Monday, August 12, 2013

Farmer Giles of Ham by J.R.R. Tolkien

Petani Penakluk NagaPetani Penakluk Naga by J.R.R. Tolkien
My rating: 4 of 5 stars

"Tahu buku Farmer Giles of Ham-nya J.R.R. Tolkien, nggak?"

Kalau pertanyaan itu dilontarkan padaku sebelum aku menemukan (dan membeli) buku seri Kancil terbitan PT Gramedia (tanpa embel-embel Pustaka Utama) tahun 1980 (bentar, itu berapa tahun lalu ya? *ambil kalkulator*) ini di salah satu toko buku bekas di Plaza Semanggi, mungkin aku akan menjawab dengan gaya lebay Jaja Miharja: "Hah? Apaan tuuuh?" lengkap dengan mata menyipit, dahi berkerut, dan mulut manyun (Oke, ini gaya yang sangat tidak disarankan karena bikin cepat tua). Sepanjang pengetahuanku (yang terbatas), buku-bukunya Tolkien hanya trilogi The Lord of the Rings, The Hobbit, dan The Silmarillion. Dari buku-buku tersebut, cuma buku terakhir yang belum kubaca.

Kalau kemudian pertanyaan yang sama kulontarkan pada teman-teman sesama pembaca buku, kebanyakan memang menjawab tidak tahu. Lantas, setelah mengecek statistiknya di Goodreads, kudapati kenyataan yang memang cukup menyedihkan. Pada saat aku menulis review ini, kondisinya seperti ini:
- The Hobbit: 1,1 juta rating, 21.611 review
- The Fellowship of the Rings: 863 ribu rating, 7.932 review
- The Two Towers: 277 ribu rating, 3.472 review
- The Return of the King: 269 ribu rating, 3.404 review
- The Simarillion: 82 ribu rating, 3.138 review

Dan Farmer Giles of Ham (diterjemahkan Gramedia menjadi Petani Penakluk Naga)...... jreng-jreng-jreng ... 2.539 rating dan 82 review!!!

Heuh? Apakah buku ini sedemikian langkanya? Atau mereka yang sudah pernah membaca buku ini memang kebetulan belum bergabung di Goodreads?

Padahal, setelah membaca buku ini, aku merasa buku ini lebih enak dibaca, lebih ringan, dan lebih mudah dipahami daripada buku terjemahan seri Middle-Earth yang lebih asyik ditonton dalam versi filmnya. Tapi... mungkin karena buku ini memang termasuk buku anak-anak sih. Mana tipis lagi. Semula kukira terbitan Gramedia ini terjemahan dari versi abridged-nya, tapi ternyata sudah full version walaupun cuma 112 halaman, mengingat edisi lain berkisar antara 64 s/d 144 halaman.

Buku Farmer Giles of Ham merupakan fabel jaman Medieval yang ditulis J.R.R. Tolkien pada tahun 1937 dan diterbitkan pada tahun 1949. Tokoh utamanya seorang petani bernama Aegidius Ahenobarbus Julius Agricola de Hammo, dengan nama panggilan Giles. Masalah panjangnya nama si tokoh utama ini dibahas secara kocak. Konon pada masa itu nama orang umumnya panjang-panjang, semakin panjang semakin tinggi martabatnya. Maka orang yang ingin dianggap punya martabat tinggi tinggal memakai saja nama yang panjang! Membaca bagian ini, mau tidak mau aku jadi teringat kebiasaan orang Indonesia sekarang yang senang memberi nama panjang buat anak-anaknya. Semakin panjang, semakin asing dan susah dilafalkan, dianggap semakin keren. Padahal di masa depan pasti bakal menyusahkan kalau si anak ikut ujian yang mewajibkan dituliskannya nama lengkap. Dan padahal ujung-ujungnya panggilan sehari-hari yang melekat biasanya pendek dan kurang keren, Dedek atau Neneng misalnya :)

Giles ini bisa dibilang accidental hero. Ia tidak sengaja menjadi pahlawan desa karena berhasil mengusir raksasa yang sedang mengacak-acak desa dan tanah pertaniannya dengan senapan lantak miliknya. Itu pun si raksasa tidak sadar kena tembak, dikiranya cuma kena gigitan serangga, yang membuatnya pulang karena menganggap daerah yang dikunjunginya kurang baik bagi kesehatan. Mendengar prestasinya, Raja pun memberikan surat penghargaan disertai sebilah pedang panjang warisan leluhur. Omong-omong, tanda tangan sang Raja di akhir suratnya sangat panjang, sebagai berikut: EGO AUGUSTUS BONIFACIUS AMBROSIUS AURELIANUS ANTONIUS PIUS ET MAGNIFICUS, DUX REX, TYRANNUS, ET BASILEUS MEDITERRANEARUM PARTIUM, SUBSCRIBO. Iyaa, semakin panjang nama, semakin tinggi martabatnya :)


Masalah muncul ketika si raksasa yang pulang kampung membual dengan hebohnya tentang negeri yang indah, banyak makanan yang tinggal ambil saja, sapi dan kambing ada di mana-mana, tidak ada manusia, kekurangannya paling-paling beberapa ekor serangga penyengat. Berita ini, khususnya tentang tidak ada atau jarangnya manusia, sangat menarik bagi para naga, yang pada zaman dahulu kala sering diburu para ksatria kerajaan. Tapi hanya seekor naga yang benar-benar menapak tilas perjalanan wisata kuliner si raksasa, yaitu Chrysophylax.

Dan waktu Chrysophylax merajalela, para ksatria kerajaan enggan bertindak dengan berbagai alasan. Apalagi waktu itu hari Natal sudah tiba dan pada Hari Santo Johannes bakal diselenggarakan pertandingan olahraga besar-besaran. Pokoknya para ksatria sibuk, tidak punya waktu memburu naga sebelum pertandingan berakhir! Para penduduk yang putus asa pun mulai mengharapkan bantuan Giles si pahlawan. Namanya pahlawan kebetulan, Giles tidak senang dan tidak mau dipaksa memburu si naga. Dengan berbagai alasan, ia berusaha menghindar, tapi belakangan terpaksa menghadapi takdirnya.

Lantas, apakah Giles bisa mengalahkan Chrysophylax? Judul versi terjemahan Indonesianya jelas memberikan jawaban atas pertanyaan itu :)

Kisah ini dituturkan secara ringan dan kocak, dan menjadi parodi dari dongeng ksatria penakluk naga pada umumnya. Sementara para ksatria kerajaan kocar-kacir menghadapi naga, si petani mendadak pahlawan malah bisa menundukkan naga dan menyita harta karunnya. Belakangan, waktu Raja ingin merebut pampasan perangnya, si petani malah membangkang dan mendirikan kerajaan dalam kerajaan! Yah, novel tipis ini memang boleh dibilang biografi mini dari seorang petani yang menjadi raja pertama di Kerajaan Kecil.

Sudah lewat 33 tahun sejak versi terjemahan buku ini terbit di Indonesia. Pertanyaannya adalah, apakah akan terbit versi cetak ulangnya sebagaimana trilogi LOTR dan The Hobbit yang sudah cetak ulang berkali-kali?

N.B. Sedianya review ini dimaksudkan untuk posting bareng BBI untuk kategori buku cerita anak pada bulan Juli 2013 kemarin. Namun apa daya, faktor M lebih berjaya. Tapi akhirnya, aku merasa perlu menuliskan review ini, minimal untuk sekedar sharing informasi kepada teman-teman pembaca Tolkien yang mungkin belum memiliki kesempatan untuk membaca buku kecil ini.


View all my reviews

6 comments:

  1. Oalah, ini yang dibilang kemaren pas di Cirebon itu ya Mbak Treez X)

    Aku pinjem dong, heheheh. Kayaknya ini sama kayak The Hobbit ya, simpel bahasa dan ceritanya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya... kemarin itu memang niatnya ngetes secara Ren penggemar Tolkien :P

      Nti ya saya bawakan pas kopdar barengan si samudra, deh.

      Delete
  2. Waah, pengen.. Udah jarang banget ini pasti. Sejauh ini buku Tolkien favoritku The Hobbit! Trilogi LOTR gak tamat bacanya, hehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Lu. Di Indonesia kayaknya memang jarang lihat, belum pernah ada cetul-nya sejak tahun 1980. CMIIW.

      Delete
  3. Kenapa GPU gak cetul aja ya? Aku pernah liat buku ini dulu di palasari tapi gak ngeh ini tolkien yg sama dengan LOTR. Ah dasar cupu .__.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku juga nunggu cetulnya nih. Atau jangan-jangan dianggap kurang komersil ya, buku yang satu ini kalo nggak ada versi filmnya?

      Delete