My rating: 4 of 5 stars
Sepanjang sejarahku menggunakan ponsel, aku selalu memilih merek yang bukan sejuta umat. Dulu, waktu ponsel Nokia menjadi ponsel sejuta umat, aku malah menggunakan ponsel Siemens, Samsung atau Sony (Ericsson). Begitu pula waktu Blackberry sedang digandrungi orang, aku tidak mau punya sama sekali, meskipun hampir semua rekan kerja menggunakannya. Ketika iPhone mulai jadi trendsetter, aku tetap setia menggunakan Sony Xperia, dari seri pertama yang masih OS-nya masih Windows sampai sekarang yang sudah berplatform Android. Iya, snob wannabe banget memang, sok anti mainstream, karena tidak mau punya ponsel dengan merek yang banyak orang pakai.
Saat ini, smartphone yang hampir semua orang punya, terutama di lingkungan pribadi, adalah ponsel yang berbasis Android, khususnya merek Samsung dengan segala tipe dan turunannya. Dan saat ini, aku menjadi bagian dari mainstream. Meskipun aku masih tetap setia menggunakan Sony Xperia untuk ponsel, aku juga menjadi salah satu pengguna Samsung (yang telah menggantikan posisi Nokia sebagai merek sejuta umat) untuk tablet. Dan sebagai pengguna keduanya, aku telah menjadi bagian dari komunitas Android yang menguasai market share ponsel dunia.
Iya, kalau aku mau tetap anti mainstream, seharusnya aku sekarang malah balik memilih Nokia dan Blackberry. Eh, tapi setelah menjaga gengsi beberapa lama, mereka juga menyerah dan mulai merilis versi Android. Supaya tetap anti mainstream, seharusnya aku beralih ke iPhone, yang meskipun masih populer dan bergengsi, terutama bagi penggemar Apple, sudah lama terlibas oleh Samsung. Atau kalau mau anti mainstream yang jauh lebih bergengsi lagi, seharusnya aku sekalian saja beralih ke Vertu. Eh tapi... untuk yang terakhir ini, selain OS-nya juga Android, harganya benar-benar ngajak bangkrut. Lupakan.
Maaf, curcol pembukanya kepanjangan. Kita review sedikit buku ini, ya.
Warna lightsaber-nya... Apakah analogi Sith vs Jedi, atau simply karena apel itu merah dan android itu hijau? |
Buku ini salah satu bacaan nonfiksi yang susah ditaruh begitu mulai dibaca, padahal aku membelinya secara iseng waktu menemukannya di bargain books salah satu toko buku impor online.
Sebagai pengguna smartphone, harus kuakui aku cukup ignorant mengenai perang Apple vs Google ini. Secara selintasan aku pernah membaca perang Apple vs Samsung di pengadilan, dan secara umum sering membaca para pengguna iPhone (dan semua i-i lainnya) dan para pengguna smartphone dengan OS Android berperang secara terbuka di dunia maya, sampai taraf saling menghujat dan menghina smartphone pilihan masing-masing.
Narasi Fred Volgelstein, salah seorang kontributor majalah Wired, mengisahkan awal mula perang antara Apple dan Google. Bagaimana dari semula mereka yang bersekutu erat dan bahu membahu dalam perang melawan musuh bersama, kekaisaran Microsoft, kemudian mengalami perpecahan dan akhirnya menjadi musuh bebuyutan. Menurutku pribadi, buku ini bertutur secara netral dan mengungkap cerita dari masing-masing pihak (meskipun tidak ada wawancara langsung dengan manajemen puncak dari Apple maupun Google.
Menariknya, kita jadi tahu kisah di balik layar pengembangan masing-masing platform, betapa besar kesulitan dan tantangan para tukang insinyur masing-masing perusahaan berjuang untuk menciptakan apa yang kita nikmati sekarang secara take it for granted.
Terlepas dari preferensi pribadi, yang memilih smartphone dengan platform Android karena alasan lebih user-friendly, praktis dan fungsional (tapi ini tentu saja debatable bagi penggemar Apple, yang juga menganggap smartphone-nya lebih user friendly, praktis dan fungsional ketimbang Android), menurutku perang antara Apple dan Google, dengan prinsip dan filosofi masing-masing, sebenarnya memberi keuntungan bagi kita, karena usaha mereka untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen, mempercepat revolusi teknologi ke kondisi yang tak terbayangkan beberapa dekade silam, atau bahkan satu dekade silam.
Sure, they are different stucturally. Apple makes every inch of the i-Phone--the hardware and the software (though the devices are assembled in China). Google just makes the software for Android phones. It allows manufacturers such as Samsung to make the hardware. But both platforms now have an equivalent number of pluses and minuses: Apple's platform is a little easier to use, but it only offers three products--the iPhone, the iPad, and the iPod Touch. Google's platform offers many more phone choices, and often has the latest phone features ahead of Apple, but it lacks the polish of Apple's interface. Still, both platforms are now equally available among large carriers worldwide, and with the exception of Apple stores, they are available for purchase in the same places.