Setelah penantian yang terasa begitu lama, akhirnya kesampaian juga nonton film yang satu ini.
Lokasi : Cinemaxx Plaza Semanggi
Hari / Tanggal : Rabu / 10 Februari 2016
Jam Tayang : 06:45 PM
Harga Tiket : Rp. 30.000,-
Studio : 3
Kursi : F - 14
Trailer (sesuai urutan) :
- Batman vs Superman : Dawn of Justice
- X-Men : Apocalypse
- Captain America : Civil War
Seperti label posting ini, ini bukan review, tapi sekedar curcol setelah menonton versi
live-action alias adaptasi film dari komik
Deadpool. Seperti biasa, pertanyaan sejuta umat dari setiap film hasil adaptasi novel/komik: seberapa setia pada versi aslinya?
Pertama-tama, kudos untuk Ryan Reynolds cs yang sudah berjuang keras bertahun-tahun untuk mewujudkan film Deadpool dengan hasil yang setia, atau setidaknya mendekati, versi komiknya. Bagaimanapun, tetap saja ada deviasi yang sepertinya disengaja demi plot cerita.
Eh, tunggu, memang ada plot-nya?
Ada sih, tapi jujur saja, plotnya sangat sederhana.
Origin story standar yang ada sekedar untuk menjustifikasi aksi Deadpool.
Boy meets girl. Wade Wilson, mantan tentara special force yang jadi mercenary, bertemu dengan Vanessa, love of his life. Tragedi memisahkan mereka: Wade menderita kanker. Demi Vanessa, diam-diam Wade mengikuti program eksperimen yang konon selain bisa menyembuhkan kanker juga mungkin bisa memberinya kekuatan superhero. Tapi program itu ternyata bertujuan untuk membentuk superslave yang akan dijual ke penawar tertinggi. Wade lolos, sembuh dari kanker karena kekuatan super yang diperoleh dari eksperimen, namun penampilannya hancur. Ia pun mencari biang kerok program itu, Ajax, untuk membalas dendam dan mengembalikan wujud aslinya.
Ringkasan plot ini bukan spoiler, kok, karena siapapun yang pernah menonton trailernya pasti minimal tahu garis besarnya.
Berikutnya, seperti halnya kalau kita menonton film (adaptasi ataupun bukan), ada saja
up dan
down-nya.
Here we go...
The Ups
1. The Humor
Humornya khas
spoof movie banget, dan sudah dimulai sejak menit pertama
opening credit. Kita tidak bakal disuguhi nama-nama pemain, produser, atau penulis naskah sama sekali. Buat yang biasa melihat video "
honest trailer" di
youtube mungkin bisa kebayang modelnya seperti apa. Selanjutnya, hampir setiap menit ada saja joke-nya, baik verbal maupun nonverbal, yang bisa jadi lucu, garing, atau tidak lucu, tergantung selera humor penonton. Kebanyakan
verbal jokes keluar dari mulut Wade Wilson/Deadpool, membuat Ryan Reynolds kebagian paling banyak dialog. Wajar saja sih, karena Deadpool terkenal sebagai...
2. The Merc with a Mouth
Bahkan sebelum jadi Deadpool sekalipun, tokoh utamanya sudah cerewet, bikin orang gatal ingin menyumpal mulutnya, atau menjahit mulutnya (
deja vu!!!). Thank God tragedi
X-Men Origins; Wolverine tidak diulang di sini. Dan sesuai karakter Deadpool di komik yang sadar betul kalau dia cuma tokoh komik, di film pun dia sadar betul kalau cuma tokoh film, karena dia tetap...
3. Breaking the Fourth Wall
Bicara langsung pada penonton?
Check. Menggeser kamera supaya penonton tidak melihat adegan berdarah-darah?
Check. Menyindir peran sendiri di film
Green Lantern dan
X-Men Origins: Wolverine?
Check. Mempertanyakan Professor Xavier mana yang harus dihadapinya: McAvoy atau Stewart?
Check. Menyindir studio yang pelit karena cuma bisa menyediakan 2 orang anggota X-Men?
Check.
And
many more. Tak lupa Deadpool juga selalu menyelipkan...
4. Pop Culture Reference
This. Bertebaran di mana-mana. Kadang ada yang kutahu, kadang ada yang aku nggak tahu Deadpool (atau tokoh lain) lagi ngomongin apa. Maklum, bisa jadi akunya yang kudet. Terus, kalau kebetulan aku tahu referensi yang dicetusin Deadpool, eh si Negasonic Teenage Warhead (satu dari 2 karakter X-Men yang dipinjamkan untuk film ini) malah ngomong, "
Damn, you're old." Wadaw, ceceu, sakitnya tuh di siniiih... m(>.<)m
5. Do not take it seriously
90% film ini tidak ada serius-seriusnya. Kalaupun situasi kelihatan mulai agak serius, biasanya Deadpool sendiri yang bikin situasi serius menjadi 100% tidak serius dengan segala tingkah yang sinting dan kadang-kadang bego. Bahkan saat adegan gore di mana Deadpool sibuk membantai lawan dalam misi "Where's Francis"-nya.
6. Other Characters
Bukan, bukan mau ngomongin cameo Stan Lee, tapi para karakter yang cukup rajin wara-wiri di sekitar Deadpool dalam versi komik, dimunculkan juga dalam versi film. Blind Al, yang aslinya "tawanan" Deadpool, di versi film menjadi
roommate sukarela (kayaknya sih) berkat bantuan Craiglist (atau gara-gara ketemu di laundry, ya?
I confused). Atau Weasel, yang di sini jadi sohib Deadpool. Atau Bob, si anggota pasukan H.Y.D.R.A. yang kadang diakui Deadpool sebagai teman, di sini numpang lewat sebagai mantan rekan
Special Force Deadpool yang bekerja di pihak lawan. Aku mengharapkan munculnya Cable atau Domino. Well, mungkin lain kali.
7. The Romance
Film ini dirilis menjelang Hari Valentine dan digadang-gadang sebagai film
romance, sebagaimana dipasarkan lewat poster semacam ini:
Dan... terlepas dari jalan cerita yang cukup berbeda dari versi komiknya, kisah cinta Wade dan Vanessa versi film memang co cweet, gitu. Penonton dibuat cukup peduli pada kelangsungan cinta mereka. Dan juga cukup peduli pada Deadpool yang kuatir kalau penampilan barunya yang cocok untuk main film horor bisa bikin Vanessa takut dan kabur, sehingga memilih tidak ketemu sama sekali.
8. The Ending Credit
Hilarious. Breaking the fourth wall, definitely. Dan sepertinya cukup optimis dengan hasil film ini ke depannya, untuk memberikan harapan pada penonton bahwa sekuelnya bakal dibikin. Sepertinya lho.
The Downs
1. The Censored Scenes
Begitu melihat LSI mengkategorikan film yang aslinya berating 'R' ini sebagai 17 Tahun Ke Atas, aku yakin bakal banyak adegan yang disensor. Masalahnya, waktu minggu lalu aku menonton
The Hateful Eight yang digolongkan 21 Tahun Ke Atas saja, masih ada saja adegan yang kena babat gunting sensor. Yang hilang tentu saja adegan
sex montage sepanjang tahun antara Wade-Vanessa. Atau adegan-adegan pembantaian Deadpool baik yang menggunakan pistol kaliber berat maupun katana. Beuh, padahal adegan film
The Raid 2 yang lebih sadis saja tidak dipotong. Pilih kasih, ah.
Buat ibu-ibu di Amrik yang sempat meminta agar rating Deadpool diturunkan dari R ke PG13 dengan menghilangkan adegan seksnya, supaya anaknya bisa ikut nonton film ini, datang ke Indonesia saja, gih. Paling-paling yang bakal bikin terganggu adalah...
2. The Subtitles
Subtitle-nya cukup mengganggu. Terutama kalau terjemahannya tidak pas atau jauh ke mana-mana. Atau kalau terjemahannya pakai istilah KBBI yang jarang digunakan. Kata "merancap" misalnya... aku lebih biasa mendengar istilah "onani" atau "masturbasi" sih. Mungkin maksud semua itu untuk memperhalus terjemahan? Sepanjang film, aku berusaha keras untuk tidak memperhatikan teks terjemahan.
Hm... tidak banyak sih yang bikin down. Dan itu bisa terselesaikan kalau versi Blue-Ray nya sudah rilis nanti, toh film ini
worth to re-watch meskipun kejutan-kejutannya bakal tidak terasa baru lagi.
Other Nitpicks
Tapi masih ada
nitpick yang tidak penting sih, misalnya saja tentang Deadpool yang sudah sembuh kankernya berkat kemampuan regenerasi tapi tampangnya hancur gara-gara eksperimen. Versi aslinya sih, justru yang bikin penampilan Deadpool parah adalah kankernya yang sudah menyebar ke seluruh tubuh. Masalahnya, kankernya bersaing ketat dengan kemampuan regenerasinya yang diperoleh dari gen Wolverine via Program Weapon X, sehingga kondisi Deadpool bagaikan kanker berjalan.
Atau tentang Deadpool yang mengaku bukan hero, bahkan malas banget dipaksa-paksa Colossus buat bergabung dengan X-Men. Iya sih, kelakuannya yang tidak bisa dipegang membuat Deadpool tidak bisa dianggap hero, tapi kalau dilihat dari versi komiknya, yang jelas kelihatan sih Deadpool sebenarnya ingin diakui oleh para hero lain, sehingga ia kepingin bergabung dengan kelompok X-Men, bahkan ngidam berat kepingin jadi anggota Avengers. Malah para anggota X-Men dan Avengers yang keberatan kalau Deadpool mengaku-ngaku sebagai anggota, atau malah beneran jadi anggota (sementara sekalipun). Kenapa? Karena Deadpool selalu bikin rusuh dan merusak nama baik kelompok, tentunya, gara-gara tingkahnya yang tidak memenuhi standar keheroan.
Gerundelan lainnya adalah keterbatasan ruang gerak Deadpool di dunia Marvel. Gara-gara hak cipta, Deadpool saat ini hanya bisa bergerak di universe X-Men (itu pun terbatas, karena sepertinya dia tidak bakal numpang lewat di
X-Men Apocalypse). Deadpool lebih
hilarious apabila dipasangkan dengan para hero lainnya, termasuk hero yang ada di
Marvel Cinematic Universe, seperti Avengers (terutama Spidey dan Wolvie), Daredevil, Luke Cage, Iron Fist, dan lain-lain.
Simply, karena keberadaannya mengganggu ketenangan lahir batin semua orang yang berinteraksi dengannya :))
Yah, boleh kan berharap kalau suatu hari nanti
crossover Marvel pada media film bisa dibuat sesukanya sebagaimana pada media komik, tanpa peduli hak cipta filmnya dipegang siapa. Seperti Spidey, yang hak ciptanya masih dipegang Sony, bisa muncul di film
Captain America: Civil War, misalnya.
Yang jelas, mungkin terlalu jauh kalau kita berharap bisa melihat Deadpool di-
crossover dengan karakter DC, seperti Batman...