Sunday, December 29, 2019

10 Langkah Menjadi Financial Planner Untuk Diri Sendiri Khusus Karyawan

Judul : 10 Langkah Menjadi Financian Planner Untuk Diri Sendiri Khusus Karyawan

Penulis: Luthfi Khaerudin

Penerbit : Grasindo

Tebal : 220 halaman

Dibaca di : Gramedia Digital

Dibaca tanggal : 16 Oktober 2019

Sinopsis : 
“Gaji saya ‘kan nggak seberapa. Apanya yang mau direncanakan? Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah pas-pasan, malah kadang-kadang kurang.”

“Tapi, usia saya sudah hampir 40 tahun. Apakah masih mungkin untuk melakukan perencanaan keangan agar bisa pensiun dengan tenang?”

Jawaban untuk kedua pertanyaan itu: BISA!

Dalam buku ini Anda akan menemukan kesalahan-kesalahan yang paling sering terjadi soal uang. Anda juga akan tahu mengapa Anda perlu melakukan Perencanaan Keuangan.

Tunggu apa lagi?

Atur gaji, jadi orang kaya!

Komentar (iya, curcol doang, bukan ripyu sama sekali) :

666 - 2019

Apa ya korelasinya baca buku tentang jadi financial planner pribadi dengan nomor urut bacaan 666?

Tidak ada sih. Yang jelas, saya memang masih melakukan banyak kesalahan dalam perencanaan keuangan sebagaimana yang tercantum dalam buku ini, antara lain :

1) Kesalahan II: Menabung tanpa tujuan
2) Kesalahan V: Tabungan = Dana Darurat
3) Kesalahan VI: Menabung = Investasi (tapi... deposito masuknya ke investasi, kan?)
4) Kesalahan VIII: Menganggap asuransi bukanlah hal yang penting

Tapi meskipun demikian, pada dasarnya menurut buku ini saya akan dapat mengambil langkah selanjutnya untuk menjadi perencana keuangan, karena saya mau dan bisa melakukan hal-hal berikut:
1. Bersyukur memiliki penghasilan
2. Bersyukur setiap kali bisa membeli sesuatu
3. Berpikir bahwa gaji saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini
4. Berapapun jumlah penghasilan, pasti bisa diatur

Masalahnya... maukah saya mengambil langkah selanjutnya?

Karena masih menabung tanpa tujuan, saat ini pola investasi saya masih konservatif ala jaman kuda gigit besi. Cuma menabung, kalau sudah sampai batas tertentu, dialihkan ke deposito. Sudah, begitu saja (lihat daftar kesalahan di atas).

Sebagai tipe orang menabung tanpa tujuan, prinsip saya cuma satu: yang penting cukup. Dulu saya naik haji tanpa direncanakan, begitu ada dana cukup, langsung daftar dan tahun depannya berangkat. Ganti laptop dan ponsel pun tanpa penyisihan khusus, yang penting ada uang untuk beli baru, yang penting cash dan tidak nyicil. Saya juga belum ingin beli rumah lagi (sudah pernah punya, tapi tidak asik karena tidak bisa dinikmati sendiri), belum ingin punya mobil selama masih berdomisili di Jakarta (mending memanfaatkan layanan taksi online). Asuransi kesehatan dan jiwa sudah diatur tempat bekerja... Alasannya adaaa saja kalau dicari-cari.

Mungkin pola pikir "yang penting cukup" ini yang memang harus diubah dulu, sebelum mulai membuat perencanaan keuangan?

Catatan :
Iyaaa, karena tahun 2019 hampir habis dan blog ini sudah mati suri berbulan-bulan, ya sudahlah komentar berbau curcol tidak penting di akun Goodreads kupindahkan ke sini untuk sekadar menambah postingan tahun berjalan...
- Confession of a Lazy Blogger (Desember, 2019)


No comments:

Post a Comment