Tapi, ketika bisa mengetahui bahwa ibu mertua meninggal dunia bahkan sebelum istrinya mendapatkan kabar buruk itu... wajar saja kalau sang istri jadi merasa takut padanya.

Kalau cuma membaca hal-hal baik dari benda yang dipegang, tentunya tidak jadi masalah. Tapi kalau bisa membaca kematian dari sebuah sisir atau tongkat perapian... bagaimana tidak menjadi sinting? Belum lagi setiap malam diganggu hantu gentayangan yang ingin menuntut keadilan...

Novel ini karya Richard Matheson, yang terkenal dengan novel masterpiece-nya I am Legend. Sebagaimana novel yang satu itu difilmkan dengan bintang Will Smith, novel terbitan tahun 1958 ini jadi diangkat menjadi film dengan Kevin Bacon yang memerankan Tom. Meskipun hanya adaptasi bebas, tema intinya tetap sama, tentang Tom yang kemampuan psikisnya bangkit setelah dihipnotis.

Membaca cerita tentang ESP seperti ini, otomatis aku jadi teringat novel-novel Stephen King dengan tema dan gaya penulisan serupa. Dan memang, Stephen King sendiri mengakui bahwa "The author who influenced me the most as a writer was Richard Matheson". Well, pantas saja kalau begitu.

Buku ini sudah tertimbun sejak tanggal 2 Oktober 2010. Aku tidak ingat lagi di mana mendapatkannya, tapi sekarang aku menyesali kenapa buku sebagus ini lama terabaikan. Padahal bukunya tipis kok, cuma 211 halaman.

Well, mengingat buku ini cuma salah satu dari ratusan buku yang masih berstatus un-read... aku cuma bisa mengulang kutipan lawas... So many books, so little time...

View all my reviews

No comments:

Post a Comment