Serial : Reckoners #1
Penulis : Brandon Sanderson
Penerbit : Noura Books
Tebal : 562 halaman
ISBN : 9786020989983
Dibeli di : Gramedia.com
Harga beli : Rp. 84.000,- (sebelum diskon 15% + 22%)
Diterima tanggal : 2 Juli 2016
Selesai dibaca tanggal : 20 Juli 2016
Sinopsis:
Steelheart menghancurkan ruangan, membunuh siapa pun yang dia lihat. Tiran itu berteriak penuh kemurkaan. Kemudian, gelombang energi terpancar dari tubuhnya, dan lantai di sekelilingnya pun berubah warna—menjelma logam.
Saat Calamity muncul, manusia yang terkena efeknya mendapatkan kekuatan super. Orang-orang menyebut mereka Epic. Namun, alih-alih menjadi pahlawan, mereka menggunakan kekuatan untuk menguasai dunia dan menghancurkan siapa pun yang menghalangi tujuan mereka.
Teror menyebar ke seluruh negeri. Bumi diliputi kegelapan. Para manusia biasa harus hidup di bawah tanah. Tak ada yang berani memberontak, kecuali Reckoners—sekelompok manusia biasa yang mengabdikan diri melawan Epic.David ingin bergabung dengan Reckoners karena dialah satu-satunya saksi mata kelemahan Steelheart. Dan sudah saatnya dia membalaskan kematian ayahnya.
Review :
Sinopsis buku di atas memberikan gambaran yang cukup jelas mengenai isi buku ini. Dunia berubah drastis dengan bermunculannya manusia-manusia berkekuatan super, yang disebut Epic, yang hampir semuanya memiliki ambisi untuk berkuasa dengan menafikan hukum dan hak asasi manusia biasa. Saat pemerintahan runtuh dan saat kompetisi antar Epic mereda, dunia terbagi-bagi menjadi daerah kekuasaan Epic-Epic terkuat.
Sulit untuk tidak membayangkan dunia dalam buku ini seperti yang ada dalam serial Old Man Logan-nya Wolverine, di mana dunia (atau AS) terbagi-bagi menjadi daerah kekuasaan villain berkekuatan super, dan nyaris tidak ada hero yang tersisa untuk melawan. Sebagian besar Avengers dan X-Men tewas berguguran, sementara yang masih hidup memilih untuk bersembunyi, menyerah, atau menyesuaikan diri dengan keadaan.
Dalam buku ini, hampir semua Epic terkuat memilih untuk menjadi villain yang menggunakan kekuatannya secara sewenang-wenang. Kalaupun ada Epic yang tingkat kekuatannya tidak begitu besar dan tidak jahat-jahat amat, mereka memilih untuk menjadi keroco Epic terkuat. Benarkah tidak ada Epic yang sanggup dan bersedia menjadi pahlawan pembela kebenaran dan kaum yang lemah? Ataukah semuanya sudah patah arang, lantas memilih untuk menyerah dan menerima keadaan sebagaimana halnya
Well, ending buku ini akan menjawab pertanyaan itu.
Secara ringkas, buku pertama ini berpusat pada tokoh utama bernama David, yang sewaktu kecil menyaksikan bagaimana Epic bernama Steelheart membunuh ayahnya, sehingga ia bersumpah untuk membunuh sang Epic, meskipun ia hanya manusia biasa. Ia menjadi ensiklopedia berjalan khusus Epic demi mengetahui kelemahan musuh utamanya. Iya, seperti halnya Superman dan kryptonite, para Epic di sini memiliki kelemahan masing-masing yang bisa membuat mereka terluka atau mati, dan berusaha keras menyembunyikan kelemahannya dengan segala cara.
Dengan segala pengetahuannya, yang belum dimiliki David hanya kemampuan dan kesempatan untuk menjalankan skenarionya untuk membunuh para Epic yang jahat. Karena itu, ia bertekad untuk bergabung dengan Reckoners, gerakan bawah tanah para manusia biasa yang berjuang melawan (baca: membunuh) para Epic dengan menggunakan taktik gerilya dan teknologi terkini. Dan tentu saja, berdasarkan hasil penelitiannya atas aksi-aksi terorisme Reckoners, David berhasil menemukan kelompok itu.
Dan selanjutnya, dapatkah David, yang akhirnya menjadi anggota terbaru Reckoners, mampu meyakinkan para Reckoner (yang selama ini main aman dengan hanya membunuhi Epic rendahan dan membiarkan Epic level tertinggi) untuk membantunya membalas dendam terhadap Steelheart, membunuh Epic terkuat yang menguasai kota Newcago?
Kesimpulan:
Struktur cerita dan dunia dalam buku ini lebih sederhana dibandingkan serial Brandon Sanderson lainnya yang menjadi favoritku, Mistborn. Mungkin karena buku ditujukan untuk pembaca YA, sehingga penulisannya dibuat supaya lebih mudah dicerna? Kekuatan yang dimiliki para Epic pun standar sebagaimana halnya cerita komik superhero, tidak serumit sistem kekuatan Allomancy, Hemalurgy, atau Feruchemy misalnya, yang memerlukan kamus tersendiri sebagai panduan bagi pembaca.
Sebenarnya, aku kurang suka membaca buku YA, apalagi yang genrenya sci-fi dystopia. Aku lebih suka universe di mana apabila orang-orang berkekuatan super ujug-ujug bermunculan dengan alasan apapun, mereka tetap terbagi secara berimbang baik dalam kekuatan maupun jumlah antara superhero dan supervillain. Seperti universe di komik/film Marvel dan DC, misalnya. Atau universe My Hero Academia. Atau universe One-Punch Man (meskipun untuk yang satu ini, kekuatan boga lakon dengan musuh-musuhnya nggak seimbang banget sih, hehehe).
Let them fight!!!
View all my reviews
No comments:
Post a Comment