Wednesday, March 25, 2015

Alur Cerita

Februari: Alur Cerita

Alur cerita merupakan kronologis cerita, pergerakan cerita dari waktu ke waktu, atau rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir cerita. Ada beberapa jenis alur yang biasa digunakan penulis, seperti alur progresif, alur kilas balik, alur regresif, atau gabungan dari semuanya.

Tipe mana yang lebih kusukai? Tipe mana yang lebih menarik?

Tergantung sih.

Standar plot diagram adalah seperti ini:



Alur progresif, alur maju, alias linear narrative adalah alur yang setia pada diagram. Lurus terus macam jalan tol. Dimulai dari eksposisi, konflik dan aksi yang makin meningkat sampai klimaks, dan diakhiri dengan resolusi.

Ini adalah alur yang paling sederhana, mudah diikuti, dan tidak bikin pusing. Konon biasanya alur ini cocok bagi penulis pemula, atau untuk cerita anak-anak yang sederhana.

Tapi bagiku pribadi, alur maju paling cocok untuk cerita yang panjaaaang banget. Misalnya saja cerita silat yang baru tamat setelah puluhan jilid. Dengan alur maju, latar belakang cerita ditaruh di depan (kadang sebelum tokoh utamanya dilahirkan), dan selanjutnya kita diajak mengikuti perkembangan si tokoh utama dari sejak lahir, kanak-kanak, remaja, sampai dewasa dengan diiringi peningkatan pengetahuan, pengalaman, dan ilmu silatnya. Pembaca juga bisa langsung memahami alasan tokoh utama mengambil suatu keputusan, karena sudah hafal betul latar belakangnya. Coba kalau cerita panjang model begini pakai alur kilas balik atau alur mundur segala. Beuh. Pasti bikin bingung dan ruwet. Mana karakternya bisa mencapai puluhan atau ratusan lagi.

Alur kilas balik alias non-linear narrative, biasa menggunakan flashback atau flashforward. Bisa jadi istilah bekennya sekarang: maju mundur cantik. Mungkin saja pas kita buka halaman pertama, ujug-ujug sudah di tengah-tengah konflik yang tengah panas membara. Baru kemudian kita tahu duduk permasalahan dan eksposisinya lewat kilas balik.

Bagiku, alur seperti ini juga asyik-asyik saja. Yang penting penulisnya kasih kode atau bilang-bilang dulu kalau mau flashback. Bisa ada petunjuk berupa tanggal yang berbeda dengan tanggal saat konflik terjadi atau cukup dibilang sepuluh tahun yang lalu, misalnya. Kalau tiba-tiba maju mundur tidak cantik tanpa pemberitahuan, ya... nabrak lah.

Khusus untuk alur regresif, agak jarang kutemui. Yang paling kuingat malah bukan buku, tapi film, yaitu Memento karya Christopher Nolan. Itu baru alur regresif murni. Di depan kita diberikan adegan endingnya. Baru terus mundur, mundur, dan mundur terus... sampai kita tahu asbabun nujul dan latar belakangnya. Terus baru bilang, oh gitu toh...

Yang mana yang paling kusuka? Yang mana yang paling nyebelin?

Alur maju bisa tetap oke dan tidak membosankan, sepanjang penulis bisa tetap menghidupkan cerita yang penuh kejutan. Alur kilas balik bisa jadi bikin sebal kalau kita harus menebak-nebak sendiri setting waktu narasi yang tengah kita baca.

Alur mana yang digunakan tidak masalah. Semuanya tergantung teknik storytelling penulisnya.









1 comment:

  1. ah iya Memento emang bikin bingung di awal cerita maksudnya apaan. sejauh ini saya juga belom nemu alur kayak memento dalam buku :D

    ReplyDelete