Collapse: Runtuhnya Peradaban-peradaban Dunia by Jared Diamond
My rating: 4 of 5 stars
Buku ini berat bahasannya. Dan bikin ngeri.
Seandainya peradaban-peradaban lama hancur dan ditinggalkan karena lingkungan sekitar tak lagi dapat menunjang kehidupan, apa yang akan terjadi bila bumi ini akhirnya collapse gara-gara mismanagement dari penghuninya yang saat ini "masih" berjumlah 6 miliar?
Mungkinkah bila saat itu tiba, manusia bumi telah menemukan planet lain yang bisa dihuni dan dieksploitasi lagi? Atau menciptakan spaceship yang bisa menunjang kehidupan selama puluhan atau ratusan tahun seperti di film Wall-E? Atau tak bisa kabur ke mana-mana, lantas punah diam-diam?
Dan apabila kondisi terakhir yang terjadi, mungkinkah kelak, di antara reruntuhan pencakar langit, para ilmuwan dan cendekiawan dari sedikit umat manusia yang tersisa di masa depan akan menelitinya, lalu mengambil kesimpulan yang sama dengan Jared Diamond di masa kini?
Bahwa peradaban hancur oleh perilaku merusak lingkungan para manusianya.
View all my reviews
Monday, March 31, 2014
Girl, Stolen
Girl, Stolen by April Henry
My rating: 3 of 5 stars
Pernah nonton film Excess Baggage? Untuk yang belum tahu, ceritanya tentang seorang gadis yang merancang penculikannya sendiri (diperankan Alicia Silverstone) demi menarik perhatian ayahnya yang pengusaha kaya, tapi tanpa sengaja jadi diculik beneran oleh pencuri mobil (diperankan oleh Benicio del Toro). Di sini, si gadis sengaja masuk ke bagasi mobilnya sendiri, memasang lakban di kaki dan mulutnya, serta memasang borgol di tangannya. Lah, si pencuri mobil mana tahu ada "gadis muda korban penculikan" di bagasi mobil yang dicurinya?
Nah, novel ini premisnya mirip, walaupun ceritanya tidak sama. Penulisnya juga bukan terinspirasi dari film remaja yang dirilis tahun 1997 itu. Konon ia terinspirasi kisah yang ditontonnya di berita TV lokal, tentang gadis buta yang pergi makan malam di luar dengan orang tuanya. Ia tetap tinggal di mobil saat orang tuanya berbelanja untuk kebutuhan Natal, dengan kunci mobil tetap ditinggalkan supaya pemanas tetap menyala. Lalu seseorang mencuri mobil tersebut. Dalam kisah itu, begitu mengetahui keberadaan si gadis buta, si pencuri mobil menurunkannya di tengah jalan.
Tapi, bagaimana kalau si pencuri mobil akhirnya benar-benar menculiknya?
April Henry mengembangkan cerita lebih jauh. Cheyenne Wilder, gadis buta yang juga sedang sakit, ditinggal di mobil dengan mesin menyala ketika ibu tirinya meninggalkannya untuk membeli obat resep di apotik. Belum lama waktu berlalu, tahu-tahu mobilnya berjalan lagi. Hanya saja, pengemudinya bukan ibu tirinya!
Griffin tidak bermaksud menculik Cheyenne, tapi karena takut Cheyenne menimbulkan keributan begitu dilepaskan, ia juga tidak mau membebaskannya. Karena tidak tahu harus berbuat apa dengan gadis itu, ia membawanya pulang ke rumah, dan membuat kesal ayahnya dan komplotan pencuri mobil mereka karena mendapat beban tambahan.
Celakanya, dari radio yang menyiarkan berita penculikan Cheyenne, diketahui bahwa gadis buta itu adalah adalah putri tunggal Nick Wilder, CEO Nike. Well, well, well, ternyata beban tambahan yang merepotkan itu adalah kunci gudang emas!
Tapi... apakah mereka akan melepaskan Cheyenne setelah mendapatkan uang tebusan? Atau membunuhnya karena meskipun buta, gadis itu sudah tahu terlalu banyak? Cheyenne harus memikirkan rencana untuk kabur. Kalau saja ia bisa menelepon. Kalau saja ia bisa mendapatkan cara untuk menghubungi pihak yang berwajib. Kalau saja ia bisa membujuk Griffin untuk menolongnya. Kalau saja ia bisa melarikan diri. Kalau saja...
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
Pernah nonton film Excess Baggage? Untuk yang belum tahu, ceritanya tentang seorang gadis yang merancang penculikannya sendiri (diperankan Alicia Silverstone) demi menarik perhatian ayahnya yang pengusaha kaya, tapi tanpa sengaja jadi diculik beneran oleh pencuri mobil (diperankan oleh Benicio del Toro). Di sini, si gadis sengaja masuk ke bagasi mobilnya sendiri, memasang lakban di kaki dan mulutnya, serta memasang borgol di tangannya. Lah, si pencuri mobil mana tahu ada "gadis muda korban penculikan" di bagasi mobil yang dicurinya?
Nah, novel ini premisnya mirip, walaupun ceritanya tidak sama. Penulisnya juga bukan terinspirasi dari film remaja yang dirilis tahun 1997 itu. Konon ia terinspirasi kisah yang ditontonnya di berita TV lokal, tentang gadis buta yang pergi makan malam di luar dengan orang tuanya. Ia tetap tinggal di mobil saat orang tuanya berbelanja untuk kebutuhan Natal, dengan kunci mobil tetap ditinggalkan supaya pemanas tetap menyala. Lalu seseorang mencuri mobil tersebut. Dalam kisah itu, begitu mengetahui keberadaan si gadis buta, si pencuri mobil menurunkannya di tengah jalan.
Tapi, bagaimana kalau si pencuri mobil akhirnya benar-benar menculiknya?
April Henry mengembangkan cerita lebih jauh. Cheyenne Wilder, gadis buta yang juga sedang sakit, ditinggal di mobil dengan mesin menyala ketika ibu tirinya meninggalkannya untuk membeli obat resep di apotik. Belum lama waktu berlalu, tahu-tahu mobilnya berjalan lagi. Hanya saja, pengemudinya bukan ibu tirinya!
Griffin tidak bermaksud menculik Cheyenne, tapi karena takut Cheyenne menimbulkan keributan begitu dilepaskan, ia juga tidak mau membebaskannya. Karena tidak tahu harus berbuat apa dengan gadis itu, ia membawanya pulang ke rumah, dan membuat kesal ayahnya dan komplotan pencuri mobil mereka karena mendapat beban tambahan.
Celakanya, dari radio yang menyiarkan berita penculikan Cheyenne, diketahui bahwa gadis buta itu adalah adalah putri tunggal Nick Wilder, CEO Nike. Well, well, well, ternyata beban tambahan yang merepotkan itu adalah kunci gudang emas!
Tapi... apakah mereka akan melepaskan Cheyenne setelah mendapatkan uang tebusan? Atau membunuhnya karena meskipun buta, gadis itu sudah tahu terlalu banyak? Cheyenne harus memikirkan rencana untuk kabur. Kalau saja ia bisa menelepon. Kalau saja ia bisa mendapatkan cara untuk menghubungi pihak yang berwajib. Kalau saja ia bisa membujuk Griffin untuk menolongnya. Kalau saja ia bisa melarikan diri. Kalau saja...
View all my reviews
The After-Dinner Mysteries
The After-Dinner Mysteries [Nazotoki Wa Dinā No Ato De] by Tokuya Higashigawa
My rating: 3 of 5 stars
Misteri setelah makan malam? Apakah ini buku bertema kuliner, dengan tebak-tebakan bahan makanan misterius apa saja yang disajikan?
Judulnya memang bisa membuat pikiran calon pembaca sok tahu (yang membeli buku ini tanpa tahu sinopsisnya lebih dulu) mengembara ke mana-mana. Yah, minimal meskipun aku membeli buku ini asal klik di toko buku online gara-gara gambarnya yang unyu, aku sudah tahu bahwa buku ini adalah buku cerita detektif. Dan tentu saja, karena Penerbit Haru telah menerbitkan novel detektif Jepang yang nama penulisnya saja belum pernah kudengar (maaf ya, Higashigawa-sensei, pengetahuanku tentang penulis Jepang memang sesempit itu), kuharap ke depannya Penerbit Haru atau penerbit lainnya di Indonesia mau menerjemahkan dan menerbitkan novel detektif dari serial Galileo atau Shinzanmono dari penulis Keigo Higashino.
Dari covernya yang tampak tidak serius, dapat disimpulkan bahwa cerita detektif dalam buku ini bukan cerita yang kelam dan berat. Dan memang begitulah kenyataannya.
Tokoh utamanya, Detektif Hosho Reiko, adalah putri tunggal pemilik Grup Hosho yang kaya-raya. Tapi, di kantornya ia berhasil menutupi identitasnya, bahkan pakaian kerja bermerek bernilai ratusan ribu yen yang dibelinya dari butik di Ginza pun diakuinya sebagai pakaian puluhan ribu yen yang dibeli di departemen store biasa (Eh, sebentar, terbalik ya dengan ibu-ibu sosialita [baca: sok elit] yang memakai barang KW tapi mengaku pakai barang asli?). Ia juga diantar-jemput dengan limusin sepanjang tujuh meter oleh pelayannya, Kageyama, namun demi menjaga identitas sebagai gadis biasa, lokasi antar-jemputnya sengaja ditetapkan cukup jauh dari kantor.
Kageyama, si pelayan berusia 30 tahunan, selalu mengenakan setelan jas hitam, dan kacamata berbingkai perak. Karena dia memang ganteng, maka penampilannya mirip bangsawan, atau host yang sedang mencari pelanggan :) Ia pernah mengaku bercita-cita menjadi pemain bisbol atau detektif profesional. Entah bagaimana ceritanya ia bisa terdampar menjadi pelayan keluarga Hosho, tidak pernah terungkap.
Karena belum lama jadi detektif dan mengalami kesulitan dalam memecahkan kasus yang dihadapinya, maka sepulang kerja Reiko pun curcol pada Kageyama. Tapi... yang paling bikin sang tuan putri spanneng-nya naik, sang pelayan sama sekali tidak bisa menjaga mulut. Bukan berarti Kageyama ember bocor bergosip ria tentang kasusnya dengan pelayan rumah sebelah, tapi berani mengejeknya! Coba, pelayan mana yang bisa-bisanya bilang pada majikannya dengan kalimat "Maaf, Tuan Putri... Kalau Anda tidak tahu kebenaran kasus sepele seperti ini, apakah Tuan Putri sebenarnya bego?" atau "Kalau Tuan Putri tidak tahu mengenai hal mudah seperti ini, apakah Anda bisa disebut detektif profesional? Terus terang, level Anda jauh lebih rendah dibanding amatir kelas teri."
Reaksi pertama Reiko begitu mendengar komentar Kageyama yang menyakitkan seperti itu, tentu saja "Kupecat kau! Harus dipecat! Pokoknya pecat! Pecat pecat pecat pecat pecat! Pecat pecat pecat pecat pecat!!!" XD
Belakangan, karena harus mengakui analisis dan deduksi Kageyama selalu benar, Reiko malah mengandalkan opini Kageyama untuk setiap kasus yang dihadapinya, meskipun dengan risiko harus bisa menebalkan telinga dan pura-pura tidak tersinggung dengan lidah Kageyama yang setajam setan.
Terdiri dari tujuh misteri yang harus dipecahkan Reiko, menurutku yang menarik dari novel ini bukankah misteri atau pemecahan trik yang disajikan, tapi gaya penuturan Higashigawa-sensei yang sepenuhnya dari sudut pandang Reiko, meskipun menggunakan POV orang ketiga. Jadi kita bisa mengetahui apa saja yang dipikirkan oleh Reiko, termasuk opininya terhadap kasus yang dihadapi, si pelayan kurang ajar, atau atasan yang bebal dan sok tahu. Dan jelas, daya tarik utama novel ini adalah interaksi antara Reiko dan Kageyama, yang hampir-hampir tidak mencerminkan interaksi selayaknya antara majikan dan pelayan :)
Tentu saja, bukan berarti tidak ada tokoh lain yang menarik di novel ini. Masih ada tokoh sampingan yang cukup menonjol, yaitu Komandan Kazamatsuri yang merupakan atasan Reiko. Sebagai anak Presiden Kazamatsuri Motors, perusahaan kelas menengah yang memproduksi mobil, alasannya kecemplung jadi polisi tidak bisa dijelaskan. Apalagi menurut Reiko, atasannya ini tidak bisa diandalkan. Belum lagi Kazamatsuri juga berusaha pedekate dengan sikapnya yang sok pintar, sok ganteng, dan sok kaya. Karena Reiko sendiri aslinya Tuan Putri Grup Hosho, kalau cuma pamer kekayaan, usahanya jelas tidak akan mempan. Kasihan juga sih sebenarnya :)
Anyway, terlepas dari cerita misterinya yang menurutku pribadi biasa saja, buku ini cocok untuk dibaca kalau sedang mencari bacaan yang ringan dan menghibur.
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
Misteri setelah makan malam? Apakah ini buku bertema kuliner, dengan tebak-tebakan bahan makanan misterius apa saja yang disajikan?
Judulnya memang bisa membuat pikiran calon pembaca sok tahu (yang membeli buku ini tanpa tahu sinopsisnya lebih dulu) mengembara ke mana-mana. Yah, minimal meskipun aku membeli buku ini asal klik di toko buku online gara-gara gambarnya yang unyu, aku sudah tahu bahwa buku ini adalah buku cerita detektif. Dan tentu saja, karena Penerbit Haru telah menerbitkan novel detektif Jepang yang nama penulisnya saja belum pernah kudengar (maaf ya, Higashigawa-sensei, pengetahuanku tentang penulis Jepang memang sesempit itu), kuharap ke depannya Penerbit Haru atau penerbit lainnya di Indonesia mau menerjemahkan dan menerbitkan novel detektif dari serial Galileo atau Shinzanmono dari penulis Keigo Higashino.
Dari covernya yang tampak tidak serius, dapat disimpulkan bahwa cerita detektif dalam buku ini bukan cerita yang kelam dan berat. Dan memang begitulah kenyataannya.
Tokoh utamanya, Detektif Hosho Reiko, adalah putri tunggal pemilik Grup Hosho yang kaya-raya. Tapi, di kantornya ia berhasil menutupi identitasnya, bahkan pakaian kerja bermerek bernilai ratusan ribu yen yang dibelinya dari butik di Ginza pun diakuinya sebagai pakaian puluhan ribu yen yang dibeli di departemen store biasa (Eh, sebentar, terbalik ya dengan ibu-ibu sosialita [baca: sok elit] yang memakai barang KW tapi mengaku pakai barang asli?). Ia juga diantar-jemput dengan limusin sepanjang tujuh meter oleh pelayannya, Kageyama, namun demi menjaga identitas sebagai gadis biasa, lokasi antar-jemputnya sengaja ditetapkan cukup jauh dari kantor.
Kageyama, si pelayan berusia 30 tahunan, selalu mengenakan setelan jas hitam, dan kacamata berbingkai perak. Karena dia memang ganteng, maka penampilannya mirip bangsawan, atau host yang sedang mencari pelanggan :) Ia pernah mengaku bercita-cita menjadi pemain bisbol atau detektif profesional. Entah bagaimana ceritanya ia bisa terdampar menjadi pelayan keluarga Hosho, tidak pernah terungkap.
Karena belum lama jadi detektif dan mengalami kesulitan dalam memecahkan kasus yang dihadapinya, maka sepulang kerja Reiko pun curcol pada Kageyama. Tapi... yang paling bikin sang tuan putri spanneng-nya naik, sang pelayan sama sekali tidak bisa menjaga mulut. Bukan berarti Kageyama ember bocor bergosip ria tentang kasusnya dengan pelayan rumah sebelah, tapi berani mengejeknya! Coba, pelayan mana yang bisa-bisanya bilang pada majikannya dengan kalimat "Maaf, Tuan Putri... Kalau Anda tidak tahu kebenaran kasus sepele seperti ini, apakah Tuan Putri sebenarnya bego?" atau "Kalau Tuan Putri tidak tahu mengenai hal mudah seperti ini, apakah Anda bisa disebut detektif profesional? Terus terang, level Anda jauh lebih rendah dibanding amatir kelas teri."
Reaksi pertama Reiko begitu mendengar komentar Kageyama yang menyakitkan seperti itu, tentu saja "Kupecat kau! Harus dipecat! Pokoknya pecat! Pecat pecat pecat pecat pecat! Pecat pecat pecat pecat pecat!!!" XD
Belakangan, karena harus mengakui analisis dan deduksi Kageyama selalu benar, Reiko malah mengandalkan opini Kageyama untuk setiap kasus yang dihadapinya, meskipun dengan risiko harus bisa menebalkan telinga dan pura-pura tidak tersinggung dengan lidah Kageyama yang setajam setan.
Terdiri dari tujuh misteri yang harus dipecahkan Reiko, menurutku yang menarik dari novel ini bukankah misteri atau pemecahan trik yang disajikan, tapi gaya penuturan Higashigawa-sensei yang sepenuhnya dari sudut pandang Reiko, meskipun menggunakan POV orang ketiga. Jadi kita bisa mengetahui apa saja yang dipikirkan oleh Reiko, termasuk opininya terhadap kasus yang dihadapi, si pelayan kurang ajar, atau atasan yang bebal dan sok tahu. Dan jelas, daya tarik utama novel ini adalah interaksi antara Reiko dan Kageyama, yang hampir-hampir tidak mencerminkan interaksi selayaknya antara majikan dan pelayan :)
Tentu saja, bukan berarti tidak ada tokoh lain yang menarik di novel ini. Masih ada tokoh sampingan yang cukup menonjol, yaitu Komandan Kazamatsuri yang merupakan atasan Reiko. Sebagai anak Presiden Kazamatsuri Motors, perusahaan kelas menengah yang memproduksi mobil, alasannya kecemplung jadi polisi tidak bisa dijelaskan. Apalagi menurut Reiko, atasannya ini tidak bisa diandalkan. Belum lagi Kazamatsuri juga berusaha pedekate dengan sikapnya yang sok pintar, sok ganteng, dan sok kaya. Karena Reiko sendiri aslinya Tuan Putri Grup Hosho, kalau cuma pamer kekayaan, usahanya jelas tidak akan mempan. Kasihan juga sih sebenarnya :)
Anyway, terlepas dari cerita misterinya yang menurutku pribadi biasa saja, buku ini cocok untuk dibaca kalau sedang mencari bacaan yang ringan dan menghibur.
View all my reviews
Saturday, March 29, 2014
An ABC for Grownups
Here is Seth Godin's tribute to Dr. Seuss:
And here I choose to share it with you, so... watch up!
Anxiety is experiencing failure in advance.
Birl that log.
Commitment is the only thing that gets you through the chasm.
Dance with fear.
Effort isn't the point, impact is.
Feedback is either a crutch or a weapon.
Gifts are the essence of art.
Heroes are people who take risks for the right reasons.
Initiative is the privilege of picking yourself.
Joy is different from pleasure or delight or fun.
Knife works best when it has an edge.
L is for LMNO, which used to be a single letter of the alphabet.
More is not the goal of the artist.
No feels safe, while yes is dangerous indeed.
One buttock playing is what Ben Zander would have you do.
Pain is the truth of art.
Quality, like feedback, is a trap.
Remix, reuse, respect, recycle, revisit, reclaim, revere, resorb.
Shame is the flip side of vulnerability.
Tether is the safety cable you refuse to use.
Umbrellas keep you from getting wet.
Vulnerable is the only way we can feel when we truly share the art we've made.
Warranty of merchantability is legal principle that guarantees that something you buy will do what the seller promises it will.
Xebec is a pirate ship.
Youth isn't a number, it's an attitude.
Zabaglione is a delightful Italian dessert consisting mostly of well-whipped foam.
Those are the first sentences of the ABC's. If you don't understand what Seth Godin's trying to tell, please read the book yourself :D
And here I choose to share it with you, so... watch up!
Anxiety is experiencing failure in advance.
Birl that log.
Commitment is the only thing that gets you through the chasm.
Dance with fear.
Effort isn't the point, impact is.
Feedback is either a crutch or a weapon.
Gifts are the essence of art.
Heroes are people who take risks for the right reasons.
Initiative is the privilege of picking yourself.
Joy is different from pleasure or delight or fun.
Knife works best when it has an edge.
L is for LMNO, which used to be a single letter of the alphabet.
More is not the goal of the artist.
No feels safe, while yes is dangerous indeed.
One buttock playing is what Ben Zander would have you do.
Pain is the truth of art.
Quality, like feedback, is a trap.
Remix, reuse, respect, recycle, revisit, reclaim, revere, resorb.
Shame is the flip side of vulnerability.
Tether is the safety cable you refuse to use.
Umbrellas keep you from getting wet.
Vulnerable is the only way we can feel when we truly share the art we've made.
Warranty of merchantability is legal principle that guarantees that something you buy will do what the seller promises it will.
Xebec is a pirate ship.
Youth isn't a number, it's an attitude.
Zabaglione is a delightful Italian dessert consisting mostly of well-whipped foam.
Those are the first sentences of the ABC's. If you don't understand what Seth Godin's trying to tell, please read the book yourself :D
Book of Souls
PERPUSTAKAAN:
Hanya segelintir yang tahu keberadaannya. Tempat ini menyimpan informasi paling mencengangkan.
Membaca judul buku ini (yang tumben tidak diterjemahkan sama sekali ke bahasa Indonesia, menjadi Buku Jiwa, misalnya), tanpa menengok sinopsis di cover belakang, bisa jadi calon pembaca menjadi salah sangka. Judulnya memang bisa menimbulkan persepsi kalau ini buku relijius atau buku motivasi seperti serial sup ayam. Oke, kubocorkan saja: buku yang dimaksud di sini adalah buku catatan tentang kelahiran manusia dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai pulau Rote... eh, maaf itu mah slogan perusahaan tempatku bekerja, maksudku manusia di seluruh permukaan bumi ini.
Bila pembaca buku hanya melihat catatan kelahiran dan kematian yang berlangsung di masa lalu, bisa jadi buku itu cuma dianggap buku catatan sipil. Tapi tidak, buku itu juga mencatat kelahiran dan kematian manusia di masa yang akan datang, yang menjadikan buku itu juga semacam buku ramalan, atau tepatnya Buku Takdir.
Dan apakah aku sudah mengatakan bahwa buku itu lebih dari satu? Bahkan ada ratusan ribu? Dan semuanya tersimpan dan terjaga ketat di Area 51 Nevada? Dan bahwa pemerintah Amerika menggunakan analisis dari ratusan ribu buku itu untuk mengambil keuntungan dari suratan takdir yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa?
Will Piper, mantan agen khusus FBI, pernah bersinggungan dengan "Perpustakaan" dalam penyelesaian kasus terakhirnya, malah gara-gara tahu rahasia super dahsyat pemerintah itu ia dipaksa pensiun dini. Tapi, di kala seseorang yang masa hidupnya tinggal sepuluh hari lagi meminta bantuannya untuk mendapatkan sebuah buku yang tercecer dari koleksi "Perpustakaan" dan menelusuri rahasia di balik buku itu... Will pun tertantang untuk melakukan penyelidikan lagi... hanya karena ia juga penasaran akan satu hal yang menjadi pertanyaan semua orang yang mengetahui rahasia "Perpustakaan", yaitu tanggal 9 Februari 2027, tanggal di mana tak ada catatan kematian lagi setelah tanggal tersebut...
Buku ini mengikuti petualangan Will Piper ke Inggris, menelusuri sejarah munculnya buku-buku jiwa ke dunia, yang entah bagaimana berkaitan dengan William Shakespeare, John Cauvin, bahkan Nostradamus! Oh, tentu saja sambil menjadi target pemerintah AS, karena kalau sampai Will membocorkan
Dan apakah aku sudah mengatakan bahwa buku itu lebih dari satu? Bahkan ada ratusan ribu? Dan semuanya tersimpan dan terjaga ketat di Area 51 Nevada? Dan bahwa pemerintah Amerika menggunakan analisis dari ratusan ribu buku itu untuk mengambil keuntungan dari suratan takdir yang telah digariskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa?
Will Piper, mantan agen khusus FBI, pernah bersinggungan dengan "Perpustakaan" dalam penyelesaian kasus terakhirnya, malah gara-gara tahu rahasia super dahsyat pemerintah itu ia dipaksa pensiun dini. Tapi, di kala seseorang yang masa hidupnya tinggal sepuluh hari lagi meminta bantuannya untuk mendapatkan sebuah buku yang tercecer dari koleksi "Perpustakaan" dan menelusuri rahasia di balik buku itu... Will pun tertantang untuk melakukan penyelidikan lagi... hanya karena ia juga penasaran akan satu hal yang menjadi pertanyaan semua orang yang mengetahui rahasia "Perpustakaan", yaitu tanggal 9 Februari 2027, tanggal di mana tak ada catatan kematian lagi setelah tanggal tersebut...
Buku ini mengikuti petualangan Will Piper ke Inggris, menelusuri sejarah munculnya buku-buku jiwa ke dunia, yang entah bagaimana berkaitan dengan William Shakespeare, John Cauvin, bahkan Nostradamus! Oh, tentu saja sambil menjadi target pemerintah AS, karena kalau sampai Will membocorkan
keberadaan buku-buku supersecret itu ke masyarakat, bisa-bisa mengganggu operasi rahasia AS yang mengandalkan ramalan kematian besar-besaran di negara Amerika Latin yang sedang mereka incar... Lalu, apakah Will Piper mengetahui arti dari tanggal 9 Februari 2027?
Personally, novel ini sedikit mengingatkanku pada Death Note. Tapi, berbeda dengan Death Note di mana kita bisa menentukan kematian seseorang dengan menuliskannya di dalam buku milik para malaikat kematian itu, Book of Souls lebih menegaskan bahwa takdir kematian ada di tangan Tuhan, apapun usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menghindarinya.
Apa yang akan kaulakukan bila mengetahui kapan tanggal kematianmu?
Personally, novel ini sedikit mengingatkanku pada Death Note. Tapi, berbeda dengan Death Note di mana kita bisa menentukan kematian seseorang dengan menuliskannya di dalam buku milik para malaikat kematian itu, Book of Souls lebih menegaskan bahwa takdir kematian ada di tangan Tuhan, apapun usaha yang dilakukan oleh manusia untuk menghindarinya.
Apa yang akan kaulakukan bila mengetahui kapan tanggal kematianmu?
Friday, March 28, 2014
Danau Angsa
Nope. Tidak ada hubungannya sama sekali.
Sehubungan buku yang kubahas kali ini merupakan antologi haiku, Danau Angsa yang dimaksud pada judul buku ini diambil dari nama komunitas para penulisnya, Komunitas Danau Angsa, yang bergiat dalam penulisan haiku di Indonesia.
Mengapa aku memilih buku kumpulan haiku untuk review Posbar BBI Tema Puisi? Tidak ada alasan istimewa sih. Selain haiku memang termasuk puisi, dalam hal ini sajak pendek yang lahir dari tradisi perpuisian Jepang klasik, belum lama ini aku kebetulan menemukan buku ini di acara shocking sale sebuah toko buku besar di Matraman.
Alasan lainnya karena bentuk puisi haiku yang unik, singkat, padat, jelas. Berdasarkan tradisi klasik, haiku terdiri dari 17 suku kata, 3 baris, dengan pola 5-7-5. Hm, polanya kok mirip 3 nomor terdepan telepon kantorku ya *tibatibaOOT*. Tapi, untuk haiku modern dan ngepop yang dipopulerkan di Indonesia, pola tradisional itu seringkali "dilanggar" menjadi 5-5-7 atau 7-5-5, atau malah nggak pakai pakem 17 suku kata lagi, yang penting pendek dan terdiri dari tiga baris. Maksa amat ya ^.^;
Tema haiku di buku ini benar-benar bebas merdeka. Ada yang fokus pada keindahan alam, ada yang membahas perasaan, bahkan ada juga seperti penulis Arief Joko Wicaksono, yang haiku-nya politik banget. Misalnya:
Darah Kotor
Dokter tak tahu
darah kotor koruptor
bisakah di donor?
Perkawinan Politik
janji yang palsu
membuat bulan madu
jadi kelabu
Atau tentang perbandingan pecandu di Indonesia:
Statistik
Oho, negeriku
pecandu buku hanya satu
narkoba beribu-
Beberapa haiku karya Dewi Hani malah diberi judul alat-alat dapur, seperti cobek, parut, wajan, dandang, pisau dan panci. Isinya juga dibuat nyambung dengan bahan makanan yang diracik ;)
Tema lain yang hadir di kumpulan haiku ini juga mencakup cinta (sudah pasti lah), curcol, potret sosial, dan religi.
Dan bahasa yang digunakan di sini juga bukan cuma bahasa Indonesia, ada yang menggunakan bahasa Inggris seperti Nugroho Suksmanto, bahkan ada yang menggunakan bahasa Jawa seperti Amie Williams!
Mencontek ungkapan Arswendo Atmowiloto bahwa "Menulis Itu Gampang", sebenarnya menulis haiku itu juga gampang (terlepas dari bagus tidaknya, sih :p). Maka, review singkatku untuk buku berisi sajak-sajak singkat ini, biarlah kututup dengan dua haiku yang mendadak kubikin di kantor ini:
Thursday, March 27, 2014
The Measure of a Man
The Measure of a Man: A Spiritual Autobiography by Sidney Poitier
My rating: 3 of 5 stars
Aku memperoleh buku ini secara tidak sengaja pada hari pertama event Festival Pembaca Indonesia 2013. Kebetulan, di lokasi yang akan digunakan "Cakrawala Gelinjang" alias Spank Club pada hari kedua, ada yang menjual buku impor bekas untuk sumbangan. Namanya juga asal nemu, buku ini termasuk yang kubeli dengan alasan yang biasa kupakai kalau belanja buku tanpa rencana: "sepertinya menarik". Sama sekali bukan karena ada stiker "Oprah's Book Club" di covernya, bukan pula gara-gara ingat daftar posting bareng BBI tahun 2014.
Lantas, apa yang menarik dari seorang Sidney Poitier?
Sidney Poitier adalah aktor kulit hitam pertama yang sukses memenangkan Piala Oscar untuk kategori Aktor Terbaik pada tahun 1963, atas perannya dalam film Lilies of the Field. Padahal waktu itu rasisme masih mengakar kuat di Amerika.
Menyusul film Oscarnya itu, di tahun 1968 yang penuh konflik dan gejolak (Martin Luther King dan Robert F. Kennedy tewas terbunuh), Sidney Poitier malah mencapai puncak karena tiga filmnya sekaligus bertengger di puncak box office (padahal isu ras dalam film-film itu kental, lho!) :
Mengenai status kebintangan Sidney Poitier di masa itu, di mana ia juga disukai masyarakat kulit putih, terdapat pro kontra tersendiri di kalangan masyarakat kulit hitam. Yang pernah menonton film The Butler (2013) mungkin teringat adegan di mana sang butler dan istrinya digambarkan sangat memuja Sidney Poitier, sementara putra mereka yang tengah memperjuangkan persamaan hak malah bersikap sebaliknya. Hal ini dibahas khusus dalam Bab 6 buku ini, yang berjudul Why Do White Folks Love Sidney Poitier So?
Bagi sebagian kalangan garis keras (seperti Black Panther), Sidney Poitier dianggap seperti "Uncle Tom" atau "house negro", karena memainkan peran yang tidak mengancam bagi penonton kulit putih, karena memainkan "noble negro" yang memenuhi fantasi liberal kaum kulit putih. Sidney Poitier memerankan tokoh teladan, seperti insinyur muda yang menjadi guru sekolah di To Sir, With Love; atau detektif pembunuhan Philadelphia di In The Heat of The Night; atau dokter muda yang berpacaran dengan putri Spencer Tracy dan Katherine Hepburn di Guess Who's Coming to Dinner?. Semua perannya memang menampilkan pria cerdas, berpendidikan tinggi, dan gentleman sejati.
Pertanyaan yang timbul adalah, apa pesan yang ingin disampaikan film-film itu? Bahwa orang kulit hitam akan diterima oleh masyarakat kulit putih hanya jika mereka berprestasi tinggi? Bahwa orang kulit hitam harus berpura-pura menjadi orang lain? Atau bahwa masyarakat kulit hitam memang memiliki orang-orang cerdas, berpendidikan, dan berprestasi, sehingga masyarakat kulit putih harus mengakui kenyataan itu?
Buku ini diawali dengan kisah Sidney Poitier tentang masa kecilnya di Cat Island, sebuah pulau kecil di Kepulauan Bahama, sebelum keluarganya pindah ke Nassau. Di ibukota itulah ia pertama kali merasakan adanya perbedaan ras, dan adanya perbedaan kelas untuk masing-masing ras itu sendiri. Dan perbedaan itu makin terasa ketika ia merantau ke Miami. Namun diskriminasi yang dialaminya membuatnya terdorong untuk menjadi lebih baik dari orang lain, terlepas dari masalah warna kulit dan ras.
Dari Miami, Sidney pindah ke New York. Tapi butuh dua tahun sebelum ia tidak sengaja berkenalan dengan American Negro Theatre. Dan di audisi pertamanya, ia gagal total, gara-gara hampir tidak bisa membaca dan aksen Bahamanya yang kental. Kegagalannya membuat ia berusaha keras untuk belajar membaca dan melatih aksennya, sehingga akhirnya ia bisa bergabung dengan teater, meskipun awalnya sebagai tukang bersih-bersih. Berkat beberapa kebetulan (menggantikan pemeran utama yang tak bisa datang, akting buruk yang dipuji karena dianggap komedi segar, dll), Sidney terlibat panggung teater di dan di luar Broadway, sebelum akhirnya mendapat peran untuk film pertamanya, No Way Out (1950).
Karena aktor bukan pekerjaan mapan, Sidney bermain teater sambil tetap kerja serabutan, namun ia mulai mendapatkan beberapa peran yang bagus, bahkan pada tahun 1958 ia mulai mendapatkan nominasi aktor terbaik dari Golden Globe dan Academy Award untuk perannya sebagai Noah Cullen (yang pasti bukan sebagai vampir) di film Defiant Ones. Karirnya terus menanjak sampai masa keemasannya di tahun 60-an.
Buku ini tidak hanya berkisah tentang perjalanan karir Sidney Poitier sebagai aktor, namun kehidupannya secara keseluruhan. Dari masa kecil yang sederhana di pulau terpencil, kegagalannya bersekolah, kegagalannya sebagai tentara (mungkin karena niatnya cuma supaya dapat tempat tidur dan makanan secara teratur?), kegagalannya sebagai aktor, kegagalannya sebagai... Ya, buku ini bercerita tentang banyak kegagalan. Tapi dengan adanya bermacam kegagalan itu, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik, dan usaha yang dikerahkan untuk memperbaiki diri. Bahkan di saat sukses pun, Sidney tetap berusaha memperbaiki diri.
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
Aku memperoleh buku ini secara tidak sengaja pada hari pertama event Festival Pembaca Indonesia 2013. Kebetulan, di lokasi yang akan digunakan "Cakrawala Gelinjang" alias Spank Club pada hari kedua, ada yang menjual buku impor bekas untuk sumbangan. Namanya juga asal nemu, buku ini termasuk yang kubeli dengan alasan yang biasa kupakai kalau belanja buku tanpa rencana: "sepertinya menarik". Sama sekali bukan karena ada stiker "Oprah's Book Club" di covernya, bukan pula gara-gara ingat daftar posting bareng BBI tahun 2014.
Lantas, apa yang menarik dari seorang Sidney Poitier?
Sidney Poitier adalah aktor kulit hitam pertama yang sukses memenangkan Piala Oscar untuk kategori Aktor Terbaik pada tahun 1963, atas perannya dalam film Lilies of the Field. Padahal waktu itu rasisme masih mengakar kuat di Amerika.
Great Teacher |
Kamu polisi? Yang beneeer? Penjahat, kali? |
Apa? Calon menantuku ternyata...? |
Mengenai status kebintangan Sidney Poitier di masa itu, di mana ia juga disukai masyarakat kulit putih, terdapat pro kontra tersendiri di kalangan masyarakat kulit hitam. Yang pernah menonton film The Butler (2013) mungkin teringat adegan di mana sang butler dan istrinya digambarkan sangat memuja Sidney Poitier, sementara putra mereka yang tengah memperjuangkan persamaan hak malah bersikap sebaliknya. Hal ini dibahas khusus dalam Bab 6 buku ini, yang berjudul Why Do White Folks Love Sidney Poitier So?
Bagi sebagian kalangan garis keras (seperti Black Panther), Sidney Poitier dianggap seperti "Uncle Tom" atau "house negro", karena memainkan peran yang tidak mengancam bagi penonton kulit putih, karena memainkan "noble negro" yang memenuhi fantasi liberal kaum kulit putih. Sidney Poitier memerankan tokoh teladan, seperti insinyur muda yang menjadi guru sekolah di To Sir, With Love; atau detektif pembunuhan Philadelphia di In The Heat of The Night; atau dokter muda yang berpacaran dengan putri Spencer Tracy dan Katherine Hepburn di Guess Who's Coming to Dinner?. Semua perannya memang menampilkan pria cerdas, berpendidikan tinggi, dan gentleman sejati.
Pertanyaan yang timbul adalah, apa pesan yang ingin disampaikan film-film itu? Bahwa orang kulit hitam akan diterima oleh masyarakat kulit putih hanya jika mereka berprestasi tinggi? Bahwa orang kulit hitam harus berpura-pura menjadi orang lain? Atau bahwa masyarakat kulit hitam memang memiliki orang-orang cerdas, berpendidikan, dan berprestasi, sehingga masyarakat kulit putih harus mengakui kenyataan itu?
Buku ini diawali dengan kisah Sidney Poitier tentang masa kecilnya di Cat Island, sebuah pulau kecil di Kepulauan Bahama, sebelum keluarganya pindah ke Nassau. Di ibukota itulah ia pertama kali merasakan adanya perbedaan ras, dan adanya perbedaan kelas untuk masing-masing ras itu sendiri. Dan perbedaan itu makin terasa ketika ia merantau ke Miami. Namun diskriminasi yang dialaminya membuatnya terdorong untuk menjadi lebih baik dari orang lain, terlepas dari masalah warna kulit dan ras.
Dari Miami, Sidney pindah ke New York. Tapi butuh dua tahun sebelum ia tidak sengaja berkenalan dengan American Negro Theatre. Dan di audisi pertamanya, ia gagal total, gara-gara hampir tidak bisa membaca dan aksen Bahamanya yang kental. Kegagalannya membuat ia berusaha keras untuk belajar membaca dan melatih aksennya, sehingga akhirnya ia bisa bergabung dengan teater, meskipun awalnya sebagai tukang bersih-bersih. Berkat beberapa kebetulan (menggantikan pemeran utama yang tak bisa datang, akting buruk yang dipuji karena dianggap komedi segar, dll), Sidney terlibat panggung teater di dan di luar Broadway, sebelum akhirnya mendapat peran untuk film pertamanya, No Way Out (1950).
Karena aktor bukan pekerjaan mapan, Sidney bermain teater sambil tetap kerja serabutan, namun ia mulai mendapatkan beberapa peran yang bagus, bahkan pada tahun 1958 ia mulai mendapatkan nominasi aktor terbaik dari Golden Globe dan Academy Award untuk perannya sebagai Noah Cullen (yang pasti bukan sebagai vampir) di film Defiant Ones. Karirnya terus menanjak sampai masa keemasannya di tahun 60-an.
Buku ini tidak hanya berkisah tentang perjalanan karir Sidney Poitier sebagai aktor, namun kehidupannya secara keseluruhan. Dari masa kecil yang sederhana di pulau terpencil, kegagalannya bersekolah, kegagalannya sebagai tentara (mungkin karena niatnya cuma supaya dapat tempat tidur dan makanan secara teratur?), kegagalannya sebagai aktor, kegagalannya sebagai... Ya, buku ini bercerita tentang banyak kegagalan. Tapi dengan adanya bermacam kegagalan itu, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik, dan usaha yang dikerahkan untuk memperbaiki diri. Bahkan di saat sukses pun, Sidney tetap berusaha memperbaiki diri.
Now that I'm older, with fewer axes to grind, I suspect that certain roadways that seemed to lead nowhere weren’t the dead-ends I saw, but simply roads marked with warning flares saying that some personal failure was destined to occur. On the other hand, I can’t help wondering whether, had I persevered, some of those roadways might have been the very paths I should have traveled most. Maybe along those untraveled pathways I would have found important lessons waiting to be learned.
View all my reviews
Labels:
biografi,
PosBarBBI,
Review 2014
Location:
Jakarta, Indonesia
Thursday, March 20, 2014
It's Not Just Dinner, It's An Adventure
Strange Foods: Bush Meat, Bats, and Butterflies; An Epicurean Adventure Around the World by Jerry Hopkins
My rating: 5 of 5 stars
Pernah mencoba menyantap makanan yang tidak biasa dimakan?
Sejauh ini, makanan yang tidak biasa yang pernah kucicipi cuma sedikit variasinya, di antaranya telur penyu, ubur-ubur, dan belalang goreng. Sementara itu, banyak makanan yang sudah dianggap biasa di Indonesia, barangkali malah termasuk makanan aneh bagi warga negara asing, misalnya buah durian yang aromanya begitu luar biasa (dan aku termasuk yang tidak begitu suka rajanya buah ini gara-gara aromanya).
Jerry Hopkins, penulis buku ini, adalah koresponden dan editor majalah Rolling Stone selama hampir dua puluh tahun. Ia juga telah menulis puluhan buku, termasuk biografi Jim Morrison dan Elvis Presley. Buku-bukunya mengulas beragam hal, dari sejarah, humor, jurnalisme, makanan, lingkungan, kebudayaan, dan tentu saja biografi. Ia juga bekerja sebagai penulis feature, reporter, dan kritikus musik. Tapi di atas segalanya, ia seorang petualang, bukan hanya sebagai traveler, tapi juga petualang makanan. Prinsipnya: "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung", dan makanan bukan perkecualian.
Buku ini dibagi dalam enam segmen, yaitu enam jenis bahan makanan, yang terdiri dari:
- mamalia
- reptil dan makhluk air;
- serangga, laba-laba dan kalajengking;
- burung;
- tumbuhan;
- leftover
Mamalia
Sebagai bahan makanan, mamalia bukan hal yang aneh. Toh kita biasa makan daging sapi dan kambing, atau daging babi buat yang nonmuslim dan nonyahudi. Mamalia yang dibahas Hopkins di sini mencakup yang berukuran kecil macam tikus dan kelelawar, sampai yang berukuran raksasa seperti gajah dan ikan paus. Oh tentu saja, anjing juga umum sebagai bahan makanan di Asia (termasuk di beberapa daerah Indonesia). Para aktivis animal rights di Eropa dan Amerika sudah pasti mencak-mencak, karena anjing dan kucing di sana adalah binatang peliharaan di Eropa, dan tidak diternakkan untuk bahan makanan. Dan bahan makanan yang juga memancing protes dan bisa menimbulkan ketegangan antara negara yang berbeda budaya kuliner termasuk primata dan ikan paus.
Omong-omong tentang primata, Hopkins juga membahas bahan makanan dari mamalia yang paling akrab dengan kita: manusia. Bukan berarti Hopkins sudah menyantap daging manusia sih (meskipun dia membuat dan memakan hidangan yang berbahan dasar plasenta), tapi sejarah kanibalisme dari zaman prasejarah sampai zaman modern dibahas total di sini.
Reptil & Makhluk Air
Takut dimakan ular, buaya dan ikan hiu? Tenang, statistik membuktikan jauuuuuh lebih banyak ular, buaya dan ikan hiu yang dimakan manusia. Sebagai omnivora yang bisa makan apa saja, manusia juga tidak sungkan-sungkan menyantap kadal (termasuk iguana dan komodo!), katak dan kodok, ikan fugu, ubur-ubur, siput, ulat, dan telur ikan.
Burung
Saat ini, burung paling populer sebagai bahan makanan di dunia adalah ayam. Berikutnya, kalkun, bebek, angsa, dan itik. Saat ini, burung unta dan kasuari juga sudah mulai masuk katalog bahan makanan. Dan meskipun kecil, burung-burung seperti merpati, gagak, dan walet juga biasa dimakan di banyak tempat. Dan bukan hanya telurnya yang juga disantap, tapi sarangnya juga. Buatku tidak ada yang aneh, sampai ketemu balut: telur bebek rebus berisi embrio berusia enam belas sampai delapan belas hari. Sudah hampir jadi anak bebek!
Serangga, Laba-laba, dan Kalajengking
Kalau bahan makanan yang ini, baru deh kuanggap aneh (meskipun aku pernah makan belalang goreng, yang rasanya memang enak, renyah kriuk-kriuk, asal tidak memperhatikan kepala, kaki dan sayapnya :P). Katanya sih kandungan protein dan nutrisinya luar biasa, tapi... makan capung, semut (ini juga pernah, tapi nggak sengaja biasanya), rayap, laba-laba, kalajengking, kumbang, jangkrik, tonggeret, kupu-kupu...
Tumbuhan
Bahan makanan yang dianggap aneh di sini adalah jamur beracun, buah keluak, kelopak bunga, kaktus, dan iya... buah durian.
Leftover
Yang dimaksud di sini memang makanan sisa, atau bahan yang umumnya tidak dipakai bahan makanan, seperti darah misalnya. Tapi selain itu dibahas juga bahan makanan yang disantap hidup-hidup macam ikan, udang, gurita, belut, atau lobster... di mana makanannya masih bergerak-gerak, setengah hidup, malah bisa kabur sekalian.
Jangankan sampai mencicipi makanan yang aneh-aneh, membaca buku meja kopi (apa sih terjemahan yang benar dari coffee table book?) yang tebal dan bersampul keras ini sudah merupakan petualangan tersendiri. Foto-foto makanannya asyik-asyik dan kelihatan lezat pula, meskipun mungkin aku tidak seberani itu untuk menyantap sebagian besar di antaranya.
Berani mencoba tantangan ini?
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
Pernah mencoba menyantap makanan yang tidak biasa dimakan?
Sejauh ini, makanan yang tidak biasa yang pernah kucicipi cuma sedikit variasinya, di antaranya telur penyu, ubur-ubur, dan belalang goreng. Sementara itu, banyak makanan yang sudah dianggap biasa di Indonesia, barangkali malah termasuk makanan aneh bagi warga negara asing, misalnya buah durian yang aromanya begitu luar biasa (dan aku termasuk yang tidak begitu suka rajanya buah ini gara-gara aromanya).
Jerry Hopkins, penulis buku ini, adalah koresponden dan editor majalah Rolling Stone selama hampir dua puluh tahun. Ia juga telah menulis puluhan buku, termasuk biografi Jim Morrison dan Elvis Presley. Buku-bukunya mengulas beragam hal, dari sejarah, humor, jurnalisme, makanan, lingkungan, kebudayaan, dan tentu saja biografi. Ia juga bekerja sebagai penulis feature, reporter, dan kritikus musik. Tapi di atas segalanya, ia seorang petualang, bukan hanya sebagai traveler, tapi juga petualang makanan. Prinsipnya: "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung", dan makanan bukan perkecualian.
When in Rome, do as the Romans do |
Buku ini dibagi dalam enam segmen, yaitu enam jenis bahan makanan, yang terdiri dari:
- mamalia
- reptil dan makhluk air;
- serangga, laba-laba dan kalajengking;
- burung;
- tumbuhan;
- leftover
Mamalia
Sebagai bahan makanan, mamalia bukan hal yang aneh. Toh kita biasa makan daging sapi dan kambing, atau daging babi buat yang nonmuslim dan nonyahudi. Mamalia yang dibahas Hopkins di sini mencakup yang berukuran kecil macam tikus dan kelelawar, sampai yang berukuran raksasa seperti gajah dan ikan paus. Oh tentu saja, anjing juga umum sebagai bahan makanan di Asia (termasuk di beberapa daerah Indonesia). Para aktivis animal rights di Eropa dan Amerika sudah pasti mencak-mencak, karena anjing dan kucing di sana adalah binatang peliharaan di Eropa, dan tidak diternakkan untuk bahan makanan. Dan bahan makanan yang juga memancing protes dan bisa menimbulkan ketegangan antara negara yang berbeda budaya kuliner termasuk primata dan ikan paus.
Kepala gorila, anyone? |
Omong-omong tentang primata, Hopkins juga membahas bahan makanan dari mamalia yang paling akrab dengan kita: manusia. Bukan berarti Hopkins sudah menyantap daging manusia sih (meskipun dia membuat dan memakan hidangan yang berbahan dasar plasenta), tapi sejarah kanibalisme dari zaman prasejarah sampai zaman modern dibahas total di sini.
Reptil & Makhluk Air
Takut dimakan ular, buaya dan ikan hiu? Tenang, statistik membuktikan jauuuuuh lebih banyak ular, buaya dan ikan hiu yang dimakan manusia. Sebagai omnivora yang bisa makan apa saja, manusia juga tidak sungkan-sungkan menyantap kadal (termasuk iguana dan komodo!), katak dan kodok, ikan fugu, ubur-ubur, siput, ulat, dan telur ikan.
Ih, seladanya layu! #salahfokus |
Burung
Saat ini, burung paling populer sebagai bahan makanan di dunia adalah ayam. Berikutnya, kalkun, bebek, angsa, dan itik. Saat ini, burung unta dan kasuari juga sudah mulai masuk katalog bahan makanan. Dan meskipun kecil, burung-burung seperti merpati, gagak, dan walet juga biasa dimakan di banyak tempat. Dan bukan hanya telurnya yang juga disantap, tapi sarangnya juga. Buatku tidak ada yang aneh, sampai ketemu balut: telur bebek rebus berisi embrio berusia enam belas sampai delapan belas hari. Sudah hampir jadi anak bebek!
Serangga, Laba-laba, dan Kalajengking
Kalau bahan makanan yang ini, baru deh kuanggap aneh (meskipun aku pernah makan belalang goreng, yang rasanya memang enak, renyah kriuk-kriuk, asal tidak memperhatikan kepala, kaki dan sayapnya :P). Katanya sih kandungan protein dan nutrisinya luar biasa, tapi... makan capung, semut (ini juga pernah, tapi nggak sengaja biasanya), rayap, laba-laba, kalajengking, kumbang, jangkrik, tonggeret, kupu-kupu...
Asparagus-nya kelihatan enak, ya? |
Tumbuhan
Bahan makanan yang dianggap aneh di sini adalah jamur beracun, buah keluak, kelopak bunga, kaktus, dan iya... buah durian.
Leftover
Yang dimaksud di sini memang makanan sisa, atau bahan yang umumnya tidak dipakai bahan makanan, seperti darah misalnya. Tapi selain itu dibahas juga bahan makanan yang disantap hidup-hidup macam ikan, udang, gurita, belut, atau lobster... di mana makanannya masih bergerak-gerak, setengah hidup, malah bisa kabur sekalian.
Jangankan sampai mencicipi makanan yang aneh-aneh, membaca buku meja kopi (apa sih terjemahan yang benar dari coffee table book?) yang tebal dan bersampul keras ini sudah merupakan petualangan tersendiri. Foto-foto makanannya asyik-asyik dan kelihatan lezat pula, meskipun mungkin aku tidak seberani itu untuk menyantap sebagian besar di antaranya.
Berani mencoba tantangan ini?
View all my reviews
Thursday, March 13, 2014
How to Build an Imaginary World a la Westerfeld
The Manual of Aeronautics: An Illustrated Guide to the Leviathan Series by Scott Westerfeld
My rating: 4 of 5 stars
Pernah membaca serial Leviathan-nya Scott Westerfeld? Selain dari ilustrasi sketsa hitam putih yang menghiasi lembaran bukunya, terbayang tidak sih bagaimana wujud para makhluk dan mesin fantastis yang menjadi andalan kubu Darwinist maupun Clanker?
Scott Westerfeld sangat detail ketika berusaha membangun dunia Leviathan. Bekerja sama dengan ilustrator Keith Thompson, ia merancang secara presisi apa saja yang ada dalam imajinasinya. Seperti apa dimensi mesin fantastisnya? Bagaimana seragam dan senjata pasukan tentara Inggris, Jerman, Turki, Rusia, dan Austro-Hungaria? Ribuan detail yang mungkin terlewatkan dalam adegan tertulis harus ditetapkan. Dan semua hal penting itu akhirnya menjadi buku tersendiri.
Buku ini kuperoleh waktu iseng berselancar di bagian bargain books salah satu toko buku impor online. Buku hardcover dengan harga cuma 30k, illustrated guide-nya serial Leviathan pula? Dan waktu mengecek harga aslinya di toko buku impor online yang lain, harga aslinya ternyata mencapai 236k? KLIK! Meskipun ternyata buku hardcover ini hanya terdiri dari 54 halaman yang habis dibaca kurang dari setengah jam, semua ilustrasinya menjadi pengimbang yang tiada tara :)
Baiklah, kuberi beberapa teaser yang asyik:
Ilustrasinya kereeen! Rasanya nggak rugi beli buku ini dengan harga banting (ya iyalah...).
WARNING: Buku ini memiliki efek samping yang berbahaya buat kesehatan dompet Anda.
Aku jadi ngiler kepingin membeli boxset serialnya! Duh!
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
Pernah membaca serial Leviathan-nya Scott Westerfeld? Selain dari ilustrasi sketsa hitam putih yang menghiasi lembaran bukunya, terbayang tidak sih bagaimana wujud para makhluk dan mesin fantastis yang menjadi andalan kubu Darwinist maupun Clanker?
Scott Westerfeld sangat detail ketika berusaha membangun dunia Leviathan. Bekerja sama dengan ilustrator Keith Thompson, ia merancang secara presisi apa saja yang ada dalam imajinasinya. Seperti apa dimensi mesin fantastisnya? Bagaimana seragam dan senjata pasukan tentara Inggris, Jerman, Turki, Rusia, dan Austro-Hungaria? Ribuan detail yang mungkin terlewatkan dalam adegan tertulis harus ditetapkan. Dan semua hal penting itu akhirnya menjadi buku tersendiri.
Buku ini kuperoleh waktu iseng berselancar di bagian bargain books salah satu toko buku impor online. Buku hardcover dengan harga cuma 30k, illustrated guide-nya serial Leviathan pula? Dan waktu mengecek harga aslinya di toko buku impor online yang lain, harga aslinya ternyata mencapai 236k? KLIK! Meskipun ternyata buku hardcover ini hanya terdiri dari 54 halaman yang habis dibaca kurang dari setengah jam, semua ilustrasinya menjadi pengimbang yang tiada tara :)
Baiklah, kuberi beberapa teaser yang asyik:
The characters |
The Leviathan, dari luar dan dalam |
Gondola. Perhatikan detail dapur, kabin kapten, mess perwira, sampai kamar mandi |
Anjungan Leviathan |
Seragam di Leviathan |
Stormwalker |
WARNING: Buku ini memiliki efek samping yang berbahaya buat kesehatan dompet Anda.
Aku jadi ngiler kepingin membeli boxset serialnya! Duh!
View all my reviews
Sunday, March 2, 2014
The Battles of Balkan and Anatolia
The Chronicles of Ghazi, Seri #1 by Felix Y. Siauw
My rating: 3 of 5 stars
Waktu menengok stand utama Mizan di Istora hari Sabtu kemarin, aku tertarik membeli novel ini murni awalnya karena covernya yang memiliki dua warna favoritku, hitam dan merah. Sama sekali bukan karena penulisnya sedang tampil di panggung utama Islamic Book Fair 2014, bercerita panjang lebar tentang latar belakang dan garis besar novel ini. Aku hanya mendengar selintasan karena sibuk berburu novel terbitan grup Mizan lain yang ingin kubawa pulang. Toh cerita Perang Salib Balkan dan Anatolia bukan hal yang baru bagiku.
Tapi... ada tapinya nih, cover buku ini (dan promosi pak ustadz di istora) benar-benar MISLEADING!!!.
Kalau dibaca cover depannya, tertulis Perseteruan Hidup-Mati Dracula & Muhammad Al-Fatih, lalu di cover belakangnya tertulis sinopsis singkat tentang Al-Fatih dan Dracula yang menjadi wakil dari pertarungan haq dan bathil antara Kesultanan Usmani dan Kerajaan Eropa. Mau tak mau, calon pembaca akan mengira bahwa novel ini akan berfokus pada pertempuran akbar antara tokoh Sultan Mehmed II (Al Fatih) dengan tokoh terkenal ini:
Eh, sori, salah pasang, itu mah plesetannya. Maksudnya tokoh yang ini:
Buat yang belum tahu kenapa tokoh Wallachia ini dijuluki The Impaler, itu karena ia hobi menyula musuh-musuhnya, seperti ini:
Begitu kubaca, okelah... di halaman 24 muncul Vlad III muda (yang ilustrasinya entah kenap mirip Loki di film Thor dan Avengers) yang ternyata sudah kelihatan bakat psikopatnya karena sudah coba-coba main sula-sulaan dengan korban awal kucing adiknya, Radu. Ia dan adiknya merupakan tawanan Kerajaan Usmani, namun diperlakukan dengan baik dan dididik bersama-sama para pangeran Usmani, termasuk Mehmed II. Waktu dicereweti Mehmed karena kesadisannya, Vlad balik menantang sambil menghunus pedang. Lalu... bagaikan adegan trailer untuk film yang akan datang, selesailah sudah adegan itu pada halaman 28. Dan cerita langsung mundur ke masa lalu... ke masa kampanye kakek buyut Mehmed II, Sultan Bayazid I menaklukkan Balkan dan Anatolia.... sampai akhir novel.
Iya sih, novel ini dibilang Seri #1 dari The Chronicles of Ghazi (sebenarnya menurut pendapatku harusnya ditulis Buku 1, bukannya Seri 1), yang mengisyaratkan bahwa bakal ada buku lanjutannya, dan pertempuran Al-Fatih dan Vlad III itu entah ada di buku berapa. Tapi seharusnya cover tidak bikin salah paham begini, dong. Minimal ada tambahan keterangan bahwa novel pertama ini bercerita tentang pertempuran antara kakek dan ayah Vlad III dengan Sultan Bayazid I, yang memang memberikan latar belakang perseteruan lanjutan di antara keturunan mereka. Memangnya ada apa dengan Sultan Bayazid I? Takut pembaca malas karena buku satu ternyata masih berupa prolog kepanjangan dan belum masuk menu utama?
Padahal meskipun si Dracula tidak diceritakan pun, bukan berarti novel pertama ini tidak menarik kok. Buat yang suka novel bertema perang, novel yang blas isinya perang melulu dari awal sampai akhir antara pasukan Kesultanan Usmani dengan pasukan koalisi Salib Balkan ini lumayan menarik untuk dibaca, karena mengambil sudut pandang dari kedua kubu. Tokoh yang disorot juga cukup banyak, sehingga kita bisa merasakan ketegangan di masing-masing kubu pada setiap pertempuran.
Mengapa tidak mempromosikan bahwa novel ini berfokus Perang Kosovo sampai Perang Nicopolis yang dianggap The Last Crusade itu? Apakah karena Bayazid I dianggap tidak sekomersial cucu buyutnya Mehmed II yang berhasil menaklukkan Konstantinopel? Bukankah seandainya tidak ada serbuan Timurleng dari Mongolia, yang merusak konsentrasi Kesultanan Usmani, bisa jadi Konstantinopel jatuh di bawah serangan Bayazid I?
Yah, sudahlah nggak usah panjang-panjang protesnya, mungkin penerbitnya punya strategi sendiri. Siapa tahu pembaca yang merasa kecele pun akan tetap terpaksa membeli buku lanjutannya untuk mendapatkan apa yang dipromosikan di cover buku pertama ini.
Sebagai bonus, kutambahkan gambar lukisan Sultan Bayazid I, yang boleh dibilang tokoh utama dari novel ini:
Hmm, sepertinya setelah lukisannya jadi, leher Sultan Bayazid I keseleo gara-gara terpaksa berpose dengan gaya menengok ke belakang terus-menerus. Pelukisnya iseng banget, ya, biasanya pose standar lukisan potret tuh kalau tidak tampak depan, ya tampak samping.
View all my reviews
My rating: 3 of 5 stars
Waktu menengok stand utama Mizan di Istora hari Sabtu kemarin, aku tertarik membeli novel ini murni awalnya karena covernya yang memiliki dua warna favoritku, hitam dan merah. Sama sekali bukan karena penulisnya sedang tampil di panggung utama Islamic Book Fair 2014, bercerita panjang lebar tentang latar belakang dan garis besar novel ini. Aku hanya mendengar selintasan karena sibuk berburu novel terbitan grup Mizan lain yang ingin kubawa pulang. Toh cerita Perang Salib Balkan dan Anatolia bukan hal yang baru bagiku.
Tapi... ada tapinya nih, cover buku ini (dan promosi pak ustadz di istora) benar-benar MISLEADING!!!.
Kalau dibaca cover depannya, tertulis Perseteruan Hidup-Mati Dracula & Muhammad Al-Fatih, lalu di cover belakangnya tertulis sinopsis singkat tentang Al-Fatih dan Dracula yang menjadi wakil dari pertarungan haq dan bathil antara Kesultanan Usmani dan Kerajaan Eropa. Mau tak mau, calon pembaca akan mengira bahwa novel ini akan berfokus pada pertempuran akbar antara tokoh Sultan Mehmed II (Al Fatih) dengan tokoh terkenal ini:
Eh, sori, salah pasang, itu mah plesetannya. Maksudnya tokoh yang ini:
Buat yang belum tahu kenapa tokoh Wallachia ini dijuluki The Impaler, itu karena ia hobi menyula musuh-musuhnya, seperti ini:
Lebih hemat dari salib yang butuh dua potong kayu, kan? |
Iya sih, novel ini dibilang Seri #1 dari The Chronicles of Ghazi (sebenarnya menurut pendapatku harusnya ditulis Buku 1, bukannya Seri 1), yang mengisyaratkan bahwa bakal ada buku lanjutannya, dan pertempuran Al-Fatih dan Vlad III itu entah ada di buku berapa. Tapi seharusnya cover tidak bikin salah paham begini, dong. Minimal ada tambahan keterangan bahwa novel pertama ini bercerita tentang pertempuran antara kakek dan ayah Vlad III dengan Sultan Bayazid I, yang memang memberikan latar belakang perseteruan lanjutan di antara keturunan mereka. Memangnya ada apa dengan Sultan Bayazid I? Takut pembaca malas karena buku satu ternyata masih berupa prolog kepanjangan dan belum masuk menu utama?
Padahal meskipun si Dracula tidak diceritakan pun, bukan berarti novel pertama ini tidak menarik kok. Buat yang suka novel bertema perang, novel yang blas isinya perang melulu dari awal sampai akhir antara pasukan Kesultanan Usmani dengan pasukan koalisi Salib Balkan ini lumayan menarik untuk dibaca, karena mengambil sudut pandang dari kedua kubu. Tokoh yang disorot juga cukup banyak, sehingga kita bisa merasakan ketegangan di masing-masing kubu pada setiap pertempuran.
Mengapa tidak mempromosikan bahwa novel ini berfokus Perang Kosovo sampai Perang Nicopolis yang dianggap The Last Crusade itu? Apakah karena Bayazid I dianggap tidak sekomersial cucu buyutnya Mehmed II yang berhasil menaklukkan Konstantinopel? Bukankah seandainya tidak ada serbuan Timurleng dari Mongolia, yang merusak konsentrasi Kesultanan Usmani, bisa jadi Konstantinopel jatuh di bawah serangan Bayazid I?
Yah, sudahlah nggak usah panjang-panjang protesnya, mungkin penerbitnya punya strategi sendiri. Siapa tahu pembaca yang merasa kecele pun akan tetap terpaksa membeli buku lanjutannya untuk mendapatkan apa yang dipromosikan di cover buku pertama ini.
Sebagai bonus, kutambahkan gambar lukisan Sultan Bayazid I, yang boleh dibilang tokoh utama dari novel ini:
Hmm, sepertinya setelah lukisannya jadi, leher Sultan Bayazid I keseleo gara-gara terpaksa berpose dengan gaya menengok ke belakang terus-menerus. Pelukisnya iseng banget, ya, biasanya pose standar lukisan potret tuh kalau tidak tampak depan, ya tampak samping.
View all my reviews
Perjalanan Sihir
Little Witch Co. #2: Perjalanan Sihir by Ambiru Yasuko
My rating: 4 of 5 stars
Perusahaan Sihir, Bagian Daur Ulang Pakaian, tutup untuk sementara karena Silk dan Cotton akan melakukan perjalanan sihir selama musim panas ke vila milik Silk. Tentu saja, Nana si anak manusia juga ikut.
Apa kendaraan yang cocok untuk perjalanan sihir?
Rupanya bukan sapu terbang. Untuk perjalanan sihir, Silk menggunakan 'permadani perjalanan sihir'.
Lho, bukannya sapu sudah jadi trademark penyihir?
Baju hitam, topi besar, dan sapu adalah kostum wajib bagi penyihir tepercaya, yang harus dipakai waktu berfoto dalam acara resmi. Tapi untuk perjalanan? Pffft. Setidaknya menurut Silk, sih. Bagaimana bisa tetap duduk di gagang sapu yang kecil dengan nyaman? Benar juga sih, coba ada joknya atau apa, gitu.
Bagaimana liburan musim panas di vila Silk?
Gagal total, karena permadaninya rusak, dan mereka bertiga terdampar di Perusahaan Sihir--Bagian Perjalanan Sihir. Ya, semacam biro travel penyihirlah. Tapi... sambil menunggu permadani diperbaiki, mereka dapat menonton konser musim panas Chorus Stars, kelompok paduan suara yang paling terkenal. Para anggotanya adalah babi, rubah, musang, dan tikus.
Jadi, kegiatan Silk cs akhirnya hanya menonton konser?
Tentu saja tidak. Karena kepribadian anggota Chorus Stars berbeda-beda, menjelang konser mereka hampir pecah gara-gara urusan kostum. Di sinilah Bagian Daur Ulang Pakaian beraksi untuk mendamaikan para anggota Chrorus Stars dan mensukseskan konser!
Daur ulang pakaian kali ini hilarious, karena mengingatkanku pada ibuku, yang juga penjahit, yang suka mendaur ulang pakaian dengan cara serupa dengan Silk. Ehm, misalnya saja... menggunakan tirai dan seprai menjadi bahan pakaian :D
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
Perusahaan Sihir, Bagian Daur Ulang Pakaian, tutup untuk sementara karena Silk dan Cotton akan melakukan perjalanan sihir selama musim panas ke vila milik Silk. Tentu saja, Nana si anak manusia juga ikut.
Apa kendaraan yang cocok untuk perjalanan sihir?
Rupanya bukan sapu terbang. Untuk perjalanan sihir, Silk menggunakan 'permadani perjalanan sihir'.
Lho, bukannya sapu sudah jadi trademark penyihir?
Baju hitam, topi besar, dan sapu adalah kostum wajib bagi penyihir tepercaya, yang harus dipakai waktu berfoto dalam acara resmi. Tapi untuk perjalanan? Pffft. Setidaknya menurut Silk, sih. Bagaimana bisa tetap duduk di gagang sapu yang kecil dengan nyaman? Benar juga sih, coba ada joknya atau apa, gitu.
Gagal total, karena permadaninya rusak, dan mereka bertiga terdampar di Perusahaan Sihir--Bagian Perjalanan Sihir. Ya, semacam biro travel penyihirlah. Tapi... sambil menunggu permadani diperbaiki, mereka dapat menonton konser musim panas Chorus Stars, kelompok paduan suara yang paling terkenal. Para anggotanya adalah babi, rubah, musang, dan tikus.
Jadi, kegiatan Silk cs akhirnya hanya menonton konser?
Tentu saja tidak. Karena kepribadian anggota Chorus Stars berbeda-beda, menjelang konser mereka hampir pecah gara-gara urusan kostum. Di sinilah Bagian Daur Ulang Pakaian beraksi untuk mendamaikan para anggota Chrorus Stars dan mensukseskan konser!
Daur ulang pakaian kali ini hilarious, karena mengingatkanku pada ibuku, yang juga penjahit, yang suka mendaur ulang pakaian dengan cara serupa dengan Silk. Ehm, misalnya saja... menggunakan tirai dan seprai menjadi bahan pakaian :D
View all my reviews
ParaNorman
ParaNorman by Elizabeth Cody Kimmel
My rating: 4 of 5 stars
Apa yang akan kaulakukan apabila dapat melihat hantu dan berkomunikasi dua arah dengan mereka? Pura-pura tidak lihat? Atau berusaha mendengarkan dan menindaklanjuti curhat mereka sehingga jiwa mereka bisa benar-benar rest in peace?
Di Blithe Hollow, hiduplah seorang anak bernama Norman Babcock yang memiliki kelebihan seperti itu, bahkan yang bisa ia lihat dan berkomunikasi dengannya bukan hanya hantu manusia, tapi juga hantu binatang. Mending kalau jumlah yang harus dihadapi sedikit, ini sih banyak... dan hantu manusia lebih merepotkan karena cerewet dan tidak mau antri. Untung Norman hidup di kota kecil, bagaimana kalau hidup di kota besar di mana orang bisa mati setiap menitnya?
Tapi selain para hantu yang membutuhkan perhatian Norman, hampir tidak ada yang mengapresiasi kelebihan Norman. Yang ada ia kerap dikerjai di sekolah, terutama oleh Alvin Si Tukang Gencet, dan dipandang sebagai calon penghuni rumah sakit jiwa oleh... hampir seluruh penduduk kota, sebenarnya. Siapa sih, yang mau percaya kalau ada anak kecil yang mengaku bisa ngobrol dengan orang yang sudah mati? Tidak ada Bruce Willis di Blithe Hollow.
Sampai suatu ketika, Norman tiba-tiba mendapat "warisan" tugas dari paman buyutnya, yang ternyata memiliki kelebihan yang sama dengannya dan dianggap gila juga oleh seluruh penduduk kota, untuk mencegah kebangkitan penyihir terkenal Blithe Hollow. Tiga ratus tahun lalu seorang penyihir dieksekusi oleh tujuh hakim Blithe Hollow dan mengutuk para eksekutornya agar bangkit dari kubur sebagai mayat hidup, setiap tahun pada hari eksekusinya. Selama lima puluh tahun terakhir itu menjadi tugas si paman buyut, apa daya tahun ini ia meninggal dunia sehingga tugas tersebut harus jatuh ke tangan penerusnya.
Bisakah Norman menunaikan tugas mahaberat itu?
Meskipun premisnya horor, sebenarnya ini buku komedi horor, jadi kalau menurutku sih nggak ada seram-seramnya. Karakter-karakternya konyol-konyol, bahkan Alvin si Tukang Gencet. Iya sih, siapapun bisa bersikap konyol kalau tahu-tahu berhadapan dengan zombie. Meskipun tidak sengaja dan tak ada yang sukarela sebenarnya, Norman tidak sendirian dalam usahanya mendamaikan kota Blithe Hollow dari hantu penyihir dan para zombie. Selain Alvin, ia dibantu oleh temannya Neil dan kakak Neil, Mitch. Tidak lupa pula kakak perempuan Norman, Courtney, yang ngotot ikut dalam misi Norman demi menggaet Mitch, yang disebutnya Cowok Cakep Berhanduk.
Oya, novel ini merupakan novelisasi dari naskah film animasi stop-motion yang pertama kali tayang pada musim panas tahun 2012 lalu. Ratingnya cukup bagus di IMDb dan Rotten Tomatoes. Selain sukses di box-office, filmnya juga masuk nominasi Academy Award untuk kategori Best Animated Picture.
That's all, folks.
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
Apa yang akan kaulakukan apabila dapat melihat hantu dan berkomunikasi dua arah dengan mereka? Pura-pura tidak lihat? Atau berusaha mendengarkan dan menindaklanjuti curhat mereka sehingga jiwa mereka bisa benar-benar rest in peace?
Di Blithe Hollow, hiduplah seorang anak bernama Norman Babcock yang memiliki kelebihan seperti itu, bahkan yang bisa ia lihat dan berkomunikasi dengannya bukan hanya hantu manusia, tapi juga hantu binatang. Mending kalau jumlah yang harus dihadapi sedikit, ini sih banyak... dan hantu manusia lebih merepotkan karena cerewet dan tidak mau antri. Untung Norman hidup di kota kecil, bagaimana kalau hidup di kota besar di mana orang bisa mati setiap menitnya?
Tapi selain para hantu yang membutuhkan perhatian Norman, hampir tidak ada yang mengapresiasi kelebihan Norman. Yang ada ia kerap dikerjai di sekolah, terutama oleh Alvin Si Tukang Gencet, dan dipandang sebagai calon penghuni rumah sakit jiwa oleh... hampir seluruh penduduk kota, sebenarnya. Siapa sih, yang mau percaya kalau ada anak kecil yang mengaku bisa ngobrol dengan orang yang sudah mati? Tidak ada Bruce Willis di Blithe Hollow.
Sampai suatu ketika, Norman tiba-tiba mendapat "warisan" tugas dari paman buyutnya, yang ternyata memiliki kelebihan yang sama dengannya dan dianggap gila juga oleh seluruh penduduk kota, untuk mencegah kebangkitan penyihir terkenal Blithe Hollow. Tiga ratus tahun lalu seorang penyihir dieksekusi oleh tujuh hakim Blithe Hollow dan mengutuk para eksekutornya agar bangkit dari kubur sebagai mayat hidup, setiap tahun pada hari eksekusinya. Selama lima puluh tahun terakhir itu menjadi tugas si paman buyut, apa daya tahun ini ia meninggal dunia sehingga tugas tersebut harus jatuh ke tangan penerusnya.
Bisakah Norman menunaikan tugas mahaberat itu?
Meskipun premisnya horor, sebenarnya ini buku komedi horor, jadi kalau menurutku sih nggak ada seram-seramnya. Karakter-karakternya konyol-konyol, bahkan Alvin si Tukang Gencet. Iya sih, siapapun bisa bersikap konyol kalau tahu-tahu berhadapan dengan zombie. Meskipun tidak sengaja dan tak ada yang sukarela sebenarnya, Norman tidak sendirian dalam usahanya mendamaikan kota Blithe Hollow dari hantu penyihir dan para zombie. Selain Alvin, ia dibantu oleh temannya Neil dan kakak Neil, Mitch. Tidak lupa pula kakak perempuan Norman, Courtney, yang ngotot ikut dalam misi Norman demi menggaet Mitch, yang disebutnya Cowok Cakep Berhanduk.
Oya, novel ini merupakan novelisasi dari naskah film animasi stop-motion yang pertama kali tayang pada musim panas tahun 2012 lalu. Ratingnya cukup bagus di IMDb dan Rotten Tomatoes. Selain sukses di box-office, filmnya juga masuk nominasi Academy Award untuk kategori Best Animated Picture.
That's all, folks.
View all my reviews
Saturday, March 1, 2014
Penyihir Jahit
Little Witch Co. #1: Daur Ulang Pakaian by Ambiru Yosuko
My rating: 4 of 5 stars
Aku menemukan buku terbitan Bentang Belia ini di stand Mizan pada Islamic Book Fair yang kusambangi hari ini, dan langsung tertarik untuk mencomotnya. Penyebabnya hanya satu: covernya yang unyu dan imut. Kalau sudah begini, hati langsung tidak konek dengan otak yang biasanya penuh perhitungan (ha! kayak yang pakai perhitungan saja kalau jalan-jalan di pameran buku :P), dan langsung memboyongnya ke kasir. Masuk ransel, deh.
Apakah isinya seunyu covernya?
Tentu saja. Namanya juga buku anak-anak, kudu unyu dan imut dong. Buku setebal 106 halaman ini berupa cerita bergambar. Ilustrasinya sama bagusnya dengan covernya, sebagian berwarna sebagian lagi hitam putih. Dan ukuran font-nya yang besar cukup menyegarkan buat mata yang terbiasa membaca huruf novel yang kecil-kecil.
Judul posting ini typo, ya?
Itu bukan salah ketik, kok. Tokoh utama buku ini, Silk, adalah seorang Penyihir Jahit dari Perusahaan Sihir--Bagian Daur Ulang Pakaian. Kuulangi ya, Penyihir Jahit, bukan Penyihir Jahat.
Jadi cara menjahitnya pakai sihir seperti ibu peri membuat gaun indah untuk Cinderella?
Tidak sama sekali. Dalam dunia Silk, barang yang dibuat dengan menggunakan sihir adalah barang murahan. Perusahaan sihir--bagian daur ulang pakaian adalah toko yang membuat barang tanpa menggunakan sihir, sehingga terkenal kualitas barangnya. Hmm, dipikir-pikir pantas saja gaun indah Cinderella sudah kedaluarsa lagi pada jam 12 malam, barang murahan sih ya...
Kalau dilihat cover belakangnya, ada Nana si anak manusia dan 3 ekor induk tikus. Bagaimana hubungannya dengan Silk?
Nana si anak manusia tidak sengaja menemukan rumah Silk, padahal rumah itu sudah dipasangi sihir sehingga hanya mereka yang punya keperluan saja yang bisa melihatnya. Sedangkan para tikus berusaha meminta bantuan Silk untuk mendaur ulang gaun kuning Induk Tikus Jangkung menjadi gaun kuning bagi Nona Beruang yang mereka sayangi agar si nona bisa ikut Karnaval Dandelion.
Tunggu, gaun tikus dijadikan gaun beruang? Mana cukup? Harus pakai sihir, kan?
Duh, sudah dibilang kalau membuat barang degan sihir itu cara murahan!
Lalu bagaimana caranya, dong?
Ah, masa rahasianya dibagi di sini. Kalau memang mau tahu cara daur ulangnya, baca sendiri saja ya...
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
Aku menemukan buku terbitan Bentang Belia ini di stand Mizan pada Islamic Book Fair yang kusambangi hari ini, dan langsung tertarik untuk mencomotnya. Penyebabnya hanya satu: covernya yang unyu dan imut. Kalau sudah begini, hati langsung tidak konek dengan otak yang biasanya penuh perhitungan (ha! kayak yang pakai perhitungan saja kalau jalan-jalan di pameran buku :P), dan langsung memboyongnya ke kasir. Masuk ransel, deh.
Apakah isinya seunyu covernya?
Tentu saja. Namanya juga buku anak-anak, kudu unyu dan imut dong. Buku setebal 106 halaman ini berupa cerita bergambar. Ilustrasinya sama bagusnya dengan covernya, sebagian berwarna sebagian lagi hitam putih. Dan ukuran font-nya yang besar cukup menyegarkan buat mata yang terbiasa membaca huruf novel yang kecil-kecil.
Judul posting ini typo, ya?
Itu bukan salah ketik, kok. Tokoh utama buku ini, Silk, adalah seorang Penyihir Jahit dari Perusahaan Sihir--Bagian Daur Ulang Pakaian. Kuulangi ya, Penyihir Jahit, bukan Penyihir Jahat.
Jadi cara menjahitnya pakai sihir seperti ibu peri membuat gaun indah untuk Cinderella?
Tidak sama sekali. Dalam dunia Silk, barang yang dibuat dengan menggunakan sihir adalah barang murahan. Perusahaan sihir--bagian daur ulang pakaian adalah toko yang membuat barang tanpa menggunakan sihir, sehingga terkenal kualitas barangnya. Hmm, dipikir-pikir pantas saja gaun indah Cinderella sudah kedaluarsa lagi pada jam 12 malam, barang murahan sih ya...
Kalau dilihat cover belakangnya, ada Nana si anak manusia dan 3 ekor induk tikus. Bagaimana hubungannya dengan Silk?
Nana si anak manusia tidak sengaja menemukan rumah Silk, padahal rumah itu sudah dipasangi sihir sehingga hanya mereka yang punya keperluan saja yang bisa melihatnya. Sedangkan para tikus berusaha meminta bantuan Silk untuk mendaur ulang gaun kuning Induk Tikus Jangkung menjadi gaun kuning bagi Nona Beruang yang mereka sayangi agar si nona bisa ikut Karnaval Dandelion.
Tunggu, gaun tikus dijadikan gaun beruang? Mana cukup? Harus pakai sihir, kan?
Duh, sudah dibilang kalau membuat barang degan sihir itu cara murahan!
Lalu bagaimana caranya, dong?
Ah, masa rahasianya dibagi di sini. Kalau memang mau tahu cara daur ulangnya, baca sendiri saja ya...
View all my reviews
Subscribe to:
Posts (Atom)