Saturday, December 26, 2015

Rencana Besar



Judul : Rencana Besar

Penulis : Tsugaeda

Penerbit : Bentang Pustaka

Tebal : 384 halaman

ISBN : 9786027888654

Beli di : Bukabuku.com

Harga : Rp. 15.000,- (Mizan Obral Akhir Tahun)

Diperoleh tanggal : 8 Desember 2015

Dibaca tanggal : 26 Desember 2015

Sinopsis :
Rifad Akbar. Pemimpin Serikat Pekerja yang sangat militan dalam memperjuangkan kesejahteraan rekan-rekannya.

Amanda Suseno. Pegawai berprestasi yang mendapat kepercayaan berlebih dari pihak manajemen.

Reza Ramaditya. Pegawai cerdas yang tiba-tiba mengalami demotivasi kerja tanpa alasan jelas.

Lenyapnya uang 17 miliar rupiah dari pembukuan Universal Bank of Indonesia menyeret tiga nama itu ke dalam daftar tersangka. Seorang penghancur, seorang pembangun, dan seorang pemikir dengan motifnya masing-masing. Penyelidikan serius dilakukan dari balik selubung demi melindungi reputasi UBI. 

Akan tetapi, bagaimana jika kasus tersebut hanyalah awal dari sebuah skenario besar? Keping domino pertama yang sengaja dijatuhkan seseorang untuk menciptakan serangkaian kejadian. Tak terelakkan, keping demi keping berjatuhan, mengusik sebuah sistem yang mapan, tetapi usang dan penuh kebobrokan ….



Sekedar komentar :

Actually, sebagai orang yang bekerja di industri perbankan, aku mengalami kesulitan untuk menghubungkan buku ini dengan dunia nyata.

Pertama, pernyataan bahwa skala Universal Bank of Indonesia (UBI), bank menjadi pusat cerita novel ini, yang disebut sudah masuk dalam lima bank besar di Asia Tenggara, terutama pada tahun 2012 yang menjadi setting buku ini. Well, bank-bank di Indonesia belum masuk dalam 5 besar Asia Tenggara apabila dilihat dari sisi modal dan kapitalisasi pasar. Beda ceritanya kalau kita bicara tentang laba tertinggi dan pertumbuhan aset tercepat.

Kedua, jabatan ketiga orang yang masuk ke dalam daftar tersangka levelnya masih asisten manajer, terlalu jauh dengan level dewan direksi, sehingga aku tidak bisa diyakinkan kalau mereka dapat memiliki pengaruh yang besar. Yah, barangkali seharusnya aku memandang UBI dari sisi bank yang mungkin dijadikan model, yang boleh jadi struktur organisasinya lebih simpel dan tidak sebesar bank tempatku bekerja. Perbandingannya memang jadi tidak apple to apple sih.

Anyway, namanya juga fiksi, anggap saja novel ini bersetting di Indonesia di dunia paralel. Meskipun tidak begitu bisa relate dengan ceritanya, aku tambah satu bintang deh untuk temanya yang tidak biasa buat novel Indonesia.

N.B.
Kalau boleh nitpick sekali lagi untuk hal yang mungkin sepele bagi pembaca lain, baru mulai membaca bab satu saja aku sudah membuat catatan untuk pemilihan kata yang kurang pas, yaitu saat tokoh Agung Suditama mengenalkan diri sebagai direksi termuda di UBI.

Istilah direksi itu bermakna jamak, sekumpulan orang yang menjadi pengurus sebuah perusahaan. Akan lebih pas bila si tokoh mengenalkan diri sebagai anggota direksi termuda, atau direktur termuda.

Well, meskipun aku seorang pemerhati kelirumologi dan doyan mencoba meluruskan sesuatu yang menurutku keliru sehingga nyaris mendekati grammar nazi (atau malah sudah?), aku bukan tipe pembaca yang cukup telaten untuk membuat daftar typo dan merasa tidak punya cukup waktu untuk itu. Jadi catatan tambahannya cukup sampai di sini saja.

View all my reviews

No comments:

Post a Comment