Horns by Joe Hill
My rating: 4 of 5 stars
Bagaimana bila kau tiba-tiba memiliki sepasang tanduk, dan kau tiba-tiba memiliki kekuatan ajaib yang membuat semua orang ingin mencurahkan isi hatinya padamu? Bukan hal yang baik-baik, tapi keinginan jahat, niat buruk, rahasia tergelap, yang selama ini disimpan jauh-jauh di laci ingatan yang paling bawah?
Ig Parrish telah menjadi pariah di kotanya. Ketika kekasih yang amat dicintainya, Merrin, diperkosa dan dibunuh, ia menjadi satu-satunya tersangka. Ia tidak pernah ditangkap dan diadili, tapi semua orang, bahkan orang tuanya, telah mendakwanya bersalah.
Tapi Ig kemudian memiliki sepasang tanduk dan kekuatan supranatural yang dapat mengetahui masa lalu orang yang disentuhnya. Setiap orang yang ditemuinya tanpa dipaksa mengaku dosa padanya, menceritakan rahasia dan niat jelek mereka, bahkan malah seperti meminta atau menunggu persetujuan Ig supaya mereka bisa menjalankan niatnya dengan senang hati dan tanpa rasa bersalah. Apapun tanduk itu, Ig pada akhirnya menerimanya sebagai blessing-in-disguise, dan menggunakannya untuk menemukan pembunuh kekasihnya. Dan membalaskan dendamnya.
Oke, sebelum aku membeli dan membaca buku ini, aku sudah terlanjur menonton filmnya duluan.
Itu pun bukan karena sudah pernah melihat trailernya atau tahu ceritanya seperti apa, tapi semata-mata hanya karena ada foto Daniel Radcliffe bertanduk di sampul DVD-nya. Biasalah, ingin tahu perkembangan kemampuan aktingnya demi membebaskan diri dari imej Harry Potter.
Dan alasan aku membeli buku ini juga bukan karena aku suka banget filmnya. Tapi lebih karena penulisnya adalah Joe Hill. Iya, dia memang anak salah satu penulis favoritku, Stephen King, dan kurasa jalur yang ditempuhnya dengan menulis cerita horor plus absurd sedikit banyak gara-gara pengaruh ayahnya. Tapi menurut pendapatku bukan berarti ia hanya numpang beken. Sebagai penulis, ia punya gaya tersendiri.
Meskipun jalan cerita buku ini sepertinya tampak suram-kelam-gulita, dari gaya penuturannya, terutama di bagian-bagian awal saat Ig mulai menyadari efek tanduknya pada orang-orang di sekelilingnya malah menjurus kocak dan komedi. Black comedy, memang. Tapi itu yang membuatku tetap tertarik untuk terus membaca, meskipun gara-gara menonton filmnya sudah spoiled dan tidak ada kejutan lagi.
Aku juga suka novel pertama Joe Hill, Heart-Shaped Box, dan akan mencoba membaca novel atau karya-karyanya yang lain. I'm looking forward to read In the Tall Grass.
View all my reviews
No comments:
Post a Comment