My rating: 4 of 5 stars
Buku Roald Dahl yang satu ini memuat cerpen-cerpen Roald Dahl. Beberapa cerita terasa absurd, tapi hei, style-nya Roald Dahl kan memang begitu, tak usah dipikirkan masuk akal atau tidak, namanya juga dongeng :)
The Boy Who Talked with Animals berlokasi di Jamaika, berkisah tentang anak laki-laki delapan tahun yang menolong seekor penyu raksasa hasil tangkapan nelayan yang nasibnya hampir saja berakhir sebagai sup atau steak di restoran setempat. Keesokan harinya, anak itu lenyap dari kamar hotelnya. Belakangan ditengarai anak itu pergi ke laut dengan menunggangi sang penyu. Apakah dia akan mengalami nasib seperti Urashima Taro?
Sepertinya sih anak itu cuma bertekad melindungi si penyu supaya tidak ditangkap orang lagi. Selamanya.
The Hitchhiker berkisah tentang seorang penulis yang sedang mengendarai mobil BMW baru yang memberikan tumpangan pada orang tak dikenal. Gara-gara terpancing si pembonceng untuk membuktikan kecepatan mobil barunya, si penulis ngebut seratus dua puluh mil per jam. Tentu saja langsung dikejar dan ditilang polisi. Belakangan ketahuan, si pembonceng merupakan
The Mildenhall Treasure bersetting pada PD II, dan berkisah tentang seorang pembajak lahan yang menemukan peralatan makan zaman Romawi di lahan yang sedang digarapnya. Kalau menurut hukum Inggris, harta itu menjadi hak si penemu. Tapi saking polosnya, ia tidak tahu kalau ditipu rekan sesama pembajak yang ingin memiliki sendiri harta karun itu. Lalu, siapakah yang akhirnya yang beruntung?
The Swan berkisah tentang anak laki-laki yang gemar mengamati burung yang di-bully anak-anak lain yang berburu burung. Ia dipaksa memakai sayap yang dipotong dari seekor angsa, dan disuruh terbang dari atas pohon di bawah ancaman senapan. Bisakah ia terbang?
The Wonderful Story of Henry Sugar berkisah tentang seorang penjudi yang berhasil melatih diri untuk membaca nilai kartu dari belakang, berdasarkan informasi tentang seorang yogi yang bisa melihat dengan mata tertutup dan mati karena menyalahgunakan ilmunya. Apakah ia juga akan mati karena menang di setiap kasino yang dikunjunginya? Cerpen ini sedikit mengingatkanku pada buku nonfiksi Bringing Down the House-nya Ben Mezrich.
Meski sama-sama merampok kasino, para mahasiswa MIT di situ tidak membaca kartu secara harfiah seperti Henry Sugar, tapi menghitung kartu (yang jelas sama susahnya).
Lucky Break alias How I Became a Writer merupakan kisah nyata Roald Dahl sendiri mengenai jalan masuknya menjadi seorang penulis, yang sama sekali bukan cita-citanya waktu kecil, sebagaimana tercatat dalam laporan akhir semesternya di sekolah untuk English Composition. Pada bulan Januari 1942, ia dikirim ke Washington sebagai asisten atase Inggris dan tak sengaja bertemu dengan C.S. Forester di Kedutaan Inggris. Karena tahu Dahl mantan pilot, C.S. Forester menawari Dahl untuk menceritakan petualangannya yang paling menarik, untuk bahan tulisannya di Saturday Evening Post. Dahl setuju untuk menulis dan mengirimkan pengalamannya, agar C.S. Forester dapat menulisnya ulang dengan lebih baik. Ndilalah, C.S. Forester terkesan dengan tulisan Dahl dan tidak mau menulis ulang, malah langsung mengirimnya ke surat kabar. God works in mysterious way.
A Piece of Cake adalah... cerita nonfiksi pertama Roald Dahl yang dikirim ke C.S. Forrester itu tadi!
P.S. Di Lucky Break, Roald Dahl menyisipkan tips dan trick untuk menjadi penulis fiksi yang baik.
Happy reading and writing, ladies and gentlemen!
View all my reviews
ahh..krmn sudah pegang-pegang buku ini, berhubung masih lmyn mahal, jadiny kuletakkan lagi >,< (nungguin sale di peri hehe)
ReplyDeleteIya, aku juga belinya nggak sengaja, pas lagi iseng lihat-lihat buku impor di Gramedia GI. Nggak pake diskon ;(
Delete