Gandamayu by Putu Fajar Arcana
My rating: 3 of 5 stars
Dalam rangka turut meramaikan posting bareng BBI edisi November 2012 dengan tema KLA 2012, aku memilih buku ini untuk bahan review. Tadinya sih mau posting review Gadis Kretek-nya Ratih Kumala atau kumcer Seekor Anjing Mati di Bala Murghab-nya Linda Christanty yang sudah kubaca Oktober lalu, tapi ada daya bukunya sudah terkirim ke Cirebon. Jadilah aku beli novel ini di IBF 2012 kemarin, mumpung Penerbit Kompas menjual secara paket dengan Tantri-nya Cok Sawitri dan Perang Makassar 1669-nya S.M. Noor, dengan korting yang lumayan daripada cuma beli satu novel #Korban Taktik Dagang
Berdasarkan prolog dari N. Riantiarno di awal novel ini, salah satu keistimewaan novel ini adalah tafsir bahwa seorang dewi pun merasa dominasi pria sulit dibantah, dan dia berada di bawah bayang-bayang suami. Bahwa perempuan ternyata sulit "menjadi" apalagi "memiliki" dirinya sendiri. Ini sebuah gugatan yang simpatik dan inspiratif bagi peta peranan perempuan.
Yah, kalau aku mungkin tidak akan membahas dari sisi feminisme, kartinisme ataupun cosmopolitanisme. Karena sepertinya bakal jadi review suka-suka seperti biasa, mudah-mudahan tak ada dewa-dewi yang tersinggung, lantas mengutuk, sehingga aku baru bisa diruwat setelah menjalani masa hukuman 12 tahun... :)
Latar belakang cerita Gandamayu ini adalah kisah Dewi Uma yang dipermainkan oleh nasib, atau lebih tepatnya sih dipermainkan oleh sang suami yang kurang kerjaan. Mungkin karena di jaman dewa-dewa dulu belum ada televisi, internet, ataupun playstation, Dewa Siwa pun iseng-iseng menguji kesetiaan istrinya dengan pura-pura sakit keras, lalu meminta dicarikan obat berupa susu dari sapi putih yang sedang menghasilkan ASI ekslusif. Dewi Uma yang patuh dan mungkin agak-agak bego (Mikir dong, mikir...! Logikanya di mana kalau Dewa Siwa bisa sakit keras? Dewa gitu lo! Atau... mungkin Dewa Siwa sebenarnya cuma alien dari Planet Krypton terus nggak sengaja menelan Kryptonite, yang hanya bisa dilarutkan dengan susu ajaib?) dengan senang hati turun ke bumi, mumpung traveling ke dunia bawah memang sudah lama masuk wishlist-nya.
Tanpa setahu Dewi Uma, Dewa Siwa lantas menyamar jadi gembala seekor sapi putih yang sedang menyusui (aslinya sih sapi hitam, tapi disulap jadi putih, mungkin dengan produk bleaching keluaran terbaru). Ternyata ia harus menunggu agak lama karena Dewi Uma nyasar ke mana-mana. Baru setelah sepuluh kali menyanyikan lagu "Aku Anak Gembala"-nya Tasya, akhirnya datang deh Dewi Uma untuk meminta susu sapi darinya. Setelah mencoba membarter segelas susu sapi dengan permata tapi gagal, lantas menawar untuk membelinya saja, Dewi Uma baru sadar kalau tidak bawa uang karena terburu-buru berangkat dari Kahyangan. Saking paniknya, waktu si gembala sapi dengan kurang ajar minta barter susu sapi dengan bobo-bobo lucu, meski awalnya sempat marah, Dewi Uma pun akhirnya setuju. Apapun boleh dilakukan demi memperoleh obat bagi sang suami... (herannya, kok tidak cari sapi putih menyusui lain saja, masa sih di dunia yang luas ini cuma ada seekor sapi putih? Siapa tahu gembala lain tidak semesum gembala jelmaan Dewa Siwa).
Akhirnya sudah tertebak. Dewi Uma tidak lolos Uji Kompetensi Istri Dewa Level 1. Setia sih setia, tapi Kahyangan Core Value yang paling penting adalah Integritas. Sekali lagi, Integritas! Maunya mungkin loyal pada atasan, ABS, tapi kalau caranya dengan jilat sana jilat sini (no pun intended) dan selingkuh... ya BIG NO NO! Selingkuhnya sama gembala yang namanya saja tidak tahu pula! Please deh. Minimal tanya dulu namanya siapa kek, terus tukar kartu nama, alamat email, atau akun twitter gitu. Siapa tahu mau janjian lagi kapan-kapan kalau ada yang butuh susu lagi (pun intended).
Jadi, meskipun si selingkuhan sebenarnya diri sendiri (gimana kalau dewa atau orang lain, coba? Etapi kalau menurut versi mbak wiki sih Dewi Uma selingkuhnya dengan Dewa Brahma), Dewa Siwa pun mengutuk Dewi Uma sebagai Durga dan menjadi penguasa Setra Gandamayu (dari sinilah judul novel berasal), yang kalau di mitologi Yunani semacam daerah kekuasaannya Hades. Tring! Dewi Uma pun menjadi makhluk menyeramkan, dan baru bisa kembali seperti semula dua belas tahun lagi, setelah diruwat oleh putra bungsu Pandu bernama Sahadewa.
Nah, itu baru latar belakang ceritanya, karena cerita novel sebenarnya diangkat dari Kakawin Sudamala, karya sastra berbahasa Jawa Kuna peninggalan Kerajaan Majapahit, dan tokoh utamanya memang Sahadewa (atau kita sebut Sadewa saja, karena sungguh membuatku yang tidak terbiasa merasa nama itu terdiri dari pertanyaan dan jawaban dalam bahasa Sunda... Saha? Dewa...).
Terus terang, sepanjang sejarahku baca cerita wayang Mahabharata (yang terutama didominasi komik R.A. Kosasih, Yan Mintaraga atau Teguh Santosa), meskipun tahu Sadewa salah satu anggota Pandawa Lima, sama sekali tidak ada cerita maupun aksi tentang dia atau saudara kembarnya Nakula yang nempel di ingatan. Apa sih yang mereka lakukan selain jadi pelengkap penggembira atau pelengkap penderita grup Pandawa? Yang ngikut saja ke mana pun ketiga saudara mereka (yang lebih beken) pergi? Posisi Sadewa dan Nakula di Pandawa V boleh dibilang mirip-mirip Ippei Mine dan Megumi Oka di Voltus V, yang cuma pelengkap bagi kakak beradik Go, Kenichi-Daijiro-Hiyoshi (buat yang nggak sengaja baca sejauh ini dan lost in confusion, selamat, ternyata Anda tidak tergolong kaum jaduler ;P).
Singkat cerita, di tengah huru-hara perang Kurusetra, Sadewa diseret ke Setra Gandamayu, untuk dijadikan tumbal Dewi Durga demi kemenangan Pandawa. Maksudnya sih supaya Sadewa bisa meruwat Dewi Durga kembali jadi Dewi Uma karena sudah 12 tahun berlalu sejak ujian bodoh yang membuat Dewi Uma kena kutuk. Tapi tak dinyana, bukannya Sadewa tidak mau meruwat, tapi ia memang tidak punya kemampuan untuk meruwat. Durga pun mengangkat parang untuk menebas leher Sadewa. Di waktu sepersekian detik itu (yang rupanya lumayan lama untuk level dewa), Dewa Naradha melihat kejadiannya, lantas terbang ke Kahyangan, kongkow dulu dengan Dewa Aswino dan Dewa Mahadewa (nama ini redundant atau gimana sih?) yang ternyata tidak bisa memberikan solusi, lantas akhirnya mereka bertiga sepakat untuk melapor pada Dewa Siwa, yang kebetulan sedang memimpin sidang rapat para dewa, membahas gonjang-ganjing di kahyangan gegara kemurkaan Dewi Durga.
Dewa Siwa pun turun tangan. Setelah 12 tahun mungkin ia agak menyesal sudah bersikap keterlaluan pada istrinya. Ia menemui Sadewa (mungkin posisi parang Durga tinggal beberapa senti lagi dari leher si bungsu Pandawa), dan entah bagaimana Sadewa yang tangannya terikat di pohon randu sempat memberi salam hormat kepada sang dewa. Setelah itu Dewa Siwa pun merasuki Sadewa, dan ujug-ujug Sadewa bisa merapalkan mantra-mantra peruwatan, dan menebarkan sesajen peruwatan yang tahu-tahu memenuhi tangannya (yang sekali lagi, sudah tidak terikat di pohon randu, mungkin berkat kekuatan dewa) ke arah Dewi Durga.
Dewi Uma pun terlepas dari kutukannya, Setra Gandamayu yang macam kuburan dan penuh mayat berserakan pun tiba-tiba beralih jadi taman cantik nan asri. Sebagai hadiah karena telah meruwat dirinya (masa sih tidak sadar kalau itu bukan jasa Sadewa yang tidak becus meruwat?), Dewi Uma memberi Sadewa nama Sudamala dan menunjukkan jodohnya. Sadewa disuruhnya pergi ke negeri Prangalas dan menemui Resi Tamba Petra. Sadewa juga mendapat jimat, hingga tak seorang pun bisa menyentuh kulitnya, apalagi mengalahkannya dalam peperangan. Mendadak, Sadewa menjadi ksatria sakti tanpa tanding.
Cerita berlanjut dengan petualangan Sadewa memenuhi petunjuk Dewi Uma. Dalam perjalanan Sadewa bertemu dan berteman dengan harimau jadi-jadian, yang dikutuk karena membunuh istrinya sendiri. Kelak untuk menebus dosanya harimau itu pun jadi vegetarian. Dan akhirnya ia pun bertemu dengan Resi Tamba Petra yang diruwatnya sehingga bisa melihat lagi. Seperti biasa dalam cerita wayang, ia pun diberi hadiah salah satu dari dua putri sang resi, Diah Padapa. Belakangan putri sang resi yang lain, Diah Soka, menjadi jodoh Nakula yang meninggalkan medan perang demi menemukan kembarannya.
Selesaikah cerita? Belum ternyata. Mungkin karena Sadewa dan Nakula kurang populer, bisa jadi sastrawan Majapahit yang menyusun cerita ini ingin membuat Sadewa lebih populer dengan menjadi juru selamat dalam Bharata Yuda versinya. Konon tiga putra Pandu dari Dewi Kunti kewalahan melawan dua raksasa dari pihak Kurawa, Kalantaka dan Kalanjaya, tapi berkat jimat dari Dewi Durga, akhirnya Sadewa bisa mengalahkan mereka berdua. Tamat.
Jadi pesan moral dari kisah Sadewa ini adalah... jangan selingkuh, saudara-saudara. Kakawin Sudamala penuh dengan orang-orang yang perlu diruwat gara-gara masalah perselingkuhan. Kasus Dewi Uma sudah cukup jelas. Tapi ada juga kasus Kalika, anak buah Dewi Durga, yang membunuh suaminya yang selingkuh dengan racun, berikut 34 orang tak berdosa yang tak sengaja meminum racunnya. Resi Tamba Petra juga buta karena melihat istrinya selingkuh.
Eh, ada pesan moral lainnya, ding: lihat-lihat kalau jalan! Kalau tidak sengaja melangkahi Dewa Siwa, bisa-bisa seperti Dewa Citrasena dan Citranggada, yang dikutuk jadi raksasa Kalantaka dan Kalanjaya.
View all my reviews
Friday, November 30, 2012
Wednesday, November 28, 2012
Tintin In The Land Of The Soviets
Polling BBI bulan November 2012
membuatku terbelah antara keinginan ikut posting bareng novel 10 besar KLA 2012
(demi memaksa diri sendiri lebih banyak membaca karya sastra Indonesia) dan
ikut posting bareng Tintin (secara sudah niat baca ulang serial Tintin setelah
membaca Tintin The Complete Companion-nya Michael Farr).
Sejatinya, buatku novel KLA 2012 lebih mudah
didapatkan, tinggal cari di toko buku atau Indonesian Book Fair kemarin. Tapi serial Tintin...? Kalau teringat bundelan koleksi Tintin
terbitan Indira yang terkubur di salah satu dari puluhan kardus besar di gudang rumah Cirebon
yang sampai sekarang belum dibongkar... Yah, karena beli yang baru sama sekali
bukan pilihan, aku pun memutuskan untuk membuka koleksi scanlation pdf saja,
yang sejak kudapat sepertinya belum pernah sempat kubaca sama sekali.
Dan, karena memang sudah berniat baca
ulang secara berurutan, tentu saja yang dipilih bukan jilid terfavorit,
tapi jilid pertama :
Petualangan pertama Tintin, sang
reporter cilik, muncul sebagai suplemen anak-anak di surat kabar harian Belgia,
Le Vingtiéme Siécle.Hergé, Georges Remi, yang waktu itu
masih berusia dua puluh dua tahun, bekerja di surat kabar sebagai ilustrator, meskipun
tidak punya latar belakang pendidikan seni formal.
Hergé belum pernah pergi ke Rusia,
tapi sudah membaca sebuah buku yang terbit tahun sebelumnya, Moscou sans
voiles: Neuf ans de travail au pays de Soviets, karya Joseph Douillet, mantan
konsul Belgia di Rostov-on-Don. Propaganda Soviet ke dunia di luar Rusia bahwa
ekonomi negara berkembang pesat menjadi target bidikan Hergé dalam komik
pertamanya ini, begitu pula kegiatan polisi rahasia OGPU.
Kisah petualangan dimulai ketika dalam
rangka mendapat berita luar negeri yang up to date, surat kabar “Le Petit” mengirimkan
wartawan top-nya, Tintin, ke Soviet Rusia. Ditemani anjing setianya, Snowy, Tintin
pun berangkat dengan menggunakan kereta api jurusan Moscow via Berlin. Ya,
waktu itu wartawan top sekalipun belum mendapat fasilitas perjalanan dinas
dengan pesawat terbang.
Rupanya kedatangan Tintin, yang dikhawatirkan
bakal membocorkan kondisi sebenarnya Soviet kepada dunia, sangat tidak
diharapkan. Jadi, kereta api yang ditumpanginya pun meledak karena bom. Catat,
bom bulat hitam biasa dengan sumbu yang cukup panjang, supaya si pelaku sempat
kabur duluan. Tentu saja Tintin dan Snowy selamat, meskipun gerbong kereta
hancur. Cuma setelan jas kotak-kotak Tintin saja yang compang-camping. [Yap. Setelan
jas kotak-kotak. Buat yang baca Tintin mulai dari jilid kesekian, akan sangat
terasa tidak familiar dengan kostum Tintin di sini. Ini tentu saja di luar
artworknya yang masih kasar dan sederhana itu.]
Meski kondisi gerbong hancur,
Tintin belum mengerti apa yang terjadi (ignorance is bliss, gentlemen), bahkan
waktu ia digelandang ke kantor polisi Berlin dan dibui dengan tuduhan
menghancurkan 10 gerbong dan melenyapkan 218 orang. Ini membuktikan bahwa kita
tak boleh menilai sebuah bom dari bentuknya. Meski cuma hitam bulat kecil pakai
sumbu, bom itu ternyata perkasa sekali! Sampai-sampai tidak meninggalkan mayat
bergelimpangan! [Kesimpulan sementara: ledakan bom menimbulkan robekan antar
dimensi dan melemparkan para penumpang ke dimensi lain... ]
Tintin kabur dari penjara setelah
berkelahi dengan polisi, merebut seragamnya dan mencuri sebuah sidecar. Padahal
ini masih di Berlin, lho. Mending kalau identitasnya belum diketahui. Dia malah
sudah jawab terus terang (dengan pose dagu terangkat sehingga tampak sombong)
waktu ditanyai nama, pekerjaan, dan alamat: Tintin, wartawan, Brussels. Duh,
meski tadinya memang innocent, sekarang malah resmi jadi kriminal deh.
Waktu dikejar mobil polisi, sidecar
curian Tintin hancur, sehingga dengan cerdik (atau para polisinya yang memang
bego) ia mencuri mobil para pengejarnya. Di sinilah kemudian muncul adegan yang
sangat familiar buat yang pernah nonton film Indiana Jones and The Last
Crusader: Tintin dan Snowy yang naik mobil dikejar-kejar dan dibom oleh pesawat
terbang. Lantas, karena pada prinsipnya mencuri itu dosa, kali ini mobil curian
Tintin juga hancur lagi, gara-gara ketabrak kereta api. Lagi-lagi Tintin dan
Snowy selamat (iya, iya, ini cuma komik yang tidak realistis),
dan nangkring di lokomotif kereta api yang kebetulan menuju Rusia...
Adegan-adegan selanjutnya, setelah Tintin tiba di perbatasan, cenderung repetitif, antara polisi rahasia yang mencoba mencelakai/membunuh si reporter berbahaya [penuh adegan aksi tempo cepat, perkelahian dan kejar-kejaran] serta usaha Tintin melanjutkan perjalanan ke Moskow (dan belakangan ke luar Soviet), hampir tanpa sempat makan (kasian deh Snowy...). Tapi di luar itu, Tintin masih sempat menyelidiki kebohongan tentang "pabrik-pabrik yang bekerja dengan kapasitas penuh" dan proses pemilu "langsung, umum, tidak bebas dan tidak rahasia" yang menggunakan ancaman (harfiah) untuk memenangkan partai yang sedang berkuasa [Partai komunis atau bukan, pemilu model begini memang efektif untuk mempertahankan kekuasaan, dan teknik yang sama juga pernah diterapkan di Indonesia]. Tintin juga diperlihatkan sibuk menulis artikel, seperti layaknya wartawan, sampai puluhan lembar, tapi tidak jelas bagaimana dia akan mengirim semuanya ke Brussels tanpa kena sensor. Dunia tanpa internet itu memang pedih, Jendral.
Oh ya, jika kita memperhatikan dari halaman pertama hingga halaman akhir, terlihat transformasi rambut Tintin, dari yang semula lebih mirip poni hingga berubah menjadi jambul yang merupakan trademarknya. Dari mana datangnya jambul? Mungkin karena keseringan naik kendaraan (apapun) dengan kecepatan tinggi, sehingga terbentuk secara alami?
Petualangan Tintin ini menjadi semacam hidangan pembuka untuk petualangan-petualangan yang akan datang. Dan karya yang selalu dikenang Hergé sebagai "dosa masa muda" ini menjadi satu-satunya petualangan Tintin yang tidak pernah digambar ulang versi berwarnanya...
Sunday, November 25, 2012
Fall For Dresden, Part 2
Fool Moon by Jim Butcher
My rating: 5 of 5 stars
1000 - 2012
Oh, yes... there will be blood... *shuddered*
Dalam rangka countdown menuju novel Cold Days, kita kembali mendengarkan James Masters mendongengkan novel Dresden Files jilid kedua:
Seperti halnya Buffy the Vampire Slayer yang menampilkan "Monster of the Week" untuk setiap episodenya, maka Dresden Files perlu menampilkan "Villain of the Book" yang berbeda dari jilid pertama. dan temanya kali ini adalah...
Cek judul :
Fool Moon. Hm... mungkin terjemahan judulnya jangan terlalu harfiah kalau ada yang berkenan mengalihbahasakan novel ini ke bahasa Indonesia? Ini plesetan Full Moon, barangkali? Untung tidak jadi Full Monty, karena bisa-bisa malah teringat cowok-cowok Inggris yang striptease ituh.
Cek cover:
*abaikan Dresden yang kostumnya itu-itu melulu* Bulan purnama (tentu saja). Jejak cakar berdarah...
Oh, oh, siapa dia?
Baiklah, karena petunjuknya sudah jelas banget, oke kita bongkar saja bahwa villain kita di jilid ini adalah... *jreng-jeng-jeng*... werewolf! Tepuk tangan, saudara-saudara sekalian!
Hah? Werewolf? Biasa aja kali. Apa nggak ada yang lain?
Mungkin awalnya kita berpikir begitu. Tapi di dunia Dresden, yang namanya Serigala Jadi-Jadian ini tidak cuma satu jenis saja seperti di cerita dongeng/supranatural lainnya, tapi ada beberapa tipe, tergantung bagaimana cara seorang manusia berubah menjadi serigala dan berapa banyak kepribadian manusianya yang bisa dipertahankan selagi shapeshifting. Sudah begitu, semuanya muncul bareng di Fool Moon! So, pilihan whodunnit-nya jadi lumayan banyak, konfliknya jadi lebih semarak dan perbendaharaan bekas luka Harry Dresden juga jadi semakin banyak.
Pada Bab 7, Bob the interactivecomputer spirit menjelaskan tipe-tipe werewolf, yang dia tahu banyak karena pernah berada di Prancis waktu zaman inkuisisi. Hell's bells, sebelum dijelaskan Bob, Harry sendiri mengira cuma ada satu jenis werewolf! Berikut trivia werewolf according to Bob:
1. The Classic Werewolves
Orang yang menggunakan sihir untuk berubah menjadi serigala. Seperti wizard yang hanya tahu satu mantra, untuk berubah menjadi serigala dan untuk kembali lagi menjadi manusia. Sebagian besar tidak begitu hebat menjadi serigala, karena masih tetap mempertahankan kepribadian manusianya. Mereka hanya mengubah tubuhnya, tapi pikirannya masih tetap manusia, sehingga tidak memiliki insting dan refleks serigala. Mereka harus belajar bagaimana menjadi serigala, karena memiliki tubuh serigala tidak berarti tahu cara menggunakannya. Werewolf sama saja seperti serigala biasa, bisa terluka karena senjata biasa.
Jenis lain werewolf ini adalah bila seseorang menggunakan sihir untuk mengubah orang lain menjadi serigala, dengan kata lain menggunakan transmogrification, yang ilegal menurut Hukum Sihir di dunia Dresden, karena dapat menghapus pikiran manusianya sehingga tidak bisa kembali menjadi manusia.
2. Hexenwolves
Orang yang melakukan perjanjian dengan demon atau tukang sihir. Mereka mendapat sabuk serigala (kadang berupa cincin atau amulet), mengenakannya, mengucapkan kata sihirnya dan berubah menjadi serigala. Sabuk/cincin/amulet itu berperan sebagai jangkar ke spirit binatang. Spirit itu akan membungkus kepribadian manusianya sehingga masih tetap bisa berpikir, tapi mengambil alih seluruh tindakannya. Hexenwolf juga bisa dilukai dengan senjata biasa, tidak perlu peluru perak segala.
By the way, sabuk serigala itu mungkin bentuknya seperti ini :
Tipe yang berubah mengandalkan sabuk untuk berubah macam begini, anehnya malah mengingatkan aku pada makluk lain yang lumayan beken di Jepang, cukup sentuh sabuknya dan mengucapkan kata sihir : "Henshin!" lantas, berubah deh:
3. Lycanthropes
Orang yang merupakan channel alami untuk spirit binatang. Mereka berubah menjadi binatang, tapi hanya di pikirannya. Spirit mengambil alih, mempengaruhi perilaku dan cara berpikirnya, membuatnya lebih agresif, lebih kuat, tahan sakit, dan cepat sembuh. Mereka tidak berubah menjadi serigala, tapi memiliki kekuatannya. Lycanthropes dilahirkan, tidak dibuat dengan sihir seperti dua tipe di atas.
4. Loup-Garou
Orang yang dikutuk menjadi demon yang mirip serigala, biasanya oleh mereka yang memiliki kekuatan super seperti penyihir besar, demon lord, atau salah satu Ratu Peri. Bila bulan purnama tiba, mereka berubah menjadi monster, dan membantai apapun yang mereka temui sampai bulan tenggelam atau matahari terbit. Memiliki kecepatan dan kekuatan supernatural. Luka dapat langsung sembuh, kebal dari racun atau segala macam sihir. Mesin pembunuh.
Nah, jenis inilah yang harus dikalahkan dengan senjata dari perak. Itu pun bukan perak biasa, tapi harus perak warisan dari anggota keluarga. Jadi tidak bisa kita main pergi ke Kota Gede, beli perak, dan minta dibuatkan peluru perak atau kapak. Kita harus punya perak warisan kakek/nenek/ayah/ibu/bibi/dst dulu sebagai bahan dasarnya.
Okelah kalau begitu, setelah kita tahu bahwa werewolf ada banyak macamnya, bagaimana Harry Dresden bisa terlibat kasus ini, padahal Murphy dan Special Investigation-nya menjauhinya seusai kasus warlock / bandar narkoba (konon karena Harry ditemukan di TKP dan ada isu bahwa Harry bekerja untuk Marcone dalam rangka menyingkirkan saingan dagang, sehingga Murphy diawasi ketat oleh Internal Affair) dan membuatnya setengah kelaparan karena bokek?
Cerita dimulai dengan Harry yang dibujuk dengan imbalan seporsi steak di bar McAnally oleh Kim Delaney, untuk menjelaskan tentang gambar lingkaran sihir yang dapat menahan makhluk supranatural. Meskipun terbujuk karena memang lapar berat, Harry bersikukuh tidak mau menjelaskan tentang lingkaran ketiga, yang dapat menahan makhluk selain manusia dan spirit, karena curiga dan tidak mau Kim menggunakan lingkaran sihir untuk sesuatu yang berada di luar kemampuannya.
Tiba-tiba saja, Murphy datang meminta bantuan Harry untuk memecahkan kasus pembunuhan, di mana korbannya salah satu anak buah Marcone, yang mati dalam keadaan tercabik-cabik. TKP-nya di luar yurisdiksi CPD, tapi Murphy yakin pembunuhan tersebut ada kaitannya dengan kasus pembunuhan serupa di Chicago sebulan yang lalu. Murphy juga menduga pembunuhan-pembunuhan itu merupakan bagian dari dunia supranatural yang dikuasai Harry. Tapi dalam penyelidikan kasus ini, Murphy harus bersitegang dengan Tim FBI pimpinan Agen Denton.
Penyelidikan mempertemukan Harry dengan sekelompok werewolf remaja yang dipimpin oleh wanita muda bernama Tera West. Berdasarkan kisikan Agen Harris dari FBI, Harry menyelidiki kelompok geng motor bernama Streetwolves (yang diduga mengetahui sesuatu tentang kasus-kasus pembunuhan itu), hanya untuk mendapati bahwa mereka ternyata lycanthrope dan sangat berminat untuk membunuhnya.
Marcone juga datang meminta bantuan Harry untuk melindunginya, dan tentu saja Harry menolak mentah-mentah. Tapi dari Marcone, Harry mendapat informasi bahwa pembunuhan-pembunuhan itu berkaitan dengan Harley MacFinn. Dalam penyelidikannya, Harry menduga bahwa McFinn adalah loup-garou, dan tiga lingkaran sihir yang ditanyakan Kim Delaney adalah untuk mengurung McFinn saat ia beralihrupa pada malam bulan purnama. Kim sendiri ditemukan tewas dicabik loup-garou, dan tahu-tahu Murphy menangkap Harry, yang (lagi-lagi) dicurigai terlibat dengan kasus pembunuhan!
Tera West menolong Dresden, karena membutuhkan bantuannya untuk membuat lingkaran sihir yang bisa mengurung tunangannya, MacFinn, sebelum bulan purnama terbit. Dresden tertembak dalam pelariannya, dan meminta bantuan Susan Rodriguez dengan iming-iming mendapat scoop ekslusif dalam kasus terbaru ini.
Mengabaikan peringatan Harry, Murphy menangkap dan memenjarakan MacFinn dalam sosok manusianya. Harry bergegas ke kantor polisi, tapi terlambat karena MacFinn sudah bertransformasi, dan melakukan pembantaian di sana. Harry berhasil melukai MacFinn dengan sihirnya, tapi makhluk itu berhasil kabur dengan meninggalkan banyak korban di kantor polisi.
Lalu, siapa sebenarnya yang melakukan pembunuhan-pembunuhan di sekitar malam bulan purnama? Benarkah MacFinn yang bertanggung jawab, padahal dia sudah berusaha mengurung diri sendiri dalam lingkaran sihir? Kelompok remaja yang sedang belajar menjadi werewolf? Atau kelompok geng motor berjiwa serigala? Ataukah ada pihak lain yang terlibat?
Seperti yang sudah dibocorkan di atas, selain tiga jenis serigala jadi-jadian di atas, di novel ini juga muncul kelompok Hexenwolves, yang memiliki agenda sendiri, termasuk menyingkirkan Harry yang dianggap tahu terlalu banyak.
Seperti John McClane, Harry selalu terjebak pada waktu dan tempat yang salah. Meskipun sudah terbebas dari Doom of Damocles alias masa probation White Council, Harry takkan pernah kehabisan musuh yang lebih suka melihatnya mati.
Easter eggs jilid ini:
- Di tengah semua kekacauan, Harry akhirnya menemukan dan merasakan cinta lagi.
- Harry juga bertransformasi menjadi serigala! Dan ternyata dia berbakat jadi serigala... lengkap dengan insting dan euforia membunuh yang hampir tak bisa dikendalikan!
- Adegan Harry menggunakan sihir melawan loup-garou terekam oleh Susan dan jadi sensasi di televisi, sebelum akhirnya rekaman aslinya hilang dan adegan itu dianggap hoax oleh para ahli.
- Bukan hanya manusia yang bisa bertransformasi menjadi serigala. Serigala juga bisa bertransformasi menjadi manusia!
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
1000 - 2012
Oh, yes... there will be blood... *shuddered*
Dalam rangka countdown menuju novel Cold Days, kita kembali mendengarkan James Masters mendongengkan novel Dresden Files jilid kedua:
Seperti halnya Buffy the Vampire Slayer yang menampilkan "Monster of the Week" untuk setiap episodenya, maka Dresden Files perlu menampilkan "Villain of the Book" yang berbeda dari jilid pertama. dan temanya kali ini adalah...
Cek judul :
Fool Moon. Hm... mungkin terjemahan judulnya jangan terlalu harfiah kalau ada yang berkenan mengalihbahasakan novel ini ke bahasa Indonesia? Ini plesetan Full Moon, barangkali? Untung tidak jadi Full Monty, karena bisa-bisa malah teringat cowok-cowok Inggris yang striptease ituh.
Cek cover:
*abaikan Dresden yang kostumnya itu-itu melulu* Bulan purnama (tentu saja). Jejak cakar berdarah...
Oh, oh, siapa dia?
Baiklah, karena petunjuknya sudah jelas banget, oke kita bongkar saja bahwa villain kita di jilid ini adalah... *jreng-jeng-jeng*... werewolf! Tepuk tangan, saudara-saudara sekalian!
Hah? Werewolf? Biasa aja kali. Apa nggak ada yang lain?
Mungkin awalnya kita berpikir begitu. Tapi di dunia Dresden, yang namanya Serigala Jadi-Jadian ini tidak cuma satu jenis saja seperti di cerita dongeng/supranatural lainnya, tapi ada beberapa tipe, tergantung bagaimana cara seorang manusia berubah menjadi serigala dan berapa banyak kepribadian manusianya yang bisa dipertahankan selagi shapeshifting. Sudah begitu, semuanya muncul bareng di Fool Moon! So, pilihan whodunnit-nya jadi lumayan banyak, konfliknya jadi lebih semarak dan perbendaharaan bekas luka Harry Dresden juga jadi semakin banyak.
Pada Bab 7, Bob the interactive
1. The Classic Werewolves
Orang yang menggunakan sihir untuk berubah menjadi serigala. Seperti wizard yang hanya tahu satu mantra, untuk berubah menjadi serigala dan untuk kembali lagi menjadi manusia. Sebagian besar tidak begitu hebat menjadi serigala, karena masih tetap mempertahankan kepribadian manusianya. Mereka hanya mengubah tubuhnya, tapi pikirannya masih tetap manusia, sehingga tidak memiliki insting dan refleks serigala. Mereka harus belajar bagaimana menjadi serigala, karena memiliki tubuh serigala tidak berarti tahu cara menggunakannya. Werewolf sama saja seperti serigala biasa, bisa terluka karena senjata biasa.
Jenis lain werewolf ini adalah bila seseorang menggunakan sihir untuk mengubah orang lain menjadi serigala, dengan kata lain menggunakan transmogrification, yang ilegal menurut Hukum Sihir di dunia Dresden, karena dapat menghapus pikiran manusianya sehingga tidak bisa kembali menjadi manusia.
2. Hexenwolves
Orang yang melakukan perjanjian dengan demon atau tukang sihir. Mereka mendapat sabuk serigala (kadang berupa cincin atau amulet), mengenakannya, mengucapkan kata sihirnya dan berubah menjadi serigala. Sabuk/cincin/amulet itu berperan sebagai jangkar ke spirit binatang. Spirit itu akan membungkus kepribadian manusianya sehingga masih tetap bisa berpikir, tapi mengambil alih seluruh tindakannya. Hexenwolf juga bisa dilukai dengan senjata biasa, tidak perlu peluru perak segala.
By the way, sabuk serigala itu mungkin bentuknya seperti ini :
Tipe yang berubah mengandalkan sabuk untuk berubah macam begini, anehnya malah mengingatkan aku pada makluk lain yang lumayan beken di Jepang, cukup sentuh sabuknya dan mengucapkan kata sihir : "Henshin!" lantas, berubah deh:
Kamen Rider Kuuga Mighty Form |
3. Lycanthropes
Orang yang merupakan channel alami untuk spirit binatang. Mereka berubah menjadi binatang, tapi hanya di pikirannya. Spirit mengambil alih, mempengaruhi perilaku dan cara berpikirnya, membuatnya lebih agresif, lebih kuat, tahan sakit, dan cepat sembuh. Mereka tidak berubah menjadi serigala, tapi memiliki kekuatannya. Lycanthropes dilahirkan, tidak dibuat dengan sihir seperti dua tipe di atas.
4. Loup-Garou
Orang yang dikutuk menjadi demon yang mirip serigala, biasanya oleh mereka yang memiliki kekuatan super seperti penyihir besar, demon lord, atau salah satu Ratu Peri. Bila bulan purnama tiba, mereka berubah menjadi monster, dan membantai apapun yang mereka temui sampai bulan tenggelam atau matahari terbit. Memiliki kecepatan dan kekuatan supernatural. Luka dapat langsung sembuh, kebal dari racun atau segala macam sihir. Mesin pembunuh.
Nah, jenis inilah yang harus dikalahkan dengan senjata dari perak. Itu pun bukan perak biasa, tapi harus perak warisan dari anggota keluarga. Jadi tidak bisa kita main pergi ke Kota Gede, beli perak, dan minta dibuatkan peluru perak atau kapak. Kita harus punya perak warisan kakek/nenek/ayah/ibu/bibi/dst dulu sebagai bahan dasarnya.
Okelah kalau begitu, setelah kita tahu bahwa werewolf ada banyak macamnya, bagaimana Harry Dresden bisa terlibat kasus ini, padahal Murphy dan Special Investigation-nya menjauhinya seusai kasus warlock / bandar narkoba (konon karena Harry ditemukan di TKP dan ada isu bahwa Harry bekerja untuk Marcone dalam rangka menyingkirkan saingan dagang, sehingga Murphy diawasi ketat oleh Internal Affair) dan membuatnya setengah kelaparan karena bokek?
Cerita dimulai dengan Harry yang dibujuk dengan imbalan seporsi steak di bar McAnally oleh Kim Delaney, untuk menjelaskan tentang gambar lingkaran sihir yang dapat menahan makhluk supranatural. Meskipun terbujuk karena memang lapar berat, Harry bersikukuh tidak mau menjelaskan tentang lingkaran ketiga, yang dapat menahan makhluk selain manusia dan spirit, karena curiga dan tidak mau Kim menggunakan lingkaran sihir untuk sesuatu yang berada di luar kemampuannya.
Tiba-tiba saja, Murphy datang meminta bantuan Harry untuk memecahkan kasus pembunuhan, di mana korbannya salah satu anak buah Marcone, yang mati dalam keadaan tercabik-cabik. TKP-nya di luar yurisdiksi CPD, tapi Murphy yakin pembunuhan tersebut ada kaitannya dengan kasus pembunuhan serupa di Chicago sebulan yang lalu. Murphy juga menduga pembunuhan-pembunuhan itu merupakan bagian dari dunia supranatural yang dikuasai Harry. Tapi dalam penyelidikan kasus ini, Murphy harus bersitegang dengan Tim FBI pimpinan Agen Denton.
Penyelidikan mempertemukan Harry dengan sekelompok werewolf remaja yang dipimpin oleh wanita muda bernama Tera West. Berdasarkan kisikan Agen Harris dari FBI, Harry menyelidiki kelompok geng motor bernama Streetwolves (yang diduga mengetahui sesuatu tentang kasus-kasus pembunuhan itu), hanya untuk mendapati bahwa mereka ternyata lycanthrope dan sangat berminat untuk membunuhnya.
Marcone juga datang meminta bantuan Harry untuk melindunginya, dan tentu saja Harry menolak mentah-mentah. Tapi dari Marcone, Harry mendapat informasi bahwa pembunuhan-pembunuhan itu berkaitan dengan Harley MacFinn. Dalam penyelidikannya, Harry menduga bahwa McFinn adalah loup-garou, dan tiga lingkaran sihir yang ditanyakan Kim Delaney adalah untuk mengurung McFinn saat ia beralihrupa pada malam bulan purnama. Kim sendiri ditemukan tewas dicabik loup-garou, dan tahu-tahu Murphy menangkap Harry, yang (lagi-lagi) dicurigai terlibat dengan kasus pembunuhan!
Tera West menolong Dresden, karena membutuhkan bantuannya untuk membuat lingkaran sihir yang bisa mengurung tunangannya, MacFinn, sebelum bulan purnama terbit. Dresden tertembak dalam pelariannya, dan meminta bantuan Susan Rodriguez dengan iming-iming mendapat scoop ekslusif dalam kasus terbaru ini.
Mengabaikan peringatan Harry, Murphy menangkap dan memenjarakan MacFinn dalam sosok manusianya. Harry bergegas ke kantor polisi, tapi terlambat karena MacFinn sudah bertransformasi, dan melakukan pembantaian di sana. Harry berhasil melukai MacFinn dengan sihirnya, tapi makhluk itu berhasil kabur dengan meninggalkan banyak korban di kantor polisi.
Lalu, siapa sebenarnya yang melakukan pembunuhan-pembunuhan di sekitar malam bulan purnama? Benarkah MacFinn yang bertanggung jawab, padahal dia sudah berusaha mengurung diri sendiri dalam lingkaran sihir? Kelompok remaja yang sedang belajar menjadi werewolf? Atau kelompok geng motor berjiwa serigala? Ataukah ada pihak lain yang terlibat?
Seperti yang sudah dibocorkan di atas, selain tiga jenis serigala jadi-jadian di atas, di novel ini juga muncul kelompok Hexenwolves, yang memiliki agenda sendiri, termasuk menyingkirkan Harry yang dianggap tahu terlalu banyak.
Seperti John McClane, Harry selalu terjebak pada waktu dan tempat yang salah. Meskipun sudah terbebas dari Doom of Damocles alias masa probation White Council, Harry takkan pernah kehabisan musuh yang lebih suka melihatnya mati.
Easter eggs jilid ini:
- Di tengah semua kekacauan, Harry akhirnya menemukan dan merasakan cinta lagi.
- Harry juga bertransformasi menjadi serigala! Dan ternyata dia berbakat jadi serigala... lengkap dengan insting dan euforia membunuh yang hampir tak bisa dikendalikan!
- Adegan Harry menggunakan sihir melawan loup-garou terekam oleh Susan dan jadi sensasi di televisi, sebelum akhirnya rekaman aslinya hilang dan adegan itu dianggap hoax oleh para ahli.
- Bukan hanya manusia yang bisa bertransformasi menjadi serigala. Serigala juga bisa bertransformasi menjadi manusia!
View all my reviews
Tuesday, November 20, 2012
Fall For Dresden, Part 1
Storm Front by Jim Butcher
My rating: 5 of 5 stars
Sambil menunggu terbitnya Cold Days, buku ke-14 Dresden Files, aku berniat membaca ulang serial ini mulai dari buku pertama:
Tapi kalau dibilang membaca sepertinya kurang pas juga ya, karena untuk mendapat suasana baru, kali ini aku mendengarkan bukunya dibacakan oleh James Masters. Jreng jeng... mendengar suaranya jadi membayangkan kalau Harry Dresden, boga lakon Dresden Files, bertampang seperti ini :
Yah, imejnya beda banget dengan Harry Dresden yang berambut gelap di cover setiap jilid serialnya, tapi minimal kostum favoritnya sama, black duster alias jaket kulit panjang warna hitam. Gaya busana ala koboi spageti itu sepertinya dianggap fashionable di dunia supranatural, mengingat gerombolan Black Dagger Brotherhood juga mengadopsinya sebagai seragam kerja.
Anyway, meskipun aku sudah pernah mereview buku ini di mari:
http://threezstacks.blogspot.com/2012/01/dresden-wizard-not-city.html
tidak ada salahnya kalau aku mereview ulang, secara lebih lengkap, hanya untuk menegaskan kenapa serial ini menjadi salah satu serial favoritku, dan ratingnya di-upgrade dari 4 ke 5.
Pada bab pertama novel ini, beginilah tokoh utamanya memperkenalkan diri:
My name is Harry Blackstone Copperfield Dresden. Conjure by it at your own risk. I'm a wizard. I work out of an office in midtown Chicago. As far as I know, I'm the only openly practicing professional wizard in the country. You can find me in the yellow pages, under Wizards. Believe it or not, I'm the only one there.
[Cuma ada satu penyihir yang pasang iklan di halaman kuning? Lebih hebat Indonesia dong, dukun dan paranormal ramai-ramai beriklan di koran kuning *bangga nggak jelas*]
Buat mereka yang pertama baca serial ini, pasti bertanya-tanya, kok nama tokoh utamanya Harry sih, sama dengan nama penyihir remaja di lapak sebelah? Ih, nggak kreatif ah! Eits, jangan salah, rupanya nama Harry cukup populer di dunia per-magic-an. Konon, ayah Harry Dresden, yang seorang pesulap, menamai anaknya berdasarkan nama tiga magician Amrik: Harry Houdini, Harry Blackstone, dan David Copperfield. Entah maruk, bingung, atau memang berharap sang anak bakal meneruskan profesinya.
Menurut Jim Butcher, dunia Dresden merupakan hasil persilangan antara serial detektif noir tahun 1940-an Philip Marlowe dan dunia Buffy the Vampire Slayer. Selain itu, juga mendapat pengaruh juga dari serial Anita Blake: Vampire Hunter dan serial novel Han Solo.
Oh, well, karena ternyata dari referensi di atas aku baru baca/nonton BTVS dan nonton Star Wars Episode IV - VI (belum sempat baca novel khusus Han Solo), biarlah aku membedah karakter Harry Dresden berdasarkan tiga karakter dari referensi bacaan/tontonan lain yang juga menjadi favoritku:
Jadi, apa saja kemiripan Harry Dresden dengan tiga karakter di atas?
Novel Storm Front memperkenalkan kita pada naratornya, Harry Dresden. Tidak seperti cerita silat (atau cerita sihir) pada umumnya yang menceritakan asal mula tokoh utama berkenalan dengan ilmu atau kekuatannya, kita langsung dipertemukan dengan Harry Dresden dewasa, wizard berlisensi detektif swasta, sebagaimana iklannya di halaman kuning:
HARRY DRESDEN—WIZARD
Lost Items Found. Paranormal Investigations.
Consulting. Advice. Reasonable Rates.
No Love Potions, Endless Purses, Parties, or Other Entertainment
Sebagai detektif penyihir, atau penyihir detektif dengan tarif lima puluh dolar per jam, Harry selalu terancam bokek, karena jarang mendapat klien. Sebagian besar tagihannya dibayar dari jasa konsultan untuk Special Investigation Chicago PD, tim yang menangani kasus-kasus buangan yang tak dapat diterima akal sehat seperti X-Filesnya Mulder dan Scully. Itu pun sepertinya cuma Letnan Karrin Murphy, pemimpin SI, yang percaya kalau Harry memang wizard betulan.
Ada dua kasus yang ditangani Harry di sini, yaitu kasus Monica Sells yang meminta bantuan Harry untuk mencari suaminya yang hilang, dan kasus pembunuhan dengan black magic yang diselidiki oleh SI. Dalam perkembangannya, Harry harus berpacu dengan waktu, karena beberapa hal: polisi mencurigainya sebagai pelaku pembunuhan (karena dia penyihir, tentu saja), White Council (terjemahan: Asosiasi Penyihir Dunia, mungkin?) mencurigainya melanggar Hukum Sihir karena melakukan pembunuhan dengan sihir (Harry punya sejarah membunuh guru/ayah angkatnya dengan sihir), si pelaku mengincar nyawanya karena Harry ikut campur urusannya. Pada akhirnya dua kasus Harry yang seolah lain jurusan itu ternyata bertemu di Terminal Leuwipanjang... eh, maksudnya ternyata saling berkaitan.
Konflik dan misteri yang dibangun pada novel pertama ini masih sederhana (dan mudah ditebak sebenarnya), dibandingkan novel-novel lanjutannya yang lebih njelimet dan bikin geregetan. Kalau ada kuliahnya, mungkin judul novelnya bisa diganti jadi Dresden Files: Sebuah Pengantar atau Dasar-Dasar Dresden Files, karena novel ini memang baru menghidangkan appetizer dari dunia Dresden Files, yang akan semakin berkembang, kompleks dan advance di jilid-jilid berikutnya. Kita diperkenalkan pada karakter-karakter unik yang akan menjadi karakter tetap di masa yang akan datang, seperti :
View all my reviews
My rating: 5 of 5 stars
Sambil menunggu terbitnya Cold Days, buku ke-14 Dresden Files, aku berniat membaca ulang serial ini mulai dari buku pertama:
Tapi kalau dibilang membaca sepertinya kurang pas juga ya, karena untuk mendapat suasana baru, kali ini aku mendengarkan bukunya dibacakan oleh James Masters. Jreng jeng... mendengar suaranya jadi membayangkan kalau Harry Dresden, boga lakon Dresden Files, bertampang seperti ini :
Spike Dresden, blasting rod, and Bob |
Anyway, meskipun aku sudah pernah mereview buku ini di mari:
http://threezstacks.blogspot.com/2012/01/dresden-wizard-not-city.html
tidak ada salahnya kalau aku mereview ulang, secara lebih lengkap, hanya untuk menegaskan kenapa serial ini menjadi salah satu serial favoritku, dan ratingnya di-upgrade dari 4 ke 5.
Pada bab pertama novel ini, beginilah tokoh utamanya memperkenalkan diri:
My name is Harry Blackstone Copperfield Dresden. Conjure by it at your own risk. I'm a wizard. I work out of an office in midtown Chicago. As far as I know, I'm the only openly practicing professional wizard in the country. You can find me in the yellow pages, under Wizards. Believe it or not, I'm the only one there.
[Cuma ada satu penyihir yang pasang iklan di halaman kuning? Lebih hebat Indonesia dong, dukun dan paranormal ramai-ramai beriklan di koran kuning *bangga nggak jelas*]
Buat mereka yang pertama baca serial ini, pasti bertanya-tanya, kok nama tokoh utamanya Harry sih, sama dengan nama penyihir remaja di lapak sebelah? Ih, nggak kreatif ah! Eits, jangan salah, rupanya nama Harry cukup populer di dunia per-magic-an. Konon, ayah Harry Dresden, yang seorang pesulap, menamai anaknya berdasarkan nama tiga magician Amrik: Harry Houdini, Harry Blackstone, dan David Copperfield. Entah maruk, bingung, atau memang berharap sang anak bakal meneruskan profesinya.
Menurut Jim Butcher, dunia Dresden merupakan hasil persilangan antara serial detektif noir tahun 1940-an Philip Marlowe dan dunia Buffy the Vampire Slayer. Selain itu, juga mendapat pengaruh juga dari serial Anita Blake: Vampire Hunter dan serial novel Han Solo.
Oh, well, karena ternyata dari referensi di atas aku baru baca/nonton BTVS dan nonton Star Wars Episode IV - VI (belum sempat baca novel khusus Han Solo), biarlah aku membedah karakter Harry Dresden berdasarkan tiga karakter dari referensi bacaan/tontonan lain yang juga menjadi favoritku:
Dr. Henry Walton Jones, Jr aka Indiana Jones |
Ryo Saeba aka City Hunter |
Vash the Stampede aka Humanoid Typhoon |
- Hebat di bidangnya. Tapi tetap manusia biasa yang dapat terluka dalam menunaikan misinya. Untuk pameran bekas luka, mungkin Harry bisa bersaing dengan Vash.
- Selera humor yang tidak hilang dalam situasi genting sekalipun. Daya observasi yang tinggi disertai one-liner dan punch-line bertebaran di mana-mana, membuat Harry pantas beralih profesi menjadi stand-up comedian.
- Masa lalu yang kelam. Nasib Harry dan Ryo kurang lebih mirip: yatim piatu sejak kecil, mendapat ayah angkat yang mengasah bakat mereka, lantas membunuh sang ayah angkat yang ingin menyalahgunakan mereka demi kepentingan pribadi...
- Jaket (dan topi, khusus Indy) yang jadi trade mark. Mirip dengan jaket hijau buluk Ryo yang berlapis kevlar dan serbaguna, jaket tua Harry juga anti peluru (dan sihir) dan sakunya bisa memuat apa saja.
- Punya pistol revolver andalan. Meskipun punya sihir, pistol (model jadul sekalipun) tetap praktis untuk menghabisi musuh.
- Pecinta wanita. Harry hanya laki-laki biasa, jadi wajar kalau mudah tertarik dan lemah pada wanita cantik. Harry lebih mirip Indy daripada Ryo yang over-pervert-always-mokkori.
- Kurang sukses dalam percintaan. Boleh dibilang Harry jomblo kronis, kecuali di satu-dua jilid. Indy/Ryo harus menunggu sampai jilid terakhir sampai punya hubungan permanen. Mudah-mudahan Jim Butcher akhirnya kasihan dan mau mengubah nasib Harry...
- Tak putus dirundung malang. Kesialan bertubi-tubi tokoh utama memang menjadi penggerak plot yang andal. Di novel ini, Harry malah diserang demon waktu sedang mandi dan keramas, jadi terpaksa bertempur dalam keadaan telanjang. Kayaknya Ryo Saeba juga pernah deh... *ingat-ingat*
- Musuh perusahaan asuransi. Harry dengan sihir apinya nyaris jadi tukang bakar bangunan di setiap jilid, setipe dengan Vash si Humanoid Typhoon yang menghancurkan kota di setiap episode.
- Kayaknya masih ada yang lain, tapi nanti saja ditambahkan kalau sudah terpikirkan lagi.
Novel Storm Front memperkenalkan kita pada naratornya, Harry Dresden. Tidak seperti cerita silat (atau cerita sihir) pada umumnya yang menceritakan asal mula tokoh utama berkenalan dengan ilmu atau kekuatannya, kita langsung dipertemukan dengan Harry Dresden dewasa, wizard berlisensi detektif swasta, sebagaimana iklannya di halaman kuning:
HARRY DRESDEN—WIZARD
Lost Items Found. Paranormal Investigations.
Consulting. Advice. Reasonable Rates.
No Love Potions, Endless Purses, Parties, or Other Entertainment
Sebagai detektif penyihir, atau penyihir detektif dengan tarif lima puluh dolar per jam, Harry selalu terancam bokek, karena jarang mendapat klien. Sebagian besar tagihannya dibayar dari jasa konsultan untuk Special Investigation Chicago PD, tim yang menangani kasus-kasus buangan yang tak dapat diterima akal sehat seperti X-Filesnya Mulder dan Scully. Itu pun sepertinya cuma Letnan Karrin Murphy, pemimpin SI, yang percaya kalau Harry memang wizard betulan.
Ada dua kasus yang ditangani Harry di sini, yaitu kasus Monica Sells yang meminta bantuan Harry untuk mencari suaminya yang hilang, dan kasus pembunuhan dengan black magic yang diselidiki oleh SI. Dalam perkembangannya, Harry harus berpacu dengan waktu, karena beberapa hal: polisi mencurigainya sebagai pelaku pembunuhan (karena dia penyihir, tentu saja), White Council (terjemahan: Asosiasi Penyihir Dunia, mungkin?) mencurigainya melanggar Hukum Sihir karena melakukan pembunuhan dengan sihir (Harry punya sejarah membunuh guru/ayah angkatnya dengan sihir), si pelaku mengincar nyawanya karena Harry ikut campur urusannya. Pada akhirnya dua kasus Harry yang seolah lain jurusan itu ternyata bertemu di Terminal Leuwipanjang... eh, maksudnya ternyata saling berkaitan.
Konflik dan misteri yang dibangun pada novel pertama ini masih sederhana (dan mudah ditebak sebenarnya), dibandingkan novel-novel lanjutannya yang lebih njelimet dan bikin geregetan. Kalau ada kuliahnya, mungkin judul novelnya bisa diganti jadi Dresden Files: Sebuah Pengantar atau Dasar-Dasar Dresden Files, karena novel ini memang baru menghidangkan appetizer dari dunia Dresden Files, yang akan semakin berkembang, kompleks dan advance di jilid-jilid berikutnya. Kita diperkenalkan pada karakter-karakter unik yang akan menjadi karakter tetap di masa yang akan datang, seperti :
- Karrin Murphy, partner tetap Harry di kepolisian;
- Susan Rodriguez, wartawan koran kuning yang aktif memburu Harry demi mendapat berita;
- Johnny Marcone, kingpin Chicago yang bakal menjadi musuh/rekan tetap Harry;
- Bob, spirit udara yang tinggal dalam tengkorak dan berfungsi sebagai "komputer" Harry (karena penyihir sangat tidak kompatibel dengan alat elektronik apapun), pervert kronis, dan penggemar novel erotika;
- Bianca, vampir pemilik Velvet Room yang akan mempengaruhi nasib Harry dan White Council di masa depan;
- McAnally, pemilik pub untuk komunitas supranatural yang cuma bicara seperlunya (baca: sepatah dua patah kata saja)
- Morgan, salah satu Warden dari White Council (semacam polisi sihir atau Auror kalau di dunia Harry Potter) yang menjadi parole officer Harry dan siap mengeksekusi Harry seandainya melanggar Hukum Sihir satu kali saja;
- Toot-toot, peri rendahan yang bisa disogok dengan pizza untuk membantu penyelidikan Harry;
- Mister, kucing peliharaan Harry dengan berat 15 kilogram yang menganggap dirinya tuan rumah sementara Harry cuma numpang;
Percayalah, karakter-karakter lain yang bakal berperan penting akan terus dan terus bertambah di jilid-jilid berikutnya. Meleng sedikit saja, bisa tersesat selamanya di rimba belantara. Untunglah, kebiasaan baca cersil Kho Ping Hoo (dengan serial yang bisa mengisahkan lebih dari tujuh turunan) waktu kecil ternyata sangat berguna untuk menghafal karakter yang berjibun banyaknya.
IMHO, novel-novel Dresden Files highly recommended buat penggemar Urban Fantasy. Tapi bagi penggemar paranormal romance,
khususnya yang sengaja mencari adegan hot, mungkin akan kecewa. Kenapa?
Ya karena itu tadi, Harry jomblo kronis :) Adegan hot yang konsisten di
setiap jilid Dresden Files adalah bila Harry melancarkan sihir api yang bisa berbuntut kebakaran. Meskipun ada beberapa adegan lust or love yang tersebar di beberapa jilid dan bisa jadi lintas spesies/entity, bukan itu yang menjadi daya tarik Dresden Files. Kalau tetap penasaran dengan kemampuan Harry di
bidang selain sihir, mungkin bisa dicari di fanfic-nya saja *pengalaman pribadi*, atau bikin
fanfic sendiri :P
By the way busway, jadi penasaran. Mengingat lawan Harry di novel ini adalah pelaku black magic yang membunuh orang lain dari jarak jauh (dengan suplai energi dari badai, kalau-kalau ada yang bertanya kenapa judulnya Storm Front), dan mengingat di Indonesia yang namanya black magic dan santet sudah dianggap bagian dari budaya (di Surabaya sampai ada Museum Santet segala), apakah di dunia Dresden Files ada Warden yang bertugas di Indonesia, yang mengawasi (dan mengeksekusi di tempat) para pelaku santet?
Yah, kalau memang tidak ada Warden yang cukup tangguh di Indonesia, mungkin kita bisa memanggil wizard andalan Chicago. Seperti pesan sponsor Harry Dresden di paragraf terakhir novel ini:
My name is Harry Blackstone Copperfield Dresden. Conjure by it at your own risk. When things get strange, when what goes bump in the night flicks on the lights, when no one else can help you, give me a call. I’m in the book.
View all my reviews
Subscribe to:
Posts (Atom)