Monday, February 29, 2016

A Walk Among The Tombstones

Judul : A Walk Among The Tombstones

Penulis : Lawrence Block

Penerbit : Orion, 2014

Tebal : 339 halaman

Dibeli di : Lapak Periplus FX Senayan

Dibeli tanggal : 20 Februari 2016

Harga beli : Rp. 71.000,-

Dibaca tanggal : 28 Februari 2016

Lokasi baca : Tanjung Lesung

Sinopsis :
Private eye Matt Scudder is investigating a very unusual kidnapper. Big-time dope dealer Kenan Khoury is a wealthy man, and it comes as no surprise when his wife, Francine, is kidnapped and a ransom demanded. Kenan pays up and his wife is duly returned to him --- in small pieces, left in the boot of an abandoned car. 

Soon Scudder is on a trail of a pair of ruthlessly sadistic psycopaths whose insanely cruel games have only just begun...


Review :
Ini buku karya Lawrence Block pertama yang kubeli dan kubaca. Jujur saja, aku tertarik untuk membelinya hanya karena buku ini masuk bargain books Periplus, dan aku memang suka mengumpulkan buku dengan cover film. Padahal aku tidak tertarik untuk menonton versi filmnya, karena keburu bosan melihat Liam Neeson main film action dengan tema serupa tapi tidak sama dan karakter yang serupa tapi tidak sama pula.

Dan tema buku ini? Penculikan! Whoa... Taken alert!

Tapiiii... ternyata buku yang tidak sengaja kubawa buat bekal acara outbond kantor ini ternyata menarik, dan akhirnya habis kubaca dalam sekali duduk. Kenapa? It's very gripping, That's why.

Tokoh-tokohnya tidak biasa.

Tokoh utamanya, Matt Scuder, mantan polisi yang alih profesi menjadi detektif swasta tanpa lisensi. Dari serialnya, ini adalah buku kesepuluh. Latar belakangnya dan lingkungan pertemanannya dengan pihak-pihak yang kurang lazim membuatku bertanya-tanya dan penasaran dengan buku-buku sebelumnya. Sebagai mantan alkoholik, kadang-kadang ia bertemu dengan orang-orang tak biasa di pertemuan AA, dan dari sanalah ia tanpa sengaja terlibat dalam kasus ini...

Klien yang menyewa Matt Scuder, Kenan Khoury, juga bukan orang biasa. Sebagai bandar narkoba yang tak pernah tersentuh hukum, kasus penculikan/pembunuhan istrinya tidak bisa dilaporkan kepada polisi, hingga ia meminta bantuan Scuder, dengan tujuan yang jelas: membunuh mereka. Apa jawaban Scuder? Ya.

Wow.

Karakter dalam buku ini jelas lebih banyak abu-abunya daripada putih ataupun hitam. Apakah Scuder terlibat dalam kejahatan terencana dengan membantu Kenan melacak para penculik/pembunuh istrinya, dengan mengetahui apa yang akan terjadi pada para pelaku kejahatan itu seandainya mereka ditemukan?

Apakah Kenan yang berprinsip bahwa ia berjual beli narkoba dalam kuantitas besar sebagai pedagang murni, hanya sepanjang ada permintaan dan penjualan, tanpa benar-benar mengedarkan narkoba pada konsumen hilir, adalah penjahat kelas kakap? Pantaskah bila istrinya mati dalam keadaan terpotong-potong kecil untuk itu?

Penyelidikan Scuder membawanya kepada kenyataan bahwa para penculik/pembunuh itu telah beraksi sebelum kasus istri Kenan. Bedanya, sebelumnya mereka melakukannya untuk sekedar hobi dan bersenang-senang. Sekarang, mereka sengaja mengambil keuntungan komersial dari sana. Penculikan yang menghasilkan uang! Korbannya? Tentu saja para penjahat kerah putih yang tak mungkin melaporkan kasusnya ke polisi! Dan setelah uang diperoleh, tak usah menepati janji. Perkosaan, penyiksaan, pembunuhan, mutilasi, tetap jalan terus! Double bonus!

Tegangan semakin tinggi ketika para pelaku kembali melakukan penculikan, dan kali ini yang menjadi korban adalah anak gadis seorang mantan gangster Rusia. Berpacu dengan waktu, dengan bantuan mantan rekan di kepolisian dan teman-teman baru di dunia bawah tanah termasuk para hacker jaman awal 90-an (setting buku ini), Scudder harus segera menemukan para psikopat itu.

Ya. Tema cerita ini cukup lazim untuk cerita detektif/thriller.

Yang tidak lazim memang tokoh-tokohnya. Termasuk motivasi para pelakunya yang sama sekali tidak menganggap korbannya sebagai manusia begitu mereka masuk ke dalam wilayah kekuasaannya.

Dilema moralnya, apakah Scudder akan membiarkan kliennya membunuh para pelaku kejahatan? Atau sepanjang perbuatan mereka memang sepantasnya diganjar hukuman mati, siapa yang lebih pantas menjadi algojonya selain keluarga korban? Dan apakah sang klien benar-benar sanggup melakukan pembunuhan?

Pilihan dan keputusan yang diambil para tokoh di novel yang mencekam ini membuatku pada akhirnya berseru "Yes!" tanpa lagi memikirkan dilema moralnya.


Verdict:


No comments:

Post a Comment