Beatrice and Virgil by Yann Martel
My rating: 4 of 5 stars
Pada mulanya adalah sepotong naskah drama dengan dialog antara dua karakter yang membahas buah pir, yang membuatku terpikat dan terdorong pergi ke supermarket untuk membeli buah pir, lantas membandingkan tekstur dan rasanya dengan deskripsi imajinatif dalam potongan naskah itu.
Potongan naskah itu pula yang membawa Henry, penulis novel yang menjadi narator buku ini, bertemu dengan laki-laki tua bernama Henry, seorang taxidermist (apa istilah Indonesianya untuk orang yang ahli dalam teknik pengawetan binatang?) yang nyaris menghabiskan seumur hidupnya untuk menyusun naskah drama tersebut, tapi sepertinya mengalami writer's block, sehingga perlu meminta tolong kepada Henry si novelis untuk membantunya.
Naskah drama yang dari awal sampai akhir menampilkan dialog antara seekor keledai dan monyet ini dengan lokasi yang tak pernah beranjak ke mana-mana, diungkap sepotong demi sepotong, dan lambat-laun menyingkap upaya penyucian dosa dari seseorang yang digerogoti masa lalu yang kelam pada masa Perang Dunia II.
Novel ditutup oleh tulisan Henry si novelis mengenai permainan teka-teki yang sedianya dibahas oleh si keledai dan monyet dalam naskah drama yang akhirnya terbakar dalam kobaran api. Permainan yang melontarkan pertanyaan-pertanyaan akan tindakan apa yang kita pilih dalam kondisi antara hidup atau mati, atau apa yang kita pilih antara ingatan atas penderitaan atau melupakan segalanya.
View all my reviews
Hiyaaa.. Udah lama nyaris beli buku ini tapi selalu ragu2.. Ceritanya memang filosofis ya?
ReplyDeletekalaupun dibilang filosofis, penyampaiannya ringan dan menarik kok, seperti novel sebelumnya, life of pi.
Delete