Friday, January 29, 2016

The Chronicles of Ghazi, Seri #3

Judul : The Chronicles of Ghazi, Seri Ketiga

Subjudul : The Howling of Wolf, The Eyesight of Eagle

Penulis : Sayf Muhammad Isa & Felix Y. Siauw

Penerbit : Alfatih Press

Cetakan : I, Agustus 2015

ISBN : 978-602-719-861-6

Tebal : 359 halaman

Dibeli di : Gramedia Plaza Semanggi

Dibeli tanggal : 27 Januari 2016

Dibaca tanggal : 29 Januari 2016

Sinopsis :
Derap langkah para Ghazi berderap menuju satu cita-cita, penaklukan Konstantinopel. MUHAMMAD AL FATIH terus tumbuh dan mengumpulkan kekuatan untuk menuntaskan janji Rasulullah saw. itu. Dia mencari senjata terbaik, belajar memimpin, dan berguru kepada para ulama.

Di tempat lain, VLAD DRACULA tenggelam dalam dendamnya. Dia menghimpun kekuatan gelap yang menjadikannya kejam dan sadis lewat ritual-ritual mengerikan. Dia berguru kepada setan dengan darah dan kengerian. Dia akan menjadi lawan yang sepadan.


Komentar singkat :
Pertama, aku agak terganggu dengan pilihan kata "Derap langkah para Ghazi berderap" dari sinopsis di sampul belakang buku ini di atas. Mungkin akan lebih pas apabila ditulis "Langkah para Ghazi berderap"...

Anyway, buku ini kubeli pada belanja buku kedua-ku di tahun 2016. Tidak, judul ini sama sekali tidak ada dalam daftar belanja, yang seperti biasa cuma terdiri atas daftar komik terbitan KKG. Aku menemukan buku ini setelah berputar-putar keliling toko, hanya gara-gara rasanya aneh kalau hanya belanja buku komik tanpa didampingi buku nonkomik barang satu atau dua biji. Setelah cukup lama mencari buku yang kelihatan menarik terutama di rak nonfiksi, akhirnya aku melipir ke deretan buku agama, lantas menemukan buku ini.

Hm. Kalau melihat cetakannya, terbit Agustus 2015. Tapi kalau melihat label harga toko buku, tanggal masuknya 12 Desember 2015. Sebenarnya kapan sih buku ini mulai beredar? Kok aku tidak tahu sampai sekarang, ya? Kemungkinan besar sih  jawabannya memang akunya yang kudet, tidak pernah iseng-iseng mencari lanjutan serial ini, baik di toko buku offline maupun online.

Iya, aku membeli buku ini karena kagok sudah punya buku jilid pertama dan kedua. Dan iya, aku mengomentari buku ini di blog juga karena kagok sudah pernah mengomentari buku jilid pertama dan kedua. Ceritanya konsisten, gitu (padahal janji mereview lengkap serial Tintin dan Dresden Files tidak juga terpenuhi).

1. Cover
Setelah nuansa merah hitam di jilid pertama dan hijau hitam di jilid kedua, kali ini warna terpilih untuk cover jilid ketiga adalah biru-gradasi-ungu hitam. Pas benar kalau dikontraskan dengan warna emas pada judulnya. Ilustrasi covernya serupa tapi tidak sama dengan cover buku pertama. Mungkin copas demi menghemat energi. Atau mungkin juga upaya cocokologi dengan deskripsi derap langkah para Ghazi berderap.

2. Cerita
Sudah ada perkembangan dibandingkan prolog kepanjangan di jilid pertama dan sekilas info di jilid kedua. Setidaknya teaser Mehmed vs Vlad (yang ngotot minta dipanggil Dracula) di penghujung buku jilid kedua berlanjut. Perkelahian yang mengikuti penyulaan kucing Radu, adik Dracula, berakhir dengan hukuman cambuk bagi Dracula karena berani-beraninya melukai Mehmed. Mereka saling melukai sebenarnya, tapi karena Mehmed pangeran Turki, sebenarnya bisa saja Dracula dihukum mati, lantas cerita pun tamat sampai di sini. Konflik makin memanas ketika Radu ternyata lebih membela Mehmed dan mengucapkan dua kalimat syahadat di depan sang kakak. Dracula jelas pundung dan minggat tanpa ketahuan rimbanya.

Lantas, cerita Mehmed dan Dracula semasa remaja pun dituturkan terpisah. Dan karena sampai akhir buku jilid ketiga ini mereka masih tetap remaja, aku jadi agak curiga serial ini bakal panjaaaang banget kayak cerita silat. Dari sisi jalan ceritanya juga mengarah ke sana. Sementara Mehmed sibuk mencari pedang pusaka, sebagaimana layaknya para pendekar Kang-ouw mencari To-liong-to, Dracula sibuk berkelana mencari jatidiri, tertarik pada kuasa gelap, dan pada akhir buku ini beraksi seperti Liam Neeson di film The Grey.

Tentu saja, buku ini tidak cuma bercerita tentang Mehmed dan Vlad. Masih ada kisah perang Balkan di mana pasukan Turki Utsmani yang dipimpin langsung oleh Sultan Murad II melawan koalisi Kristendom. Masih ada pula intrik-intrik politik Ratu Barbara Celje dari Hungaria.

3. Akhir Kata
Bersambung, tentu saja. Setting novel ini masih jauh dari penaklukan Konstantinopel di tahun 1453. Kalau pembaca tidak sabar ingin segera sampai ke sana, gampang saja, tinggal baca buku Muhammad Al-Fatih 1453 yang juga ditulis Felix Y. Siauw dan juga diterbitkan oleh Alfatih Press.

Oh, iya, buku ini memperkenalkan tokoh baru bernama Zaghanos, anak pendeta Kristen ortodoks Yunani yang masuk Islam, yang di kemudian hari akan menjadi pasha atau komandan militer dan grand vizier pada saat Mehmed II berkuasa. Walau di sini ia masih remaja, ia sudah diramalkan (dan percaya) akan menaklukkan Konstantinopel bersama Mehmed.

By the way, waktu mencari gambar Zaghanos di internet, ketemunya malah gambar Zaghanos Pasha versi manga Shoukoku no Altair. Manga ini sudah diterbitkan oleh Level Comics tapi selama ini aku belum pernah tertarik untuk membeli dan membacanya. Jarang-jarang ada manga dengan setting Kekaisaran Turki. Hm, sepertinya boleh juga untuk ditengok...



No comments:

Post a Comment