Subjudul : The Clash of Cross and Crescent
Penulis: Sayf Muhammad Isa & Felix Y. Siauw
Penerbit : Alfatih Press
Cetakan : I, November 2014
ISBN : 978-602-17997-7-2
Dibeli di : Gramedia Online
Dipesan tanggal : 15 Januari 2015
Diterima tanggal : 17 Januari 2015
Dibaca tanggal : 18 Januari 2015
Tahun lalu, di review ini aku memprotes subjudul buku pertama (atau seri pertama, kalau meminjam istilah penerbitnya, yang kayaknya malah rancu deh) dari serial The Chronicles of Ghazi, yaitu Perseteruan Hidup-Mati Dracula & Muhammad Al-Fatih. Protes itu jelas karena subjudul itu sangat misleading, karena isi bukunya sama sekali tidak menceritakan hal dimaksud, benar-benar tagline yang menipu dan menyesatkan.
Tapi bagaimanapun, aku tetap menunggu jilid 2-nya terbit, apalagi cerita yang disuguhkan dalam serial ini sejatinya meng-counter versi Hollywood di film Dracula: Untold yang menceritakan bagaimana Dracula (yang diperankan Luke Evans) berseteru hidup-mati dengan Mehmed II (yang diperankan oleh Howard Stark, eh, Dominic Cooper).
Setelah ditunggu-tunggu, eh, ternyata serial ini tidak lagi diterbitkan oleh penerbit lama, melainkan diambil alih oleh Alfatih Press. Buku pertamanya juga diterbitkan ulang dengan subjudul yang lebih pas: The Rise of Ottomans. Hm... mungkin ada yang memperhatikan protesku (ini geer banget, deh). Atau memang dari awalnya penulisnya juga tidak sependapat dengan subjudul yang dipajang oleh penerbit sebelumnya? Who knows?
Secara garis besar, buku ini bercerita tentang:
1. Kelahiran Dracula, dan kematian ibunya yang mengalami komplikasi saat melahirkan.
2. Kelahiran Radu, adik Dracula dari ibu yang berbeda.
3. Tanda-tanda perkembangan Dracula sebagai psikopat. Di buku ini, konon kehadirannya sebagai bencana di muka bumi sudah diramalkan bahkan sebelum ibunya menikah dengan Vlad II.
4. Pengkhianatan Raja Hungaria terhadap klan Draculesti, yang menyebabkan Vlad II terpaksa meminta bantuan Turki Utsmani untuk merebut tanah kekuasaannya kembali dan merelakan kedua anaknya, Dracula dan Radu, menjadi sandera di Turki Utsmani.
5. Pembunuhan terhadap anak-anak Sultan Utsmani yang dilakukan oleh dinas rahasia yang dipimpin permaisuri Raja Hungaria. Well, terlepas dari benar tidaknya ada dinas rahasia musuh yang ikut campur membunuhi para pangeran, sudah umum bahwa para pangeran Turki yang jumlahnya banyak saling bunuh sendiri dalam intrik-intrik internal perebutan kekuasaan.
6. Mehmed II yang semakin bersemangat dalam cita-citanya untuk menaklukkan Konstantinopel setelah kematian kedua kakaknya, Ahmed dan Ali.
Selain itu, buku ini juga membuatku jadi mengetahui bagaimana cara menyula orang. Selama ini kukira tiang kayunya dipancangkan dulu di tanah baru orang ditancapkan ke tiang. Tapi ternyata prosedurnya melibatkan seekor kuda untuk melakukan eksekusinya.
Dan ada satu hal yang cukup menarik untuk dicatat: para pendendam fanatik dalam buku ini tidak berpikir sesempit para pendendam di cerita silat.
Dalam buku silat, pada umumnya para pendendam membalas dendam pada para pelaku yang berkaitan langsung. You killed my father/teacher/brother, I'll kill you. A membunuh ayah B. Maka B akan membunuh A untuk membalas dendam. Begitu pakem ceritanya.
Dalam cerita ini, dendam tidak dibuat sesederhana itu.
Kakak Barbara Celje sang permaisuri Hungaria, Josephine, mati bunuh diri setelah diperkosa oleh dua orang pastur yang sudah lama tergiur pada kecantikannya. Bukannya menaruh dendam pada para pastur hidung belang itu, Barbara Celje malah mendendam pada kaum Turki. Kalau Turki tidak menyerang, pasti kakak iparnya tidak pergi berperang dan Josephine akan selamat. Begitu logikanya.
Dracula kecil juga memiliki pola pikir yang sama. Meskipun tanah kekuasaan keluarganya direbut oleh klan Danesti dengan dukungan penuh Raja Hungaria, ia tidak mendendam pada mereka. Ia lebih murka pada ayahnya yang malah meminta bantuan Turki untuk merebut kembali tanah kekuasaannya. Baginya, ayahnya telah berkhianat pada Ordo Naga dan Raja Hungaria, tanpa memandang bahwa Ordo dan sang Raja telah berkhianat lebih dulu dan berusaha menghancurkan keluarganya. Musuh di atas segala-galanya, Iblis kepada siapa ayahnya menjual jiwanya, adalah kaum Turki.
Oh ya, buku ini diakhiri dengan melanjutkan teaser dari buku pertama, perseteruan Dracula-Mehmed atas penyulaan kucing Radu. Adegan inilah yang rupanya dianggap pas banget untuk cover depan buku.
"Jangan kau sebut namaku. Sekarang akulah Dracula."
Dan tanpa sempat ada adegan action antara Dracula dan Mehmed II sama sekali, cerita ini bersambung lagi...
Akulah Draculaaaa
yang mencari cintaaaa
View all my reviews
No comments:
Post a Comment