My rating: 4 of 5 stars
Wow, buku ini memberikan gambaran cukup detail dan meyakinkan seperti apa hidup kita apabila menjadi buku pertama yang diciptakan di dunia, bersamaan dengan penciptaan manusia, dan dengan bahan bahan baku yang sama pula.
Berkembang seiring dengan perkembangan teknologi tulisan manusia, Booko (nama yang diberikan oleh tokoh utama buku ini) pada awalnya berupa buku yang terbuat dari segumpal tanah liat, tapi perputaran sejarah manusia membuatnya selalu bereinkarnasi menjadi buku dalam berbagai bentuknya sesuai zamannya. Ketika versi tanahnya bercampur dengan rawa-rawa yang menumbuhkan papirus, gulungan kertas yang berasal dari papirus pun menjadi tempat jiwanya bersemayam. Ketika wujud kertasnya dimakan sapi, jiwanya pun berpindah ke buku dalam bentuk perkamen yang terbuat dari kulit anak-anak dari sapi itu.
Menyimpan pengetahuan dan kisah manusia dari seluruh dunia, Booko layaknya ebook dengan memori multizillionbyte yang bisa menampilkan cerita apapun yang ingin kita baca, atau cerita yang ingin diberikannya pada kita. Apapun. Tak perlu punya perpustakaan yang penuh sesak dengan buku apabila kau memiliki Booko. Hemat tempat dan energi, banget. Dan kalau kebetulan kau menderita dyslexia dan mengalami kesulitan untuk membaca, Booko bisa berbuat lebih: membacakan cerita untukmu, apapun yang menarik buatmu, dari biografinya sendiri sampai novel James Bond, Artemis Fowl, sampai Harry Potter. Apapun itu. Selain multifungsi jadi audiobook, ternyata Booko juga bisa diajak bicara.Dan karena interaktif, Booko sudah bukan buku atau audiobook player lagi, tapi semacam makhluk hidup, dan bisa menjadi teman...
Buku ini bercerita tentang petualangan Lee Raven, pencopet cilik penderita dyslexia, yang tanpa sengaja mencuri sebuah buku ajaib yang diburu banyak orang, bersahabat dengan sang buku, bahkan bersedia melakukan apa saja untuk menyelamatkan buku itu dari tangan orang-orang serakah yang hanya ingin mencari keuntungan dari keajaiban sang buku.
Hm... andaikan semua buku memang punya jiwa, apakah ketika aku tertidur, buku-bukuku bertransformasi, hidup, mengobrol, dan bermain seperti para mainan di film Toy Story? Lalu, bagaimana kalau aku tiba-tiba terbangun dan memergoki mereka sedang asyik kongkow di sudut kamar sambil cekikikan? Apakah mereka akan tiba-tiba terpaku dalam keheningan? Atau mereka akan mencoba menghipnotisku dengan kalimat Kau tidak melihat apa-apa, ini semua hanyalah mimpi? Atau malah mengambil kesempatan itu untuk menguliahiku dengan emosi jiwa, Kebetulan, kami sudah lama ingin menanyakan ini. Begini ya, enak saja kau terus menimbun kami di sudut kamar sempit begini, niat baca apa nggak sih?
Kalau kayak gini mah, ceuyeum atuh... |
View all my reviews
No comments:
Post a Comment