Monday, February 1, 2016

Politically Correct Bedtime Stories

Judul : Politically Correct Bedtime Stories

Penulis : James Finn Garner

Edisi : Hardcover, 1994

Penerbit : Souvenir Press

Tebal : 79 halaman (Hardcover)

ISBN : 0-285 -63223-X

Dibeli di : Lottemart Ratu Plaza

Harga : Rp. 45.000,-

Dibeli tanggal : 30 Januari 2016

Dibaca tanggal : 31 Januari 2016

Catatan : Program BUBU

Review suka-suka :

Aku pernah membeli dan membaca buku ini pada bulan Mei 2011 (iya, sekarang bukunya sudah raib entah ke mana), tepatnya versi terbitan GPU tahun 1996, dengan judul terjemahan Kumpulan Dongeng Plesetan Bagi Segala Aktivis.

Entah aktivis mana yang dimaksud sang penterjemah. Sebagai seorang aktivis di bidang baca-membaca, terus terang aku merasa buku ini mungkin saja memang ditujukan untukku. Mungkin saja, lho.

Buku ini merupakan satir / parodi dari beberapa dongeng yang rasanya cukup akrab bagi kita. Konon buku ini pernah ditolak oleh 27 penerbit, sebelum akhirnya diterbitkan oleh Macmillan dan menjadi bestseller internasional dan terjual jutaan eksemplar.

Seperti apa model plesetan/satir/parodi kumpulan dongeng ini?

Pertama, dongengnya menjadi rada masuk akal, realistis, pragmatis, dan... terkadang feminis.

Contohnya bisa ditengok pada adegan Si Tudung Merah waktu ketemu Serigala Jahat di bawah ini:

The wolf said, 'You know, my dear, it isn't safe for a little girl to walk through these woods alone.'

Red Riding Hood said, 'I found your sexist remark offensive in the extreme, but I will ignore it because of your traditional status as an outcast from society, the stress of which has caused you to develop your own, entirely valid, worldview. Now, if you'll excuse me, I must be on my way.'

Atau pada cerita Rumpelstiltskin, bagaimana realistisnya cara Esmeralda mengubah jerami menjadi emas:

To turn the straw into gold, they took it to a nearby farmers' cooperative, where it was used to thatch an old roof. With a drier home, the farmers became healthier and more productive, and they brought forth a record harvest of wheat for local consumption. The children of the kingdom grew strong and tall, went to a cooperative school, and gradually turned the kingdom into a model democracy with no economic or sexual injustice and low infant mortality rates. As new investments money poured in from all over the world, the farmers remembered Esmeralds's generous gift of straw and rewarded her with numerous chests of gold.

Oke, mengubah jerami menjadi emas itu... lama banget. Itu juga kalau para petaninya ingat jasa Esmeralda sih.

Cara bercerita James Finn Garner juga terlalu jujur (atau sarkastis sih sebenarnya?) menggambarkan tipikal seorang pria (baca: pangeran) bila melihat wanita cantik, which is judging a book by its cover, seperti ini:

When the prince saw Rapunzel, her greater-than-average physical attractiveness and her long, luxurious hair led him to think, in a typically lookist way, that her personality would also be beautiful. (This is not to imply that all princes judge people solely by their appearance, nor to deny this particular prince his right to make such assumptions.)

Jalan cerita di kumpulan dongeng ini hampir semuanya nyeleneh habis dengan ending yang bisa jadi jauuuuh banget dari ending dongeng yang pernah kita tahu.

Gaya berbusana sang emperor yang *ahem* hemat bahan bisa menjadi trend gaya hidup baru. Cinderella bukan hanya membuat sang pangeran kesengsem, tapi juga semua pria di pesta dansa (dan sama sekali tak ada yang mau mengalah) sehingga pesta dansa menjadi battle royale brutal tanpa ada pemenangnya. Dan bagaimana nasib Frog Prince kalau ia ternyata bukan seorang pangeran melainkan hanya seorang pengembang real-estat yang dikutuk tukang sihir yang merasa dicurangi?

The Last Verdict :

2 comments:

  1. kayaknya bukunya lucu dan seru :D jadi pengen baca juga :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kayaknya kalo nggak jodoh banget buku ini agak sulit ditemukan, mengingat untuk versi terjemahan GPU juga belum cetak ulang ya...

      Delete