Wednesday, February 19, 2014

All You Need Is Read This Book!

All You Need Is KillAll You Need Is Kill by Hiroshi Sakurazaka
My rating: 5 of 5 stars

I must say that I really love this book.

Meskipun memang pada awalnya aku tertarik baca light novel ini hanya karena penasaran saja. Mengapa juga sampai penasaran? Simply karena salah satu mangaka favoritku, Takeshi Obata (Hikaru No Go, Death Note, Bakuman), membuat versi manganya.

Nice artwork, as expected of Obata-sensei
Baru setelah itu aku ngeh, bahwa versi manga All You Need Is Kill (sebut saja AYNIK) ini diterbitkan di Weekly Shonen Jump Jepang dan Amerika karena untuk menyambut perilisan versi filmnya yang konon bakal tayang mulai tanggal 6 Juni 2014. Buat yang belum tahu, judul filmnya Edge of Tomorrow, dan dibintangi oleh Tom Cruise dan Emily Blunt.
Gimana mau ngeh kalo film ini based on AYNIK, judulnya aja beda banget.
And I don't really care about Tom Cruise's movie projects
Jadi... seperti apa sih cerita novel ini?

Cover buku, gambar Obata-sensei dan poster film di atas jelas menunjukkan: perang, prajurit yang mengenakan armor exoskeleton, dan kematian di medan perang. Tapi tagline poster Edge of Tomorrow jelas mengungkapkan alur cerita AYNIK dengan akurat: LIVE. DIE. REPEAT.

Q: Tunggu, tunggu, kok kayak main game banget sih?

Tepat sekali. Karena sebagaimana dituturkan Hiroshi Sakurazaka di bagian afterword, inspirasi novel ini memang berasal dari pengalaman bermain game. Kita menyelesaikan suatu game bukan dengan sekali main, dan bukan karena kita sudah jago dari awal. Tapi karena setiap kali bermain, lalu avatar kita mati, dan ketika permainan mulai dari awal lagi, kita belajar dari pengalaman sebelumnya. Kita bermain sekaligus melatih jurus dan trik dalam kesempatan berikutnya, lantas mati lagi, reset, dan kembali menyempurnakan jurus dan trik dalam kesempatan berikutnya.

Meskipun aku tidak gape main game, menganggapnya wasting time, dan jelas lebih suka menghabiskan waktu luang untuk membaca buku, pengalamanku bermain game Prince of Persia pakai floppy disk 5.25 inci (zaman kapan tuuuuuh?) yang tidak bisa di-save pada level terakhir si pangeran mati kena bacok dan selalu balik lagi ke level 1, membuatku bisa memahami konsep yang ditawarkan penulis novel ini.
Let's hope this time is better, Prince!
Buat generasi sekarang, mungkin main Flappy Bird yang bikin galau dan stres sejuta umat saat ini bisa menjadi contoh betapa nyeseknya kalau harus memulai kembali game dari awal banget :)
Are you ready to get start again?

Q: Lalu, bagaimana kalau kita mengalami hal serupa di dunia nyata?

Keiji Kiriya, prajurit hijau United Defense Force, tewas tak lama setelah ia terjun dalam pertempuran pertamanya melawan pasukan alien yang disebut dengan nama Mimics. Namun, ia hidup kembali pada satu hari sebelum pertempuran. Pada kehidupan keduanya, ia menganggap apa yang dialaminya cuma mimpi belaka. Tapi ketika ia mulai merasa deja-vu karena semua hal berlangsung persis seperti mimpinya, lalu ia kembali bertempur dan kembali tewas, lantas kembali bangun pada satu hari sebelum pertempuran... Keiji sadar bahwa ia mengalami time-loop, dan bahwa nasibnya tidak terelakkan, bahwa ia akan kembali merasakan kematian.

Lalu, bagaimana cara Keiji mencoba menghindari nasib mengenaskan di medan perang? Pada kehidupan ketiga, ia langsung melakukan desersi, kabur jauh-jauh dari markas. Tapi toh tetap mati, dan hidup lagi. Pada kehidupan keempat, begitu bangun ia langsung pinjam pistol dan bunuh diri. Tidak ada gunanya. Ia tetap bangun lagi satu hari sebelum pertempuran pertamanya.

Pada kehidupan kelima, ia menyerah pada takdirnya untuk terus mengulang kematian. Tapi di saat yang sama, ia bertekad untuk melawan takdirnya dengan melatih diri untuk pertempuran berikutnya, agar lebih siap, dapat bertahan hidup lebih lama, dengan harapan semakin terlatih semakin besar kemungkinan untuk menang dalam pertempuran dan tidak ada lagi alien yang bisa membunuhnya. Toh, ia punya banyak waktu...

Dalam mengasah kemampuannya dari hari ke hari, Keiji mengacu pada Rita Vrataski, prajurit andalan US Special Forces yang membantu UDF mempertahankan garis pantai Jepang dari invasi Mimics. Terkenal dengan julukan Full Metal Bitch atau Mad Wargarita, meskipun usianya tak jauh beda dengan Keiji, Rita Vrataski adalah prajurit veteran yang sanggup membunuh lebih dari 100 Mimics dalam satu pertempuran. Dengan melatih diri sangat disiplin, mempelajari dan mempraktekkan cara bertempur Rita, bahkan sampai ikut menggunakan battle-axe yang lebih efektif dalam membunuh Mimics, lama kelamaan Keiji berubah dari prajurit yang tidak tahu apa-apa menjadi prajurit veteran dengan level kemampuan tempur yang setara dengan gadis yang dikaguminya, dan mungkin pada akhirnya dicintainya...

Titik balik cerita dimulai pada kehidupan/pertempuran ke-158, di mana Keiji akhirnya mengetahui rahasia di balik time-loop yang dialaminya...

Sebagian besar cerita dituturkan dari sudut pandang Keiji Kiriya, sehingga kita bisa mengetahui apa saja yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya, baik pada saat berada di medan tempur, pada saat sekarat, pada saat mengutuk para jenderal yang seenaknya memberikan latihan fisik sebagai hukuman atau berada di tempat aman selagi para prajurit berguguran, atau pada saat mengapresiasi kelebihan lawan jenis. Sebagian cerita dituturkan dengan sudut pandang orang ketiga pada saat fokus cerita beralih pada masa lalu dan latar belakang Rita Vrataski. Tapi kurasa itu wajar saja, karena dalam time-loop yang berkisar 30 jam, tidak ada waktu bagi Keiji untuk mengetahui masa lalu Rita, sehingga pembaca juga tak akan mendapat gambaran utuh tentang karakter yang "baru dikenal sebentar" kalau hanya mengandalkan sudut pandang Keiji. Dalam sudut pandang dewa ini juga, penulis berusaha menceritakan latar belakang Mimics, sehingga pembaca mendapatkan gambaran utuh tentang apa dan bagaimana lawan yang berusaha memusnahkan seluruh umat manusia dari muka bumi itu.

Q: Reset lebih dari 150 kali? Apa tidak bikin bosan, tuh?

Kalau Keiji Kiriya bosan setengah mati mengulang hari, itu sudah pasti. Tapi tidak bagi pembaca. Variasi cerita berdasarkan tindakan yang dipilih serta pace cerita yang cepat dan memacu adrenalin akan mengikat pembaca untuk mengetahui perkembangan Keiji dan bagaimana caranya mengakhiri time-loop yang dialaminya. Pembaca juga tidak usah khawatir dibawa mengikuti setiap kehidupan Keiji. Cerita bisa melompati puluhan kehidupan, karena Keiji menyusun jadwal yang ketat sehingga pembaca bisa tahu rutinitasnya selama puluhan kehidupan, namun tetap mengetahui setiap variasi baru kala Keiji mencoba suatu hal baru untuk memperbaiki kinerjanya.

Setelah menyukai versi novel dan manga AYNIK (baru rilis 6 bab, baru sampai kehidupan ke-158, tapi aduh keren banget artwork-nya, bikin nggak sabar untuk membandingkan dengan novelnya!), sekarang aku malah khawatir akan versi filmnya. Bukan apa-apa, tapi pemilihan cast-nya itu lho. Ini cerita tentang prajurit rookie kinyis-kinyis yang nggak tahu apa-apa tentang perang sampai jadi veteran di hari pertempuran pertamanya! Lah, ini Keiji Kiriya versi Amrik-nya (Bill Cage, Keiji = Cage) sudah tua, berpangkat letkol, dan wajarnya sih sudah veteran gitu lo. Belum lagi armor tempur yang seharusnya canggih terlihat sederhana banget dibandingkan apa yang digambarkan dalam novel dan manga (apakah takut mirip dengan armor Iron Man, kali ya?).  Damn. Please don't ruin this story for me, Cruise cs!

Akhir kata, losing your life is not the worst thing that can happen. The worst thing is to lose your reason for living. Dan iya, this quote is not mine, but Jo Nesbo's.

View all my reviews

2 comments:

  1. halo, ternyata kamu udah baca bukunya juga ya,
    emang keren banget ceritanya. heheh
    oh iya, yang kamu punya itu cover asli atau cover film?
    saya lagi cari yang cover aslinya. tapi nyari di toko buku susah banget TT-TT terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku punyanya yang cover film, nemu di Kinokuniya.

      Delete