My rating: 3 of 5 stars
Review komik Tintin di Tanah Sovyet? Lho, kayaknya sudah pernah deh!
Iya benar, review komik ini sudah pernah kuposting saat Posbar BBI bulan November 2012. Dan di situ dengan pedenya aku menyebutkan bahwa koleksi lengkap Tintin versi Indiraku aman sentausa di gudang rumah Cirebon. Padahal mah...
.·´¯`(>▂<)´¯`·.
Marilah kita bersama-sama berdoa bagi para buku yang telah meninggalkan kita... Mengheningkan cipta, mulai... |
Oh iya, sebelum kita mulai, perlu ditegaskan bahwa aku belum pernah beli komik Tintin terbitan GPU sebelumnya. Alasan pertamanya jelas, aku sudah punya koleksi versi Indira (tadinya), dan alasan kedua... ya itu, nama-nama yang digunakan versi GPU tidak familiar, karena menggunakan nama versi asli, bukan versi Inggris seperti yang biasa kubaca sejak kecil. Ya sudahlah, berhubung kalau beli ulang versi Indira harganya bikin sakit hati, jadilah aku beli satu set versi GPU. Untungnya beberapa bulan lalu aku menemukan bundel Tintin 1-4 lengkap di Gramedia Central Park, dan kebetulan juga pas sedang ada program diskon 25%.
Nah, kali ini, apa sih yang ingin kukomentari dari komik Tintin edisi yang satu ini?
1. Cover
Dibandingkan cover komik Tintin lainnya, cover ini tampak simpel dan minimalis, hanya menampilkan Tintin dan
2. Ukuran
Buatku yang sejak kecil terbiasa dengan komik eropa yang lebar-lebar, ukurannya yang cuma sedikit lebih besar dari buku tulis ini membuatnya lebih mudah untuk dipegang dan dibaca. Khusus untuk buku pertama ini, tebalnya dua kali komik Tintin pada umumnya, yaitu 142 halaman, sedangkan buku-buku selanjutnya rata-rata 62 halaman. Kelihatannya ini berhubungan erat dengan banyaknya panel gambar per halaman, karena di buku ini umumnya 6 panel per halaman, sedangkan di buku-buku berikutnya bisa mencapai 12 panel per halaman.
3. Gambar
Namanya juga versi awal dari komik Tintin yang diserialisasikan di Le Petit Vingtieme, suplemen anak-anak Le XXe Siecle, formatnya hitam putih seperti layaknya komik strip. Jadi rasanya seperti membaca manga saja. Manga versi sederhana, tentunya, karena gambar karakternya masih sangat sederhana, sementara gambar latarnya juga terasa kasar dan seadanya. Tapi minimal, Herge sudah menunjukkan cikal bakal ciri khasnya yang mementingkan detail, dengan menggunakan foto sebagai referensi, untuk gambar kendaraan misalnya. Tintin juga belum menggunakan kostum khasnya di kemudian hari: kemeja putih, sweater biru muda, celana cokelat muda. Di bagian awal ia mengenakan setelan jas kotak-kotak yang jelek, meskipun belakangan gonta-ganti baju terus sesuai kebutuhan.
4. Cerita
Sebagaimana halnya komik strip bersambung, ceritanya penuh aksi, ber-pace cepat, penuh adegan slapstick dan cliffhanger. Kalau aku pembaca pada masa itu, mungkin aku menunggu dengan rasa penasaran sampai terbitan Le Petit Viengtieme berikutnya, apa yang akan terjadi setelah mobil Tintin tertabrak kereta api, atau Tintin dieksekusi mati misalnya. Solusi pada edisi lanjutannya kadang terasa digampangkan dan defying logic banget. Paling kalau menemukan hal-hal seperti ini, dimaafkan saja deh dengan alasan namanya juga komik. Nggak realistis juga nggak apa-apa, mau bagaimana lagi.
Cerita dimulai dengan Tintin, wartawan top, diutus oleh Le Petit Viengtieme untuk meliput ke Sovyet, ditemani anjing setianya, Milo. Polisi rahasia Sovyet khawatir Tintin akan mengabarkan kondisi Sovyet yang sebenarnya pada dunia, maka untuk mencegahnya, mereka berkali-kali berusaha membunuhnya, sejak Tintin berangkat dari Brussels, selama dalam perjalanan, selama berada di Sovyet, sampai dalam perjalanan kembalinya. Itu saja plot yang menggerakkan cerita.
Jadi, baru saja Tintin ketiduran, kereta api-nya dibom, sepuluh gerbong rusak, dan 218 orang penumpangnya hilang. Garisbawahi: hilang. Entah kemana hilangnya, karena tidak ada mayat yang bergelimpangan. Dan entah bagaimana cuma Tintin dan Milo yang selamat, hanya baju saja yang compang-camping. Karena selamat itulah, sesampainya di Berlin Tintin dituduh sebagai pelaku pemboman dan dipenjara. Tentu saja Tintin berhasil kabur dari kejaran polisi Jerman, pertama dengan mencuri motor polisi, kemudian mencuri mobil mereka.
Oh ya, Tintin punya bakat khusus terkait kendaraan: apapun jenis kendaraannya, Tintin pasti mengalami kecelakaan, meskipun tetap selamat, tentunya. Dan hebatnya lagi, biarpun sempat masuk penjara dan mengalami kecelakaan berkali-kali, surat-surat Tintin masih lengkap dan ia tidak pernah kehabisan uang. Entah di mana semuanya disimpan. Mungkin Tintin punya semacam kantong ajaib Doraemon.
Pembaca juga tak usah khawatir atas keselamatan Tintin, karena tingkat keberuntungan Tintin luar biasa. Ia selalu bisa melarikan diri, dan kalau ia menyaru jadi penduduk bahkan prajurit Sovyet pun ia tidak pernah ketahuan. Hebatlah pokoknya, jangankan polisi rahasia, beruang saja bisa kalah kalau berantem dengan Tintin.
Singkat cerita, Tintin berhasil mendapatkan bahan liputan dengan melihat kondisi Sovyet yang sebenarnya. Tapi sepanjang cerita, cuma ada tiga panel yang menggambarkan Tintin menulis artikel. Itu pun tidak jelas apakah tumpukan kertas yang ditulisinya jadi dikirim, dibawa-bawa terus sepanjang petualangannya, atau ketinggalan di kamar hotelnya. Dan jelas jaminan suratkabar Le Petit Vingtieme bahwa "semua foto autentik, diambil oleh Tintin sendiri" hanya janji palsu belaka, karena dari awal sampai akhir Tintin tidak membawa kamera, jadi bagaimana pula cara mengambil fotonya?
5. Akhir kata
Dalam sejarahnya, komik Tintin di Tanah Sovyet ini memang satu-satunya komik strip yang dibiarkan apa adanya, tidak direvisi dan dibuat berwarna sebagaimana komik Tintin lainnya. Herge selalu menganggap komik ini salah satu "dosa masa muda"-nya, karena memiliki kelemahan utama, sumber informasi yang dijadikan referensi oleh Herge sangat berat sebelah. Tapi bagaimanapun, tanpa komik ini, petualangan-petualangan Tintin berikutnya--dengan riset yang lebih detail dan mendalam yang menjadi ciri khas Herge di kemudian hari--takkan pernah ada.
View all my reviews
No comments:
Post a Comment