Tuesday, November 20, 2012

Fall For Dresden, Part 1

Storm Front (The Dresden Files, #1)Storm Front by Jim Butcher
My rating: 5 of 5 stars


Sambil menunggu terbitnya Cold Days, buku ke-14 Dresden Files, aku berniat membaca ulang serial ini mulai dari buku pertama:


Tapi kalau dibilang membaca sepertinya kurang pas juga ya, karena untuk mendapat suasana baru, kali ini aku mendengarkan bukunya dibacakan oleh James Masters. Jreng jeng... mendengar suaranya jadi membayangkan kalau Harry Dresden, boga lakon Dresden Files, bertampang seperti ini :

Spike Dresden, blasting rod, and Bob
Yah, imejnya beda banget dengan Harry Dresden yang berambut gelap di cover setiap jilid serialnya, tapi minimal kostum favoritnya sama, black duster alias jaket kulit panjang warna hitam. Gaya busana ala koboi spageti itu sepertinya dianggap fashionable di dunia supranatural, mengingat gerombolan Black Dagger Brotherhood juga mengadopsinya sebagai seragam kerja.

Anyway, meskipun aku sudah pernah mereview buku ini di mari:
http://threezstacks.blogspot.com/2012/01/dresden-wizard-not-city.html
tidak ada salahnya kalau aku mereview ulang, secara lebih lengkap, hanya untuk menegaskan kenapa serial ini menjadi salah satu serial favoritku, dan ratingnya di-upgrade dari 4 ke 5.

Pada bab pertama novel ini, beginilah tokoh utamanya memperkenalkan diri:

My name is Harry Blackstone Copperfield Dresden. Conjure by it at your own risk. I'm a wizard. I work out of an office in midtown Chicago. As far as I know, I'm the only openly practicing professional wizard in the country. You can find me in the yellow pages, under Wizards. Believe it or not, I'm the only one there.

[Cuma ada satu penyihir yang pasang iklan di halaman kuning? Lebih hebat Indonesia dong, dukun dan paranormal ramai-ramai beriklan di koran kuning *bangga nggak jelas*]

Buat mereka yang pertama baca serial ini, pasti bertanya-tanya, kok nama tokoh utamanya Harry sih, sama dengan nama penyihir remaja di lapak sebelah? Ih, nggak kreatif ah! Eits, jangan salah, rupanya nama Harry cukup populer di dunia per-magic-an. Konon, ayah Harry Dresden, yang seorang pesulap, menamai anaknya berdasarkan nama tiga magician Amrik: Harry Houdini, Harry Blackstone, dan David Copperfield. Entah maruk, bingung, atau memang berharap sang anak bakal meneruskan profesinya.


Menurut Jim Butcher, dunia  Dresden merupakan hasil persilangan antara serial detektif noir tahun 1940-an Philip Marlowe dan dunia Buffy the Vampire Slayer. Selain itu, juga mendapat pengaruh juga dari serial Anita Blake: Vampire Hunter dan serial novel Han Solo.

Oh, well, karena ternyata dari referensi di atas aku baru baca/nonton BTVS dan nonton Star Wars Episode IV - VI (belum sempat baca novel khusus Han Solo), biarlah aku membedah karakter Harry Dresden berdasarkan tiga karakter dari referensi bacaan/tontonan lain yang juga menjadi favoritku:


Dr. Henry Walton Jones, Jr aka Indiana Jones

Ryo Saeba aka City Hunter
Vash the Stampede aka Humanoid Typhoon
Jadi, apa saja kemiripan Harry Dresden dengan tiga karakter di atas?

  1. Hebat di bidangnya. Tapi tetap manusia biasa yang dapat terluka dalam menunaikan misinya. Untuk pameran bekas luka, mungkin Harry bisa bersaing dengan Vash.
  2. Selera humor yang tidak hilang dalam situasi genting sekalipun. Daya observasi yang tinggi disertai one-liner dan punch-line bertebaran di mana-mana, membuat Harry pantas beralih profesi menjadi stand-up comedian.
  3. Masa lalu yang kelam. Nasib Harry dan Ryo kurang lebih mirip: yatim piatu sejak kecil, mendapat ayah angkat yang mengasah bakat mereka, lantas membunuh sang ayah angkat yang ingin menyalahgunakan mereka demi kepentingan pribadi...
  4. Jaket (dan topi, khusus Indy) yang jadi trade mark. Mirip dengan jaket hijau buluk Ryo yang berlapis kevlar dan serbaguna, jaket tua Harry juga anti peluru (dan sihir) dan sakunya bisa memuat apa saja.
  5. Punya pistol revolver andalan. Meskipun punya sihir, pistol (model jadul sekalipun) tetap praktis untuk menghabisi musuh. 
  6. Pecinta wanita. Harry hanya laki-laki biasa, jadi wajar kalau mudah tertarik dan lemah pada wanita cantik. Harry lebih mirip Indy daripada Ryo yang over-pervert-always-mokkori.
  7. Kurang sukses dalam percintaan. Boleh dibilang Harry jomblo kronis, kecuali di satu-dua jilid. Indy/Ryo harus menunggu sampai jilid terakhir sampai punya hubungan permanen. Mudah-mudahan Jim Butcher akhirnya kasihan dan mau mengubah nasib Harry...
  8. Tak putus dirundung malang. Kesialan bertubi-tubi tokoh utama memang menjadi penggerak plot yang andal. Di novel ini, Harry malah diserang demon waktu sedang mandi dan keramas, jadi terpaksa bertempur dalam keadaan telanjang. Kayaknya Ryo Saeba juga pernah deh... *ingat-ingat*
  9. Musuh perusahaan asuransi. Harry dengan sihir apinya nyaris jadi tukang bakar bangunan di setiap jilid, setipe dengan Vash si Humanoid Typhoon yang menghancurkan kota di setiap episode.
  10. Kayaknya masih ada yang lain, tapi nanti saja ditambahkan kalau sudah terpikirkan lagi.
Kembali ke novel pertama Dresden Files ini, terus terang saja waktu pertama kali baca bulan April 2010, meskipun suka dan memberi rating 4 dari 5, aku menganggapnya sebagai novel lepas. Tidak begitu tertarik untuk membaca lanjutannya. Sebelum bulan November tahun ini, aku baru baca sampai jilid 3. Tapi karena ingin membaca beberapa buku Dresden yang kubeli waktu IRF 2011 (jilid 5, 8, dan 9), akhirnya aku mulai baca lagi dari jilid 4 dan... hooked. Entah karena teknik penulisan Jim Butcher sudah semakin terasah di jilid-jilid lanjutan ini, atau entah karena sudah takdirnya, aku tidak bisa berhenti baca sampai jilid 13 (iya, iya, aku ngaku masih diselang-seling komik dan buku lain kok, tapi teteup weh...) .  
 
Novel Storm Front memperkenalkan kita pada naratornya, Harry Dresden. Tidak seperti cerita silat (atau cerita sihir) pada umumnya yang menceritakan asal mula tokoh utama berkenalan dengan ilmu atau kekuatannya, kita langsung dipertemukan dengan Harry Dresden dewasa, wizard berlisensi detektif swasta, sebagaimana iklannya di halaman kuning:

HARRY DRESDEN—WIZARD
Lost Items Found. Paranormal Investigations.
Consulting. Advice. Reasonable Rates.
No Love Potions, Endless Purses, Parties, or Other
Entertainment

Sebagai detektif penyihir, atau penyihir detektif dengan tarif lima puluh dolar per jam, Harry selalu terancam bokek, karena jarang mendapat klien. Sebagian besar tagihannya dibayar dari jasa konsultan untuk Special Investigation Chicago PD, tim yang menangani kasus-kasus buangan yang tak dapat diterima akal sehat seperti X-Filesnya Mulder dan Scully. Itu pun sepertinya cuma Letnan Karrin Murphy, pemimpin SI, yang percaya kalau Harry memang wizard betulan.

Ada dua kasus yang ditangani Harry di sini, yaitu kasus Monica Sells yang meminta bantuan Harry untuk mencari suaminya yang hilang, dan kasus pembunuhan dengan black magic yang diselidiki oleh SI. Dalam perkembangannya, Harry harus berpacu dengan waktu, karena beberapa hal: polisi mencurigainya sebagai pelaku pembunuhan (karena dia penyihir, tentu saja), White Council (terjemahan: Asosiasi Penyihir Dunia, mungkin?) mencurigainya melanggar Hukum Sihir karena melakukan pembunuhan dengan sihir (Harry punya sejarah membunuh guru/ayah angkatnya dengan sihir), si pelaku mengincar nyawanya karena Harry ikut campur urusannya. Pada akhirnya dua kasus Harry yang seolah lain jurusan itu ternyata bertemu di Terminal Leuwipanjang... eh, maksudnya ternyata saling berkaitan.

Konflik dan misteri yang dibangun pada novel pertama ini masih sederhana (dan mudah ditebak sebenarnya), dibandingkan novel-novel lanjutannya yang lebih njelimet dan bikin geregetan. Kalau ada kuliahnya, mungkin judul novelnya bisa diganti jadi Dresden Files: Sebuah Pengantar atau Dasar-Dasar Dresden Files, karena novel ini memang baru menghidangkan appetizer dari dunia Dresden Files, yang akan semakin berkembang, kompleks dan advance di jilid-jilid berikutnya. Kita diperkenalkan pada karakter-karakter unik yang akan menjadi karakter tetap di masa yang akan datang, seperti :
  • Karrin Murphy, partner tetap Harry di kepolisian;
  • Susan Rodriguez, wartawan koran kuning yang aktif memburu Harry demi mendapat berita;
  • Johnny Marcone, kingpin Chicago yang bakal menjadi musuh/rekan tetap Harry;
  • Bob, spirit udara yang tinggal dalam tengkorak dan berfungsi sebagai "komputer" Harry (karena penyihir sangat tidak kompatibel dengan alat elektronik apapun), pervert kronis, dan penggemar novel erotika;
  • Bianca, vampir pemilik Velvet Room yang akan mempengaruhi nasib Harry dan White Council di masa depan;
  • McAnally, pemilik pub untuk komunitas supranatural yang cuma bicara seperlunya (baca: sepatah dua patah kata saja)
  • Morgan, salah satu Warden dari White Council (semacam polisi sihir atau Auror kalau di dunia Harry Potter) yang menjadi parole officer Harry dan siap mengeksekusi Harry seandainya melanggar Hukum Sihir satu kali saja;
  • Toot-toot, peri rendahan yang bisa disogok dengan pizza untuk membantu penyelidikan Harry;
  • Mister, kucing peliharaan Harry dengan berat 15 kilogram yang menganggap dirinya tuan rumah sementara Harry cuma numpang;
Percayalah, karakter-karakter lain yang bakal berperan penting akan terus dan terus bertambah di jilid-jilid berikutnya. Meleng sedikit saja, bisa tersesat selamanya di rimba belantara. Untunglah, kebiasaan baca cersil Kho Ping Hoo (dengan serial yang bisa mengisahkan lebih dari tujuh turunan) waktu kecil ternyata sangat berguna untuk menghafal karakter yang berjibun banyaknya. 

IMHO, novel-novel Dresden Files highly recommended buat penggemar Urban Fantasy. Tapi bagi penggemar paranormal romance, khususnya yang sengaja mencari adegan hot, mungkin akan kecewa. Kenapa? Ya karena itu tadi, Harry jomblo kronis :) Adegan hot yang konsisten di setiap jilid Dresden Files adalah bila Harry melancarkan sihir api yang bisa berbuntut kebakaran. Meskipun ada beberapa adegan lust or love yang tersebar di beberapa jilid dan bisa jadi lintas spesies/entity, bukan itu yang menjadi daya tarik Dresden Files. Kalau tetap penasaran dengan kemampuan Harry di bidang selain sihir, mungkin bisa dicari di fanfic-nya saja *pengalaman pribadi*, atau bikin fanfic sendiri :P

By the way busway, jadi penasaran. Mengingat lawan Harry di novel ini adalah pelaku black magic yang membunuh orang lain dari jarak jauh (dengan suplai energi dari badai, kalau-kalau ada yang bertanya kenapa judulnya Storm Front), dan mengingat di Indonesia yang namanya black magic dan santet sudah dianggap bagian dari budaya (di Surabaya sampai ada Museum Santet segala), apakah di dunia Dresden Files ada Warden yang bertugas di Indonesia, yang mengawasi (dan mengeksekusi di tempat) para pelaku santet?

Yah, kalau memang tidak ada Warden yang cukup tangguh di Indonesia, mungkin kita bisa memanggil wizard andalan Chicago. Seperti pesan sponsor Harry Dresden di paragraf terakhir novel ini: 

My name is Harry Blackstone Copperfield Dresden. Conjure by it at your own risk. When things get strange, when what goes bump in the night flicks on the lights, when no one else can help you, give me a call. I’m in the book.



View all my reviews

No comments:

Post a Comment