My rating: 4 of 5 stars
Alkisah pada zaman dahulu kala di Denmark, hiduplah seekor monster bernama Grendel yang memiliki telinga super sensitif. Meskipun gua tempat tinggalnya jauh dari istana kerajaan, ia sangat terganggu apabila Raja Hrothgar dan para pengikutnya sedang pesta minum di aula Heorot. Supaya bisa hidup tenang, ia menyerang Heorot setiap kali ada perayaan di sana, membunuh baik prajurit maupun penduduk biasa. Hanya Raja Hrothgar tua yang dihindarinya.
Setelah banyak jatuh korban termasuk para ksatria yang berniat menghabisi Grendel, akhirnya muncullah ksatria dari Geat (sekarang Gotaland di Swedia), bersama band of brothers-nya. Namanya Beowulf. Tongkrongannya stereotip ksatria Viking yang tinggi-besar-gagah-perkasa-pirang, seperti ini :
Seperti para ksatria pendahulunya, ia pun berniat mencari kejayaan (atau kematian) dengan menghadapi Grendel. Raja Hrothgar pun mengizinkan Beowulf cs membuka kembali Heorot untuk memancing sang monster keluar dari sarang. "Sok wae, upami tiasa mah," mereun kitu kasarna.
Singkat cerita, Beowulf dan anak buahnya bisa mengalahkan Grendel dengan memotong tangannya. Meskipun monster itu kabur, tapi jelas sekarat dan bakal mati entah di mana. Tangan Grendel dipancang di Heorot, dan pesta besar-besaran merayakan kekalahan Grendel pun diadakan. Malamnya, seluruh anak buah Beowulf yang tidur di Heorot tewas dibantai, hanya Beowulf dan Wiglaf yang selamat karena tidak berada di sana. Potongan tangan Grendel lenyap. Apakah monster itu masih hidup?
Raja Hrothgar: Lain Grendel. Tapi indungna.
Beowulf: Aya sabaraha monster nu kudu dipaehan? Indungna? Bapana? Uwakna? Sakulawarga?
Raja Hrothgar: Ngan indungna sih...
Beowulf: Naha atuh teu bebeja? Teras kamana bapana?
Raja Hrothgar: Eu...
Daripada dibohongi terus, mestinya Beowulf balik kanan maju jalan saja. Tapi daripada ceritanya menggantung, berangkatlah ia ke sarang Grendel untuk mencari sang monster dan ibunya. Di sana ia mendapati Grendel sudah mati, dan bertemu dengan ibu Grendel yang wow-seksi-banget kayak Angelina Jolie:
Biar begitu susah dikalahin loh! Eh, meski di atas angin, cewek jadi-jadian itu malah nawarin transaksi. Karena Beowulf membunuh anaknya, maka Beowulf harus ngasih dia anak. Beowulf juga harus memberinya tanduk tempat minum dari emas hadiah dari Hrothgar. Tentu saja ada imbalannya... menjadi raja yang berkuasa dan kaya raya. Hm... harta, tahta, wanita... siapa yang nggak kepingin? Hayuk, deh...
Beowulf kembali ke istana membawa kepala Grendel, dan mengaku sudah membunuh ibu Grendel juga. Cuma Raja Hrothgar yang tahu apa yang terjadi. Karena eh karena... waktu muda ia juga bertransaksi dengan cewek jadi-jadian itu dan dari hubungan itulah terlahir Grendel! Lega kutukan pribadinya sudah lepas, ia menunjuk Beowulf sebagai penggantinya, lantas bunuh diri.
Tiga puluh tahun kemudian, seorang budak menemukan tanduk emas yang dulu menjadi syarat transaksi di sebuah gua. Saat tanduk emas itu kembali ke tangannya, tahulah Raja Beowulf bahwa masa kejayaan dan kekuasaannya akan berakhir. Benar saja, anaknya muncul dengan sosok manusia yang lebih gagah dari dirinya, dan sosok monster yang lebih keren daripada Grendel. Siapa dulu bapaknya! Dan sang monster, entah kenapa tidak diberi nama, juga membuat keributan, membunuh dan membakar rakyat Beowulf. Tapi bukan karena telinga yang super sensitif. Beda dengan Grendel, ia ingin diakui oleh ayahnya... ayah yang telah menukarnya dengan kekuasaan dan kekayaan. Ia membenci ayahnya, dan ingin membunuh semua yang dicintai sang ayah, termasuk rakyatnya.
Tapi meskipun terperosok ke jurang kutukan yang sama dengan Hrothgar, Beowulf memutuskan untuk menghentikan lingkaran kutukan sampai dirinya saja. Ia tidak mau menunggu ada ksatria lain yang muncul untuk menghancurkan monster ciptaannya, dan menciptakan monster baru demi menjadi penguasa berikutnya. Ia bertekad membunuh anak satu-satunya dengan tangannya sendiri...
Terlepas dari akhir saga Beowulf ini, transaksi antara Hrothgar dan Beowulf dengan ibunya Grendel rasanya tidak asing di Indonesia. Bukan hal yang aneh kalau kita masih mendengar ada orang yang memuja makhluk gaib demi kekuasaan dan kekayaan, dan rela menukarkan apa saja untuk itu. Anak sendiri? Silakan. Anak orang lain? Apalagi. Dengan setting dialihkan ke Indonesia, maka cerita tentang siluman ular yang bersarang di gua dan laut dan dapat memberikan kekuasaan dan kekayaan dengan harga tertentu... sepertinya sudah berkali-kali dibuat filmnya...
Nyi Blorong, aka Snake Queen (1982) |
No comments:
Post a Comment