Dalam setiap cerita, sudah pasti ada tokoh antagonis, yang memang
diciptakan sebagai plot-driver untuk
membuat hidup tokoh protagonisnya semakin sulit.
Dalam cerita silat karya Chin Yung yang pertama kali kukenal, Sia Tiauw Eng Hiong, terdapat segudang
tokoh antagonis, dengan jadwal naik panggung yang berbeda-beda. Ada yang muncul
sejak awal, ada yang baru muncul setelah tokoh kita terjun ke dunia kang-ouw,
ada pula yang baru muncul di babak pertengahan tapi terus mendominasi sampai
akhir dongeng.
Nah, tokoh antagonis yang akan kita bahas sekarang termasuk dalam
kelompok terakhir.
Sebelum Auwyang Hong menampakkan diri pada babak Oey Yok Su
mencari mantu di pulau Tho-hoa-to, pembaca sudah mendapatkan sedikit gambaran
seperti apa tokoh kang-ouw paling sakti di daerah barat ini. Konon kesaktiannya
sejajar dengan tiga tokoh sakti dari tiga mata angin lainnya: Ang Cit Kong dari
Utara, Oey Yok Su dari Timur dan Toan Hongya dari Selatan. Dan level mereka
berempat cuma sedikit di bawah sang pendiri Coan-cin-kauw. Tapi dari julukannya
yang garang, See Tok alias Racun Barat, pembaca sudah dapat menduga bahwa tokoh
satu ini pasti lebih sesat dibandingkan Oey Yok Su si Sesat Timur. Apalagi
pembaca terlanjur kenal duluan dengan keponakannya yang ganteng-ganteng kucing
garong.
Lalu benarkah Auwyang Hong sejahat yang diperkirakan?
Kalau kita melihat dari sudut pandang para tokoh utama yang sangat
dirugikan oleh tindak tanduknya, tentu saja kita semua sepakat bahwa
dosa-dosanya susah dimaafkan. Kalau diukur dengan 7 deadly sins, paling tidak ia menderita penyakit wrath, greed, pride, dan envy.
Ia menghalalkan segala cara dan tidak segan-segan berbuat kriminal dengan
segala macam variasi dan turunannya demi mencapai tujuan utama hampir semua
orang di dunia kang-ouw: menjadi
jagoan nomor satu di kolong langit.
Tapi tentu saja, meskipun pada karya-karya awalnya Chin Yung
cenderung menggambarkan para karakternya dengan sangat hitam putih, kalau kita
mau, kita bisa kok mencari sisi positif dari setiap orang, termasuk karakter
beracun seperti Auwyang Hong.
Jadi, apa saja sisi positif dari Auwyang Hong yang bisa kita
ambil?
1. Ambisius
Seperti kata Gordon Gekko
di Wall Street, Greed is Good. Mau seperti apa hidup manusia tanpa ambisi? Meskipun
ilmu silat Auwyang Hong sudah sangat tinggi dan orang yang bisa menandinginya
hanya bisa dihitung dengan jari sebelah tangan, ia tidak mudah merasa puas.
Kalau di atas gunung masih ada gunung, mari kita taklukkan gunung yang lebih
tinggi. Kalau di atas langit masih ada langit, mari kita bangun roket untuk
menjelajahi angkasa luar. Jadi jagoan nomor satu di dunia kang-ouw? Mari kita
cari dan pelajari ilmu silat yang sakti tiada tandingannya!
2. Rajin Belajar
Meskipun umurnya sudah tua, semangat belajar
Auwyang Hong masih tetap tinggi. Ia juga tidak malu untuk belajar pada
orang-orang muda yang belum kenal asam garam dunia, sepanjang mereka lebih
menguasai ilmu yang ingin dipelajarinya. Meskipun ilmu yang dipelajarinya
sangat sulit dipahami karena sudah diedit habis-habisan oleh trio Ang Cit Kong-Kwee Ceng-Oey Yong, toh ia
tetap maju tak gentar walaupun harus menempuh risiko penurunan kesehatan
mental.
3. Toksikolog Ahli
Julukan Racun Barat yang disandang Auwyang Hong
sangat literal, bukan hanya metafora. Racun ular yang jadi andalannya bukan
hasil belanja dari tukang obat kaki lima, tapi dibuat sendiri di laboratorium
pribadi melalui eksperimen yang komprehensif dan ekstensif. Dan racun yang bisa
ditularkan dari korban pertama pada korban-korban berikutnya? Cuma Auwyang Hong
yang bisa begini!
4. Panjang Akal
Meskipun berkali-kali
dikerjai orang, terutama oleh Oey Yong yang cerdik-cendekia, Auwyang Hong kerap
bisa mengatasinya. Malah, siapa sangka dalam keadaan kepepet ia berhasil
menemukan parasut (meskipun dengan bahan seadanya sehingga terpaksa terjun
payung dari puncak tebing dalam keadaan telanjang). Tanpa ide briliannya, Kwee
Ceng dan Oey Yong pasti tak kepikiran untuk mengerahkan pasukan para pertama di
dunia sehingga pasukan Jenghis Khan bisa menaklukkan kota Samarkand.
5. Tidak Mata Keranjang
Kata orang, buah tidak
jatuh jauh dari pohonnya. Tapi bisa dibilang, untuk urusan ranjang, Auwyang
Hong sama sekali berbeda dengan Auwyang Hok yang gemar memetik bunga tanpa
izin. Iya, bisa saja sih karena sudah tua mungkin saja minatnya ke olahranjang
sudah tidak sebesar waktu masih muda, tapi tetap saja tidak ada ceritanya kalau
ia punya kecenderungan bersikap ganjen pada gadis-gadis cantik yang ditemuinya.
Buktinya, anaknya cuma satu. Kalau ia punya anak segudang dari haremnya di
Gunung Unta Putih, jelas ia tidak akan menerima Yo Kang sebagai murid!
Untuk masalah status Auwyang Hok, aku lebih
memilih versi Wong Kar Wai di Ashes of
Time, di mana Auwyang Hong bukannya berselingkuh dengan istri kakaknya. Ia
hanya terlalu keranjingan pada ilmu silat dan mencari nama di dunia persilatan,
sehingga sering meninggalkan kekasihnya. Wajar saja sih pas ditinggal lama,
dalam keadaan hamil akhirnya sang kekasih terpaksa menikahi calon kakak
iparnya. Yaaa, daripada anaknya lahir sebagai anak di luar nikah. Waktu itu kan
belum ada hape, susah memanggil pulang Bang Toyib buat dipaksa nikah!
6. Sayang Anak
Yang ini tidak usah diragukan lagi. Meskipun
status Auwyang Hok hanya “keponakan”, jelas Auwyang Hong hanya menyayanginya.
Apalagi seperti halnya Hiten Mitsurugi
Ryu-nya Seijuro Hiko, ilmu Auwyang Hong hanya bisa diturunkan pada satu
orang dalam setiap generasi. Kalau saja nasib berkata lain, sudah pasti apapun
yang dipelajari dan akan dipelajari Auwyang Hong seumur hidupnya, termasuk
Kiu-im Cin-keng, semuanya akan diwariskan kepada putra semata wayangnya. Belum
lagi urusan jodoh. Meskipun tahu anaknya mata keranjang, sebagai ayah yang baik
ia tidak segan-segan turun tangan langsung membantu anaknya untuk meminang putri
rival besarnya. Dan sayang anak ini tidak hanya berlaku untuk anak kandung, ia
juga menerapkannya pada anak angkatnya, Yo Ko.
7. Ganteng
Apalagi waktu masih muda. Kalau ditanya mirip
siapa, ya… kira-kira mirip Leslie Cheung, lah XD
Kumis tipis hiasan, wajah tampan rupawan |
Yah, pasti sebenarnya masih banyak lagi hal-hal positif yang masih
bisa kita gali dari tokoh antagonis ini. Tapi nanti malah bikin posting
ngalor-ngidul ini jadi kepanjangan :)
Ada yang mau ikut menambahkan?
Catatan :
Tulisan ini sudah lama kubuat, menurut MS Word tanggal 14-02-2017, kira-kira tidak jauh jaraknya dari aku membeli-ulang-baca-ulang serial Sia Tiauw Eng Hiong-nya Chin Yung. Sekarang ku-upload saja untuk memulai postingan di tahun 2019 (selain postingan wajib challenge awal tahun). Anggap saja ini langkah awal niat lamaku untuk memposting serial tulisan yang mengulik sisi positif para villain atau tokoh antagonis dari cerita atau genre apapun.