One for the Money by Janet Evanovich
My rating: 4 of 5 stars
Baca ulang, setelah hari sabtu kemarin ke bioskop untuk menonton versi filmnya:
Dua tahun yang lalu aku pernah membaca versi terjemahannya yang terbitan Serambi. Waktu itu kurating 3 dari 5 bintang, karena meskipun ceritanya menarik, terjemahannya bikin bete. Akibatnya, aku belum pernah baca novel lanjutannya dari seri Stephanie Plum ini.
Membaca review Peter Travers di Rolling Stone, yang merating filmnya 1,5 dari 4 bintang, konon Janet Evanovich sendiri hampir menangis waktu nonton film ini (dalam artian negatif) dan begitu bahagia ketika film akhirnya berakhir. Tapi buatku yang cuma cari hiburan, lumayanlah buat sebuah pop-corn movie, meskipun agak cheesy dan seperti nonton serial teve. Minimal film ini membuatku jadi tertarik untuk baca ulang dalam versi bahasa inggrisnya, dan bisa membayangkan karakter orang-orangnya dengan para aktor di versi filmnya.
Mengulang joke yang beredar tahun kemarin, pada saat novel OFTM terbit tahun 1994, Amerika masih punya Steve Jobs, Bob Hope, dan Johnny Cash. Novel ini bertutur dari sudut pandang Stephanie Plum (diperankan oleh Katherine Heigl di filmnya) yang no jobs, no hope and no cash, sebegitu desperate-nya sehingga meskipun tak punya pengalaman kerja selain menjual pakaian dalam di departemen store, ia mau kerja di tempat sepupunya Vinnie, dan menjadi apprehension agent (aka bounty hunter), yang bisa mendapat 10% dari uang jaminan orang-orang yang Failed to Appear (FTA) di pengadilan, asal bisa menangkap dan menyerahkan mereka ke pihak yang berwajib.
FTA pertama yang lumayan menggiurkan nilainya adalah Joe Morelli (diperankan oleh Jason O'Mara, yang rasanya kurang cocok dengan imej karakternya... mungkin karena tampangnya yang lebih Irlandia daripada Italia?):
Polisi yang sedang buron ini kebetulan punya sejarah sendiri dengan Stephanie. Besar di lingkungan yang sama, di umur enam tahun mereka main kereta api-kereta apian, dengan Stephanie jadi terowongan dan Joe jadi kereta api (ini rasa ingin tahu anak kecil atau Morelli memang sudah pervert dari umur segitu ya?). Sepuluh tahun kemudian, Morelli jadi cowok pertama yang meniduri Stephanie, di lantai bakery tempat Stephanie kerja part time. Tiga tahun berikutnya, Stephanie "tidak sengaja" melindas Morelli dengan mobil Buick ayahnya dan mematahkan kaki laki-laki itu. No hard feeling, tapi dengan menangkap Morelli, Stephanie bisa dapat 10.000 dolar dan bisa lepas dari masalah finansialnya.
Tapi tentu saja tidak mudah menangkap Morelli, polisi berpengalaman yang handal. Apalagi Morelli, yang dituduh menembak mati orang yang tidak bersenjata, bertekad membersihkan namanya, dan tidak akan membiarkan siapapun menangkapnya, termasuk (apalagi?) Stephanie Plum. Meskipun secara tidak sengaja Stephanie bisa menemukan Morelli, ia tidak bisa melakukan apa-apa. Malah... mmm... mungkin CLBK (Ini singkatan apa sebenarnya, Cinta Lama Bersemi Kembali atau Cinta Lama Belum Kesampaian?).
Untunglah Stephanie dapat berguru dari agen andalan Vinnie, Ricardo Carlos Manoso, yang dikenal dengan julukan Ranger (diperankan Daniel Sunjata yang rasanya cukup cocok dengan deskripsi tough guy yang demen berpakaian hitam-hitam di novelnya):
Berkat Ranger, Stephanie akhirnya punya pistol, dan punya backup yang bisa dimintai tolong kapan saja ia mendapat masalah. Untungnya meski level mereka bak bumi dan langit, Ranger bersimpati pada Stephanie dan menyamakan hubungan mereka seperti Professor Higgins dan Eliza Doolittle ;)
Menurutku pribadi, yang menarik dari novel ini bukan kisah detektifnya, tapi humor yang bertebaran di sepanjang novel, lengkap dengan tokoh-tokoh sampingan yang unik-unik, seperti orang tua Stephanie, Grandma Mazur, Vinnie, Connie, Lula, Eddie Gazarra, etc. Belum lagi interaksi antar tokohnya yang kocak. Keputusan Stephanie "mencuri" mobil Morelli, yang berujung pada Morelli memborgolnya telanjang di kamar mandi dan Ranger terpaksa datang menolongnya, menjadi salah satu adegan yang tak terlupakan baik di buku maupun di filmnya. Malah boleh dibilang reaksi Ranger waktu Stephanie minta tolong lewat telepon lebih cepat dan kocak di filmnya.
Stephanie : I'm naked.
Ranger : I'm on my way!
Anyway, terlepas dari kejadulan novel ini (belum ada hp, telepon mobil tarifnya masih selangit, dan uang jaminan Morelli cuman 100.000 dolar), novel ini sungguh kocak dan menghibur, cocok bagi yang suka cerita detektif tapi tak mau banyak mikir dan depresi. Adanya mayat, bom mobil, dan tentu saja penjahat/psikopat (namanya juga novel misteri dan detektif) tidak akan membuat seram dan mood jadi muram.
Kesimpulanku setelah membaca ulang buku ini, ratingnya naik dari 3 ke 4 deh. Dan sepertinya novel-novel berikutnya dari seri ini cukup menjanjikan untuk dibaca di lain waktu. Hm, mungkin sudah jauh-jauh hari aku membacanya andai dulu tidak membaca terjemahannya yang bikin bete. Tapi namanya juga buku hasil obral...
View all my reviews
No comments:
Post a Comment