Judul : Sherlock : The Blind Banker
By : Steven Moffat, Mark Gatiss, Jay
Penerbit : m&c!
Tebal : 216 halaman
Dibeli di : Gramedia.com
Harga beli : Rp. 42.500,- (15% off)
Dipesan tanggal : 21 Maret 2017
Diterima tanggal : 22 Maret 2017
Dibaca tanggal : 26 Maret 2017
Review :
BEWARE: REVIEW MANGA INI SANGAT BIAS, karena dibahas oleh salah seorang penggemar serial teve Sherlock yang sudah menonton semua episodenya berulang kali, termasuk episode kedua season pertama yang diwujudkan dalam bentuk manga ini.
1. Cover
Sama seperti manga Sherlock sebelumnya, cover manga ini berupa flap cover, namun kali ini cover dalamnya menampilkan adegan yang sangat domestik: Sherlock sedang berpikir sambil tiduran di sofa panjang, sementara John duduk di sampingnya sambil membaca koran :)
Penampakan ini sudah cukup untuk menggambarkan jeda waktu yang cukup panjang antara buku/episode ini dengan dengan buku/episode sebelumnya, karena sudah tidak terdapat lagi kecanggungan lagi antara dua orang asing yang berbagi sewa apartemen. Sherlock dan John sudah merasa nyaman dengan keberadaan satu sama lain.
2. Artwork & Chara Design
Tidak banyak perubahan dari manga
A Study in Pink. Chara yang paling mirip masih tokoh utamanya, Sherlock, sementara karakter lain terutama para pemeran pembantu, hampir tidak ada mirip-miripnya. Ya, nggak apa-apa sih, toh tidak ada pengaruhnya ke jalan cerita, apalagi kalau yang baca bukan penonton setia serial teve Sherlock.
3. Impression
Sebagai manga adaptasi dari episode kedua season pertama serial tevenya, alur ceritanya setia mengikuti adegan demi adegan dan frame demi frame, meskipun kesan yang didapat tidak semenarik versi aslinya, terutama di bagian action-nya. Kurang menegangkan, gitu. Iya sih, manga ini tidak bisa dibandingkan dengan
shonen battle manga yang adegan actionnya saja bisa memakan sebagian besar halaman, namanya juga manga misteri yang didominasi narasi. Tapi tetap saja... buat yang menginginkan adegan aksi, akan lebih asyik bila menonton versi
live action-nya.
Sebagai cerita misteri, sebenarnya dari tiga episode season pertama, episode
The Blind Banker ini kurang nendang dibandingkan episode lainnya. Namun demikian, sisi cerita
slice-of-life yang disisipkan para kreator cukup menarik untuk disimak.
Pemirsa/pembaca digiring untuk mengikuti kehidupan sehari-hari para boga lakonnya. John yang veteran tentara dengan uang pensiun tak seberapa mulai gerah dengan statusnya sebagai pengangguran banyak acara. Perseteruannya dengan mesin kasir di supermarket sehingga ia terpaksa meminjam kartu kredit Sherlock buat belanja jelas membuatnya ingin semakin cepat punya pekerjaan selain sebagai asisten pribadi tidak resmi (dan tidak digaji) dari teman seapartemennya itu.
Sherlock sendiri sepertinya sudah tidak sungkan-sungkan lagi memperlakukan John sebagai asprinya dalam urusan investigasi. Ia tidak peduli kalau John sudah punya pekerjaan baru sebagai dokter praktek dan memaksanya ikut kerja lembur dalam "event buku" misalnya, sehingga esoknya John ketiduran seharian nyaris sepanjang jam prakteknya. Ia juga tidak mau tahu kalau John punya urusan pribadi (baca: kencan dengan Sarah) yang seharusnya tidak dicampuradukkan dengan kegiatan penyelidikan yang berbahaya dan berisiko tinggi.
Di sisi lain, Inspektur Lestrade tidak muncul di sini. Sherlock dan John berurusan dengan Inspektur Dimmock, yang jelas belum seimun Lestrade terhadap perilaku Sherlock yang menjengkelkan. Mycroft juga tidak numpang lewat di sini. Tapi seperti halnya di
A Study in Pink, Moriarty sudah kelihatan hilalnya, meskipun belum tampak wujudnya.
4. In the end
Kalau melihat data yang ada di Goodreads, rupanya versi adaptasi manga serial teve Sherlock yang hanya season pertama saja, padahal masih ada episode-episode seru di season-season berikutnya. Sayang banget deh. Di sisi lain, aku siap menunggu dan membeli manga
The Great Game diterbitkan di Indonesia.
Review ini dibuat untuk mengikuti tantangan berikut: