Sinopsis:
Enthralled by his own exquisite portrait, Dorian Gray exchanges his soul for eternal youth and beauty. Influenced by his friend Lord Henry Wotton, he is drawn into a corrupt double life, indulging his desires in secret while remaining a gentleman in the eyes of polite society. Only his portrait bears the traces of his decadence.
Review:
Bagaimana kalau kau memiliki lukisan yang bisa menampung semua kerusakan lahir dan batinmu? Akankah kau manfaatkan sebaik-baiknya, dalam hal ini tetap muda berwajah rupawan tanpa dosa meskipun berfoya-foya seumur hidupmu?
Kebetulan, Dorian Gray memiliki lukisan ajaib seperti itu, yang diwujudkan oleh seorang pelukis muda berbakat yang (meskipun hanya tersirat dalam novelnya) jatuh hati setengah mati kepadanya, Basil Hallwart.
Dan nasib membawanya bertemu dengan Lord Henry Wotton, yang tertarik pada keluguan dan kepolosan Dorian, dan lebih gawat lagi, tertarik untuk bereksperimen dengan jiwa labil Dorian. Sejauh mana kata-kata dan tindakannya bisa mengubah kertas putih menjadi abu-abu... atau malah hitam?
Banyak kutipan yang menarik dari Lord Henry Wotton yang hilarious. Sebagian motto-nya benar-benar menggoda iman...
"The only way to get rid of a temptation is to yield to it. Resist it, and your soul grows sick with longing for the things it has forbidden to itself, with desire for what its monstrous laws have made monstrous and unlawful. It has been said that the great events of the world take place in the brain. It is in the brain, and the brain only, that the great sins of the world take place also."
Well, kalau dipikir-pikir Lord Henry ada benarnya sih... Coba kalau kita tergoda buat beli buku yang bikin penasaran, terus berusaha menahan diri, pasti kepikiran terus kan? Hati dan pikiran kita pasti baru akan tenang kalau kita langsung melampiaskan nafsu... langsung membeli bukunya pada godaan pertama. Masalahnya, godaan yang dimaksud Lord Henry bukan godaan buat bookaholic sih :P
Atau omongan Lord Henry lainnya tentang buku:
"Those who find ugly meanings in beautiful things are corrupt without being charming. This is a fault. Those who find beautiful meanings in beautiful things are the cultivated. For these there is hope. They are the elect to whom beautiful things mean only Beauty. There is no such thing as a moral or an immoral book. Books are well written, or badly written. That is all."
Yang ini menurutku ada benarnya juga... Pertama kali aku baca buku historical romance Johanna Lindsey, yang berjudul Defy Not The Heart, aku masih cupu dan cuma tahu adegan hot di novel terjemahan Sidney Sheldon dan Jackie Collins (padahal pasti sudah kena babat sensor). Adegan olahranjangnya eksplisit dan wow gitu... tapi ceritanya juga bagus kok. Dan bukan berarti karena membaca buku kipas lantas pembacanya spontan get rid the temptation by yield it right away... :))
The Movie
Iya, seperti gambar cover buku yang kupilih, pada tahun 2009 dirilis versi film dengan Ben Barnes sebagai Dorian Gray, Ben Chaplin sebagai Basil Hallwart, dan tentu saja... Colin Firth sebagai Lord Henry Wotton.
Film ini jauh lebih gothic dari versi bukunya, dan... ehm, gaya hidup hedonistik dan dosa-dosa daging Dorian Gray digambarkan sangat eksplisit. Buat penggemar Ben Barnes, red alert, film ini penuh adegan hot bersama seabrek wanita dan... meskipun tidak ditampilkan secara frontal, bersama Ben Chaplin. Dan banyak jalan cerita yang diubah, bahkan termasuk endingnya.
Tapi sama seperti halnya di film Easy Virtue, aku merasa Ben Barnes kembali kebanting dalam hal akting oleh supporting cast-nya, Colin Firth sebagai Lord Henry Wotton. Pendapat ini bukan hanya karena bias kok. Sungguh. Colin Firth bisa begitu meyakinkan sebagai sin whisperer, dan melancarkan dialog-dialog mematikan Lord Henry dengan begitu meyakinkan. Meskipun... Lord Henry ini ternyata cuma omong doang, sedangkan Dorian benar-benar terjun bebas ke jurang maksiat.
"You will always be fond of me. I represent to you all the sins you never had the courage to commit."
No comments:
Post a Comment