Saturday, April 6, 2013

Blast to the Past

Generasi 90anGenerasi 90an by Marchella FP
My rating: 4 of 5 stars


Setelah mengaku generasi 80-an (SD & SMP) di review buku Gaul Jadul, kali ini mengaku generasi 90-an (SMA & Kuliah) di buku ini.

Iya, iya... ini deklarasi umur \(^.^)/


Bacaan:
Masa 90-an itu masanya aku disahkan menjadi manga otaku (pelanggan setia Elex?), dimulai dari angkatan pertama yang terbit di Indonesia (Candy-Candy, Kungfu Boy, Dragonball dkk) dengan harga Rp.2.800 per jilid sampai sekarang mencapai Rp.17.500 per jilid (dan bakal terus naik keliatannya).

Masa 90-an itu masanya aku mulai membaca bacaan yang disisipi adegan hot, seperti novel-novelnya Sidney Sheldon dan Jackie Collins (padahal adegannya sudah cuma sedikit kena sensor pula) sampai di akhir tahun 90-an mulai terbit novel-novel harlequin (yang kualitas ceritanya agak dipertanyakan tapi gunting sensornya sudah mulai tumpul). Oh ya, manga dewasa yang juga mulai kubaca di tahun 90-an tentu saja serial City Hunter-nya Hojo Tsukasa dan Sanctuary-nya Ryoichi Ikegami yang keduanya diterbitkan oleh Rajawali Grafitti.

Tontonan:
Masa 90-an itu masa di mana pernah untuk nonton TV swasta masih harus pakai antena parabola segede gaban (sekalian liat acara TV negara tetangga). Acara favorit? Banyak banget.

Anime yang mulai menjamur salah satu yang juga kupantengi, dari Sailor Moon sampai Samurai X, yang terus berlanjut sampai masa kerja dan membuatku sempat menjadi anime otaku segala, sampai mengumpulkan VCD anime yang kubeli dari toko hobi (ah, dosa masa muda :P)

Serial TV juga selalu ditunggu penayangannya. Yang impor dari Amrik tentunya macam McGyver, Quantum Leap, Lois & Clark, Sliders, dkk. Yang impor dari Hongkong seperti serial silat Chin Yung: Sia Tiauw Eng Hiong, Sin Tiauw Hiap Lu, dan To Liong To. Yang impor dari Amrik Latin, sampai nggak hafal judul-judulnya yang kebanyakan mirip-mirip. Dan tentu saja sinetron asli Indonesia. Khusus yang terakhir lama-lama tidak kreatif, lebih banyak yang temanya serupa tapi tak sama hingga bikin muak, dan kutinggalkan sampai sekarang.

Tontonan bioskop juga tak usah ditanya. Minimal meskipun jarang ke bioskop, tahun 90-an itu yang namanya VCD player mulai diperkenalkan, membuat Betamax player mendadak pensiun. Sudah tentu VCD original (dan bajakan) menjadi sumber pengisi waktu luang. Sampai akhirnya di tahun 2000-an tergantikan oleh DVD player (dan DVD bajakan :P).

Musik:
Pas SMA masih doyan Guns 'N Roses dan Bon Jovi. Pas kuliah mulai geser ke Jazz, dari Frank Sinatra sampai Harry Connick Jr. Eh, akhir tahun 90-an malah demen berat sama L'arc en Ciel dan lagu-lagu soundtrack anime, hehehe. Selera musik memang nggak bisa ditebak ya.

Di luar hobi tiga besar di atas, sebagian besar isi buku ini memang membuatku <i>blast to the past</i> sejenak ke masa lalu:
Ngumpulin tazos? (Iya, iya, biar udah SMA/kuliah juga masih suka koleksi barang gratisan dari cemilan)
Ngumpulin stiker basket Panini?
Membuat kompilasi lagu sendiri di kaset?Mulai belajar komputer dari MS-Word, Wordstar, sampai Windows?
Mulai berkenalan dengan internet? (buat baca komik Hikaru no Go di warnet yang buset downloadnya lama banget)
Baca majalah Hai, Gadis, Mode, Aneka Yes, Anita Cemerlang, dll?
Semua dijabanin.


Sepertinya cuma perkembangan gim saja yang tak kuikuti (selain tetris dan prince of persia, barangkali). Selain karena memang nggak gape main gim, waktu luang toh sudah habis dipakai baca buku, nonton film dan nulis cerita.

Tren mode juga tidak kuikuti. Aku bukan tipe yang peduli sama mode yang sedang ngetren. Untuk pakaian yang biasa kupilih modelnya konservatif dan long lasting (banyak loh yang masih bisa dipakai sampai sekarang tanpa terlihat out-of-mode #ngirit). Kecuali waktu style potongan rambutku dari SD yang selalu cepak mendadak membuatku dituduh jadi KDM alias Korban Demi Moore pas lagi heboh-hebohnya film Ghost :)

View all my reviews

1 comment:

  1. aihhh....aku taun 90-an masih culup pisan, euy...95 SMP, lagu pertama yang kudengerin itu BSB - As Long As You Love Me...sebelumnya 'terkubur' dalam tradisi dangdutan di kampung,

    hmm, aku cenderung memproklamirkan diri sebagai generai 2000-an kyknya, soale rasanya hidupku baru berkembang di atas tahun 2000, hahaha

    ReplyDelete