Friday, January 10, 2014

Is Greed Still Good?

BoomerangBoomerang by Michael Lewis
My rating: 4 of 5 stars

When people pile up debts they will find difficult and perhaps impossible to repay, they are saying several things at once. They are obviously saying that they want more than they can immediately afford. They are saying, less obviously, that their present wants are so important that, to satisfy them, it is worth some future difficulty. But in making that bargain they are implying that when the future difficulties arrives, they'll figure it out. They don't always do that. But you can never rule out the possibility that they will. As idiotic as optimism can sometimes seem, it has a weird habit of paying off. -pg. 212, the last paragraph.

Buku ini kubeli karena termasuk bargain book di Periplus online. Dan, tentu saja karena ditulis oleh Michael Lewis yang juga menulis Moneyball (sudah ada versi filmnya dengan bintang Brad Pit, tapi aku belum punya) dan The Big Short (sudah punya hardcovernya, beli di Gramedia CP dengan harga hore, tapi belum sempat baca). Dan tentu saja, karena membahas krisis ekonomi di Eropa (dari Islandia, Irlandia, Yunani, sampai Jerman) dan di Amerika Serikat (dari level negara, state, sampai kota), yang sampai saat ini belum kunjung selesai. Dan kesimpulannya: semua berawal dari greed.


Kalau cuma kepingin living beyond their means, kelihatan kaya raya padahal hutang numpuk, nggak mau mikir bagaimana bayarnya atau malah siap ngemplang... Kalau cuma kerja sebentar sebagai civil servant tapi maunya dapat pensiun bulanan hampir setara gaji... Kalau nggak mau bayar pajak tapi minta fasilitas umum dipenuhi... Bagaimana negara tidak akan bangkrut? Seorang Arnold Schwarzenegger saja tidak kuasa menjadi terminator krisis finansial di Negara Bagian California, dengan perilaku warga dan sistem politik yang terorganisir untuk menggagalkan semua upaya perbaikan.

Dari semua negara yang dibahas Michael Lewis, cuma karakter orang Jerman saja yang beda sendiri, sangat hati-hati dalam mempertahankan gaya hidup sesuai kebutuhan saja. Sayangnya, malah para bankirnya yang agresif berinvestasi di luar negeri. Buntutnya Jerman jadi ikutan rugi bandar, sudah begitu masih kena getahnya terpaksa membantu para tetangga mentang-mentang masih tergolong sehat. Tentu saja, mereka mau membantu dengan syarat way of life para penduduk negara tetangga yang bangkrut itu perlu diubah, dengan kata lain, jadi harus dibuat sama disiplinnya dengan mereka. Widiw, berat atuh eta mah. Good luck, Jenderal!


Duh, jangan sampai negara kita, meskipun karakter sebagian politikus, aparat, dan penduduknya bisa dibilang mirip orang Yunani yang digambarkan Lewis di sini, jatuh bangkrut dan sampai terpaksa harus jual pulau segala...

Membaca buku ini, mudah-mudahan aku dapat lebih dekat ke karakter orang Jerman dibandingkan Yunani atau Amerika dalam hal keputusan finansial individu. Aku berusaha tidak memiliki hutang, kalaupun menggunakan kartu kredit hanya untuk kemudahan pembayaran saja, sifatnya pun sementara, diusahakan langsung dilunasi segera setelah atau bahkan sebelum tagihannya tiba. Sayangnya, aku masih punya fasilitas pinjaman jangka panjang ke perusahaan tempatku bekerja, tapi mengingat penggunaannya untuk investasi rumah, kuanggap masih bisa ditolerir. Yang sangat kuhindari jelas kredit untuk keperluan konsumtif.

Tapi... karena aku tidak suka berhutang, jelas aku juga tidak suka merekomendasikan orang lain untuk berhutang. Mengingat perusahaan tempatku bekerja, rasanya kontradiktif ya. Tapi di sisi lain, kalau membujuk orang lain untuk menabung sih, hayuk aja :)

Bing-beng-bang, yok, kita ke bank
Bang-bing-bung, yok, kita nabung
Tang-ting-tung, hey, jangan dihitung
Tahu-tahu kita nanti dapat untung




View all my reviews

No comments:

Post a Comment